Sebuah anomali
Terlepas dari semua itu, Paulinho adalah sebuah anomali. Setelah mempersembahkan trofi Copa Libertadores dan Piala Dunia Antarklub 2012, pemain bernama lengkap Jose Paulo Bezerra Maciel Junior itu pindah ke Tottenham. Namun dia hanya bertahan dua musim sebelum hijrah ke Evergrande, 2015 silam. Tak disangka, kebangkitan kariernya terjadi jauh dari ingar-bingar sepak bola Eropa.
Padahal, biasanya pemain yang memilih hijrah ke luar Eropa, dia yang kariernya berada di pengujung atau tipe pesepak bola yang mementingkan gaji atau uang, tak ubahnya pada Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat. Keputusan pindah dari Liga Primer ke Cina memang sempat mengindikasikan akhir karier Paulinho. Tetapi kerja keras sukses mengubah takdirnya.
Pada musim pertamanya di Cina, Paulinho langsung berkontribusi pada dua gelar, yakni titel Liga Super Cina dan Liga Champions Asia. Tahun 2016, kilaunya bersama Evergrande tak pudar. Selain mempertahankan gelar juara liga, Paulinho juga membantu timnya meraih trofi Piala Cina dan Piala Super Cina. Gelar terakhir sukses didapatnya lagi tahun ini.
Alhasil meski bermain di timur jauh, performa konsisten Paulinho membuatnya beberapa kali tetap bisa mengisi skuat timnas senior Brasil. Pergantian pelatih dari Dunga ke Tite tak membuatnya terkucilkan di Cina. Tahun ini saja, pemain kelahiran Sao Paulo itu telah tampil sebanyak empat kali bersama Selecao. Dia bahkan berhasil mencetak hattrick di kandang Uruguay pada Pra-Piala Dunia 2018 zona Amerika Selatan, bulan lalu.
Tak hanya Paulinho
Paulinho jadi satu di antara segelintir contoh yang mampu bangkit setelah hijrah ke liga di luar Eropa. Sebelum heboh isu kepindahannya ke Barcelona, dunia pernah menyaksikan kembalinya Didier Drogba dari Shanghai Shenhua untuk membantu Chelsea juara Liga Primer Inggris musim 2014/2015 lalu.
Masih dari Liga Super Cina, hadir nama Seydou Keita yang sempat kembali ke Eropa bersama Valencia dan AS Roma meski pernah tampil bersama Dalian Aerbin musim 2012/2013 lalu. Meski berstatus pinjaman dari Shenhua, Demba Ba sukses membawa Besiktas juara Superlig Turki musim ini. Meski masih di Negeri Tirai Bambu, Ezequiel Lavezzi jadi bintang timnas Argentina kala menjalani Copa America Centenario tahun lalu. Ketika itu pencetak dua gol dalam turnamen tersebut sudah berstatus pemain Hebei China Fortune.
Sementara itu contoh lain juga bisa dilihat dari kompatriot Paulinho di Liga Super Cina. Vagner Love pernah kembali ke Eropa bersama AS Monaco setelah memperkuat Shandong Luneng. Renato Augusto dan Gil, merupakan dua contoh pemain yang hingga kini masih dipercaya Tite jadi anggota skuat timnas Brasil, menyusul Diego Tardelli yang sempat beberapa kali tampil.
Menyeberang jauh ke liga yang juga identik dengan tempat pemain top dunia menghabiskan akhir kariernya, MLS, setidaknya ada dua contoh seperti Paulinho. Menariknya, keduanya berasal dari Inggris. David Beckham sempat pindah ke AC Milan dan PSG setelah lima tahun bersama Los Angeles Galaxy. Setelahnya ada penyerang veteran, Jermain Defoe yang tak hanya kembali tajam bersama Sunderland, tapi juga diberikan kesempatan kembali ke timnas senior Inggris.
Jadi atau tidaknya Paulinho hijrah ke Barcelona, satu hal bisa dipelajari: Keberuntungan dan kesempatan kedua akan menghampiri orang-orang yang bekerja keras, layaknya film-film box office Hollywood.
Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho