Dunia Lainnya

3 Kronik Suram Sepak Bola dan Mafia

Pablo Escobar

Pablo Escobar dan Kolombia

Sudah menonton serial Narcos (2015)? Dalam drama produksi Netflix tersebut Anda akan dibuat terperangah oleh bagaimana kekuasaan seorang mafia bisa memorakporandakan suatu negara. Bayangkan saja, Escobar dengan santainya berkerja sama dengan gerilyawan komunis, menyokong mereka dengan amunisi, lalu menyerang gedung konstitusi dengan tank dan pasukan bersenjata.

Escobar lahir, besar dan mengendalikan kekuasaannya di Medellin, kota terbesar kedua di Kolombia. Mengawali karier sebagai penyelundup, ia mendulang kesuksesan saat beralih ke bisnis kokain.

Apakah Anda ingat bek yang ditembak mati karena gol bunuh diri di laga Kolombia kontra Amerika Serikat di Piala Dunia 1994, Andres Escobar? Ia ditembak di Medellin setelah menikmati makan siang bersama pacarnya di suatu kafe.

Andres bisa meraih kejayaan lewat uluran tangan Pablo si mafia. Pablo mencintai sepak bola dan ambisinya ia curahkan pula ke Atletico Nacional. Selain memodali klub untuk membeli pemain-pemain top (Andres dan kiper nyentrik Rene Higuita sebagai contoh), ia juga mengancam para wasit yang memimpin laga Copa Libertadores, sehingga memuluskan langkah Atletico Nacional menjuarainya di musim 1988/1989. Atletico menjadi klub Kolombia pertama yang mampu merengkuh trofi bergengsi itu.

Layaknya mafia lain, Pablo berlaku sebagai patron. Kasih sayangnya bahkan bisa melebihi kasih sayang orang tua sang anak buah. Tetapi jika membuatnya berang, ia bisa sekonyong-konyong menembak kepala orang tersebut sambil mengisap ganja.

Di skuat Kolombia untuk Piala Dunia 1994 pun, ada nama-nama seperti Higuita dan gelandang bertahan Leonel Alvarez yang memiliki kedekatan dengan Pablo “El Patrón” Escobar. Alvarez bahkan dengan santai mengunjungi Pablo saat sang patron berada di penjara.

Untuk apa Pablo repot-repot berkecimpung di sepak bola? Selain passion (namanya juga warga Amerika Latin), ia menggunakan sepak bola sebagai lahan pencucian uang. Kartel narkoba pimpinannya menyuplai 80 persen pasar kokain di Amerika Serikat, sehingga menghasilkan keuntungan sebesar 22 juta dolar per tahun. Ia mesti menghindari pajak dan endusan polisi Amerika. Karena begitu banyaknya, ia menimbun berlembar uang di dalam tanah.