Nasional Bola

Persija Jakarta: Akurasi Tembakan Minimal, Hasil Maksimal

Sempat jeblok di awal musim dengan gagal meraih kemenangan di enam laga berturut-turut disertai tiga kekalahan beruntun di dalamnya, Persija Jakarta mulai bangkit di tiga laga terakhir. Semua laga disapu bersih disertai clean sheets.

Selain menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit (5 gol) sejauh ini, Persija juga memiliki fakta unik terkait daya serang mereka. Usai laga melawan Perseru Serui (13/6) lalu, Macan Kemayoran tercatat sebagai kesebelasan dengan akurasi tembakan ke gawang terendah, yakni hanya 32,98 persen.

Artinya, rata-rata hanya ada satu dari tiga tendangan penggawa Persija yang menemui sasaran, padahal rata-rata mereka hanya mampu melesatkan 9,7 tembakan per pertandingan. Itu berarti Ismed Sofyan dan kawan-kawan rata-rata hanya dapat melakukan 3,2 tembakan ke gawang dan itu harus dikonversi menjadi gol. Berat banget, bung!

Tapi bukan macan namanya kalau tidak bisa menghadapi tantangan. Dengan terbatasnya jumlah shots on goal yang dimiliki, anak asuh Stefano “Teco” Cugurra sukses bermain efektif terutama di tiga pekan terakhir. Total mereka mencetak tujuh gol, masing-masing dua ke gawang Arema FC dan PS TNI, lalu tiga sisanya ke gawang Perseru Serui.

Jika dijabarkan lebih lanjut, dari ketujuh gol itu tiga di antaranya dicetak dari luar kotak penalti, tiga berawal dari tendangan bebas, dan hanya satu yang diselesaikan di dalam kotak penalti yakni oleh pemain pengganti, Novri Setiawan, di penghujung pertandingan kontra Perseru.

Ini dapat diartikan bahwa Persija mampu mengubah keterbatasan mereka dalam melakukan tembakan ke gawang menjadi senjata utama mencetak gol melalui oportunitas para pemainnya. Berkah dalam musibah.

Di laga melawan Arema, dua gol tercipta dari luar kotak penalti melalui Bruno Lopes dan Rohit Chand. Saat melawan PS TNI, Persija mencetak dua gol lewat tendangan bebas. Lalu ketika menghadapi Perseru, kombinasi keduanya tercipta. Gol pertama berawal dari tendangan bebas Ismed Sofyan dan gol kedua dicetak Bruno sesaat sebelum memasuki kotak penalti.

Marquee player mereka, Bruno Lopes menjadi aktor utama tajamnya Persija di lini depan. Pemain berusia 30 tahun ini membungkam kritik yang tertuju padanya dengan mencetak tiga gol di tiga pertandingan terakhir. Total ia telah mengemas empat gol dan satu asis hingga pekan ke-10.

Bruno memang sempat dikritik lantaran gagal tampil impresif padahal dirinya berstatus marquee player. Duetnya dengan Luis Carlos Junior yang diproyeksi menjadi duet Brasil tertajam di Liga 1 nyatanya berubah menjadi duet tak sehati. Teco kemudian memainkan penyerang senior Bambang Pamungkas dan menggeser Luis Carlos ke bangku cadangan sejak laga melawan Arema.

Eksperimen duet Bruno-Bepe ternyata berbuah manis. Meski belum menyumbang gol, Bepe memberi banyak kontribusi lewat kemampuan duel udaranya. Ini terbukti pada dua gol yang bersarang ke gawang Kurnia Meiga, keduanya diawali dengan upaya Bepe menyongsong umpan lambung dengan kepalanya.

Garis finis masih jauh, perjalanan masih panjang bagi para penggawa Macan Kemayoran. Masih ada waktu untuk berbenah, terutama memperbaiki akurasi tembakan agar dapat menciptakan peluang mencetak gol yang lebih besar.

Apabila akurasi tembakan dapat ditingkatkan dan efektivitas tetap terjaga, tak lama lagi mungkin Persija akan kembali ke papan atas. Bukankah tim ibu kota memang seharusnya tampil perkasa?

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.