Bagi sebagian Gooners, membicarakan masa depan Olivier Giroud adalah perkara yang membuat bimbang. Satu kali, ia bisa begitu berbahaya di depan gawang lawan. Tapi di satu kesempatan lainnya, ia bisa begitu menyebalkan.
Ketika Arsenal masih bermain dengan skema 4-2-3-1, Giroud hampir selalu menjadi pilihan pertama. Gaya bermainnya sangat cocok dengan cara Arsenal menyerang. Penyerang asal Prancis tersebut fasih menjadi sebagai pemantul ketika Arsenal tengah berusaha masuk ke dalam kotak penalti.
Selain karena fisiknya sendiri yang tinggi besar, sentuhan bola Giroud sangat baik. Oleh sebab itu, para gelandang serang Arsenal, yang bisanya bertubuh kecil, sangat mengandalkan Giroud untuk bermain umpan satu-dua dan masuk ke dalam kotak penalti. Pembaca tentu masih ingat gol indah Jack Wilshere ke gawang Norwich City di bawah ini:
Pembaca juga harus memahami bahwa secara alami, Giroud bukan tipe penyerang “30 gol dalam satu musim”. Ia akan kesulitan untuk mengkreasikan peluangnya sendiri. Ya, Giroud adalah team-player. Ia bukan seperti Thierry Henry atau Robin van Persie, yang mampu membawa bola, melewati tiga pemain sebelum mencetak gol.
Betul, catatan gol Giroud sebagai juru gedor Arsenal, bagi saya, tidak buruk amat. Catatan gol Giroud selama empat musim untuk The Gunners di Liga Primer Inggris adalah 69 gol dari 164 penampilan. Satu masalah yang ada adalah Giroud hanya kurang banyak membuat gol.
Karena jika dibandingkan dengan Ian Wright, Henry, dan van Persie, catatan gol paling banyak dalam satu musim di liga milik Giroud tertinggal jauh. Musim 2012/2013 dan 2015/2016 adalah dua musim di mana Giroud mampu mencapai jumlah gol tertinggi, yaitu 16.
Sementara itu, Wright, Henry, dan van Persie selalu di atas 20. Bahkan, Henry dan van Persie pernah mencapai 30 gol. Catatan Giroud bahkan kalah dengan yang dibuat Alexis pada musim 2016/2017, yaitu 24 gol. Tapi, sekali lagi, ini soal perspektif dan Anda juga harus menilai cara bermain Olivier Giroud.
Ketika Arsenal tak mencetak gol, semua beban langsung diberikan ke pundak Giroud. Betul juga, kerja pemain depan adalah mencetak gol. Namun, jika mau adil, gelandang-gelandang Arsenal banyak membuang peluang. Alhasil, pemain dengan brewok tebal itu selalu terlihat banyak salahnya. Susah betul bermain untuk tim seperti Arsenal.
Memang, sangat susah. Terutama, apabila kita bandingkan dengan Giroud bersama timnas Prancis. Mantan pemain Montpellier itu hampir selalu menjadi pilihan pertama dengan catatan 17 gol dalam 17 penampilan. Padahal, Prancis punya penyerang elite dalam diri Alexandre Lacazette, Antoine Griezmann, Kylian Mbappe, bahkan Karim Benzema.
Melihat fakta itu, maka Gooners seharusnya merasa khawatir apabila Giroud akhirnya hengkang ke salah satu rival domestik dan bisa menduplikasi performanya di timnas. Ya, Giroud memang tengah dalam pusaran saga Arsenal dan beberapa penyerang incaran.
Begini, sejak Arsene Wenger mengubah taktik menjadi 3-4-2-1, ujung tombak terasa lebih cocok untuk Danny Welbeck. Arsenal memang jadi membutuhkan pemain di lini serang yang lebih luwes untuk bergerak dan menyediakan diri untuk “2” pemain di belakang penyerang tunggal yang biasanya diisi Alexis Sanchez dan Mesut Ozil.
Giroud sendiri jadi lebih banyak bermain dari bangku cadangan. Meski berstatus menjadi pemain pengganti, anehnya, Giroud justru semakin tajam.
Musim 2014/2015 dan 2016/2017 adalah dua musim di mana Giroud tak banyak bermain. Musim 2014/2015, Giroud bermain di 27 pertandingan dan 29 pertandingan di musim 2016/2017. Namun, di dua musim tersebut, catatan gol Giroud justru membaik.
Musim 2014/2015, setiap 133,4 menit, Giroud akan mencetak gol. Sementara pada musm 2016/2017, rata-rata menit Giroud mencetak gol adalah 99,5 menit. Artinya, semakin sedikit bermain, Giroud justru semakin tajam. Tentu, menit bermain yang lebih terbatas tidak akan menyenangkan di mata si pemain.
Lebih lengkapnya, Anda bisa menonton video ini:
Melihat statusnya itu, beberapa klub berminat menampung Giroud. West Ham United, sudah menyiapkan 20 juta paun. Sebuah nilai yang cukup tinggi apabila kita membandingkannya dengan valuasi di transfermarkt, di mana Giroud dibanderol 21 juta paun. Uang sebanyak itu bisa digunakan Arsenal sebagai dana tambahan untuk memboyong pemain baru.
Situasi yang kedua adalah Giroud disertakan ke dalam proposal pembelian. Konon, Lyon ingin Arsenal menyertakan Giroud dalam proposal mereka untuk mendapatkan Lacazette. Kabar yang sama juga terdengar ketika Arsenal tak keberatan menyertakan pemain dengan tinggi 192 sentimeter ke dalam proposal pembelian Mbappe.
Tiga Alasan yang Memungkinkan Kylian Mbappe Merapat ke Arsenal
Bagaimana dengan sikap Giroud? Ia sendiri menegaskan bahwa masa depannya masih bersama Meriam London. Ia merasa masih punya hutang dengan Arsenal, yaitu membantu memenangi gelar Liga Primer Inggris. Oleh sebab itu, ia akan memilih menolak tawaran dari klub mana saja yang berminat kepadanya.
Bagaimana dengan kondisi skuat Arsenal? Jujur saja, tanpa menjual Giroud pun, Arsenal masih membutuhkan tambahan di lini depan. Tentu, mengandalkan Welbeck dan satu lagi penyerang baru nanti, tak akan cukup untuk mengarungi musim yang panjang dan jadwal yang padat.
Sejak bergabung bersama Arsenal, Welbeck tak pernah lepas dari cedera. Sementara itu, di akademi, Arsenal masih belum bisa menaruh kepercayaan, katakanlah kepada Chuba Akpom.
Maka, jika melepas Giroud, Arsenal hanya akan punya dua juru gedor yang bisa diandalkan, yaitu Welbeck yang rentan cedera dan satu lagi penyerang baru yang tentu membutuhkan waktu adaptasi di Liga Inggris.
Bagaimana dengan Lucas Perez, Joel Campbell dan Theo Walcott? Lebih baik kita tidak membicarakan mereka. Mengapa? Karena dua pemain yang disebut pertama sudah bermain baik, tapi tak mendapat cinta dari Wenger. Nama ketiga? Memang ada pemain ketiga?
Oleh sebab itu, yang bisa kita simpulkan adalah, melepas Giroud bukan perkara mudah untuk Wenger. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan adalah kedalaman skuat, cedera, dan adaptasi pemain baru.
Rumit!
Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen