Eropa Inggris

Dua Alasan Logis Mengapa Manchester United Tak Perlu Memulangkan Cristiano Ronaldo

Melayani Ronaldo bukan pekerjaan mudah

Ronaldo yang sekarang, bukan lagi “Ronaldo” yang dahulu hengkang dari United dan memecahkan rekor pemain termahal di dunia. Ia bukan lagi pemain sayap yang gemar melakukan semuanya sendiri. Menggiring bola dari tengah, melewati tiga pemain dan melepaskan tembakan diagonal ke tiang jauh. Bersama Madrid, terutama musim ini, Ronaldo menjadi pemain yang sangat berbahaya di dalam kotak penalti. Ia menjadi penyerang nomor 9 murni, yang cara bermainnya lebih sederhana, namun begitu efektif.

Ia akan banyak mengandalkan umpan silang, umpan tarik, kombinasi dan umpan terobosan. Karim Benzema, rekan duetnya saat ini, jago membuka ruang dan menciptakan peluang. Oleh sebab itu, United harus membangun tim dengan Ronaldo sebagai pusatnya. Demi memuaskan predator gol dari Portugal itu.

Namun, kalimat tersebut memang lebih mudah ditulis ketimbang dilakukan. Luke Shaw bukan Marcelo dan Ander Herrera bukan Luka Modric.

United belum memiliki lini tengah dengan level seperti Madrid. Setan Merah akan kesulitan mereplikasi kejeniusan Modric dan Toni Kroos di lini tengah, dan menyediakan dua sayap yang tak hanya konsisten, namun juga jago membuat peluang.

Musim lalu, di balik ketajaman Ronaldo, terutama di Liga Champions, adalah kerja kreatif tiga gelandang Madrid dalam diri Casemiro-Modric-Kroos, dengan ditunjang dua bek sayap kelas dunia dalam diri Marceloa dan Dani Carvajal. Sebuah tim yang seimbang, kreatif dan tajam.

Jika tak mempu menyediakan tim seperti Madrid, keberadaan Ronaldo bagi United tak akan banyak gunanya. Meski sangat efektif di Liga Champions, tingkat konversi gol Ronaldo di La Liga terbilang rendah, yaitu hanya 15,4 persen. Catatan tersebut jauh di bawah Romelu Lukaku (22,7 persen) dan Morata (27,3 persen).

Satu catatan lagi yang menjadi kunci: Ketajaman Ronaldo di partai-partai krusial Liga Champions dibangun berdasarkan periodisasi dari Zinedine Zidane. Pelatih asal Prancis tersebut tidak memainkan Ronaldo di sembilan laga menjelang paruh akhir musim 2016/2017.

Artinya, di usia 32 tahun, Ronaldo membutuhkan istirahat yang ideal demi mencapai puncak kebugaran. Jika terlalu banyak bermain, risiko cedera akan bertambah.

Padahal, dengan mengeluarkan dana besar, manajemen United pasti berharap Mourinho selalu memainkan Ronaldo. Apalagi, dengan melihat jadwal musim depan secara sekilas, United bermain lebih banyak ketimbang Madrid. Tanpa jeda musim dingin, Liga Primer Inggris bisa begitu kejam untuk pemain yang rentan cedera apabila terlalu banyak bermain.

Bagaimana, CR7? Mau bernostalgia di dermaga kota Manchester?

Disclaimer: Tulisan ini merupakan sari pati artikel Thore Haugstad berjudul “5 good reasons why Manchester United shouldn’t sign Cristiano Ronaldo”.

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen