Kolom

Pria Setia Bernama Keisuke Honda

Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa pekerja keras dengan loyalitas tinggi. Tak jarang kita menemukan orang Jepang yang setia mengabdi di tempat kerjanya selama puluhan tahun atau cerita kamikaze para pilot Jepang di Perang Dunia II yang menabrakkan pesawatnya ke kapal-kapal sekutu untuk menghambat pergerakan musuh.

Kisah mengenai kesetiaan bangsa Jepang ini bahkan sampai menular ke seekor anjing bernama Hachiko yang setia menunggu kepulangan sang pemilik yang telah meninggal. Karena teramat inspirasional dan mengharukan, Hachiko diabadikan menjadi sebuah patung dan dibuatkan film layar lebar.

Kesetiaan memang menjadi barang langka akhir-akhir ini. Dengan berbagai macam dalih, orang dengan mudahnya memutus kerjasama atau hubungan demi mengejar kepuasan duniawi lainnya. Apa yang terjadi di dunia sepak bola bisa menjadi contoh kasus terbaik langkanya kesetiaan di lapangan hijau.

Para pemain berbondong-bondong meninggalkan klub lamanya yang sudah meroketkan kariernya demi meraup tumpukan harta di klub seberang, mengejar gelar juara yang belum pernah dirasakan atau sekedar ingin mendapatkan menit bermain lebih banyak. Namun sekali lagi saya katakan, fenomena itu bisa dibilang tak berlaku di Jepang atau di antara para warganya.

***

Keisuke Honda mungkin awalnya tidak memiliki bayangan dapat malang melintang di Eropa. Memulai karier profesional di klub lokal Nagoya Grampus, bakat Honda tercium hingga benua biru. Jadilah ia anggota skuat klub Eredivisie Belanda, VVV-Venlo pada Januari 2008.

Optimisme tinggi membuncah di benak Honda karena akhirnya ia dapat berkarier di Eropa mengikuti jejak para pendahulunya seperti Junichi Inamoto, Hidetoshi Nakata, Shunsuke Nakamura dan Shinji Ono. Nama terakhir bahkan mengalami periode terbaiknya bersama Feyenoord di liga yang sedang diikuti Honda saat itu, Eredivisie.

Namun semangat tinggi Honda mendadak berubah menjadi kekecewaan karena kesebelasan dengan jersey kuning itu terdegradasi hanya enam bulan setelah Honda mendaratkan kakinya di sana. Honda tak bergeming, ia tetap setia membela klubnya walau hanya di kasta kedua.

Keputusan yang terbukti tepat. Di Eerste Divisie musim 2008/2009, pemain berkaki kidal ini mencetak 16 gol dari 36 penampilan dan membawa VVV promosi ke Eredivisie. Suporter klub bahkan menjulukinya “Kaizer Keisuke”. Semenjak itu, karier Honda terus menanjak.

Desember 2009, CSKA Moscow yang sedang berkompetisi di Liga Champions datang dengan proposal 6 juta euro untuk menggaet Honda. Proposal disetujui dan Honda terbang ke Rusia. Ia menjadi pemain Jepang pertama yang bermain di perempat-final Liga Champions dan pemain Negeri Samurai pertama yang mencetak gol di fase gugur kompetisi para jawara benua biru.

Layaknya seorang warga Jepang, Honda memiliki loyalitas tinggi. Ia menghabiskan empat tahun masa kontraknya di CSKA lalu pindah ke AC Milan dengan bebas transfer pada bursa transfer musim dingin 2014.

Di Italia, karier Honda naik turun. Pemilik 89 caps di timnas Jepang ini sempat menjalani periode terbaik di musim 2014/2015 dengan torehan enam gol dan empat asis di Serie A, namun musim berikutnya ia sedikit mengalami penurunan performa padahal menit bermainnya tidak berkurang banyak.

Puncaknya adalah musim ini di mana Honda hanya bermain sembilan kali untuk Rossoneri. Meski rutin menempati bangku cadangan, Honda tidak banyak protes. Meski hanya diturunkan tak sampai lima menit di jelang akhir pertandingan, Honda tidak banyak komplain. Ia tetap setia di San Siro hingga kontraknya berakhir musim ini.

Baca juga: Honda yang Tak Lagi ‘Satu Hati’ dengan AC Milan

Dua musim terakhir kariernya meredup, bahkan pemain kelahiran 13 Juni 1986 ini sempat berujar “this is not me”. Namun satu hal darinya patut kita apresiasi: kesetiaan dan kerja keras. Kesabarannya berbuah manis dengan sebuah gol tendangan bebas di giornata 37. Itulah satu-satunya gol Honda musim ini bersama Milan dan itulah kado perpisahannya di San Siro.

Setia itu tidak susah, asal kita mau berkomitmen. Setia itu tidak susah, kalau kita tidak mudah tergiur imbalan duniawi di sekitar kita. Jadilah orang yang setia, sabar menanti kesempatan dan selalu bekerja keras. Seperti Honda yang selalu setia dengan kontraknya, begitu pula dengan istrinya yang ia nikahi sejak 2008 lalu.

Otanjobi omedetto gozaimasu, Honda!

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.