Eropa Italia

Benevento dan Narasi Tim Debutan di Serie A

Bersama dengan Bundesliga Jerman, La Liga Spanyol dan Liga Primer Inggris, kompetisi Serie A Italia merupakan empat liga paling top di benua Eropa. Sederhananya, hal ini bisa dibuktikan dari koefisien UEFA yang menempatkan kuartet liga tersebut di posisi empat besar. Cukup jauh meninggalkan kompetisi-kompetisi lain seperti Ligue 1 Prancis, Liga Primer Rusia dan bahkan Eredivisie Belanda.

Namun sedikit berbeda dengan liga-liga yang ada di empat besar, dalam kurun beberapa musim terakhir, Serie A sanggup menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Ya, kompetisi yang populer di Indonesia sejak 1990-an ini terbilang cukup rajin “memberi kesempatan” untuk klub-klub debutan mencicipi sengitnya persaingan di kasta teratas sepak bola Italia.

Silakan simak tabel di bawah:

NO MUSIM KLUB DEBUTAN
1 2013/2014 Sassuolo
2 2014/2015
3 2015/2016 Carpi dan Frosinone
4 2016/2017 Crotone
5 2017/2018 Benevento

Dari tabel di atas, kita akan mendapati sebuah fakta jika dalam kurun lima musim terakhir, Serie A hampir selalu kedatangan tim yang baru pertama kali mencicipi kerasnya persaingan di kasta teratas. Pengecualian muncul di musim 2014/2015, di mana tak satupun klub debutan yang mentas di Serie A.

Menariknya, perjalanan para tim debutan itu pun cukup bervariasi. Ada yang sanggup bertahan, ada pula yang langsung terjun ke Serie B ketika melakoni percobaan pertamanya.

Mari kita ambil Sassuolo sebagai contoh pertama. Klub yang berasal dari provinsi Modena itu secara heroik sanggup bertahan di Serie A sejak melakoni debut perdananya di musim 2013/2014 silam.

Tak sampai di situ, kesebelasan dengan seragam utama berwarna hijau-hitam ini bahkan sudah mencicipi aroma persaingan di kompetisi antarklub Eropa pada musim 2016/2017 usai musim sebelumnya finis di peringkat enam klasemen akhir Serie A musim 2015/2016. I Neroverdi bahkan populer sebagai klub yang rajin mempromosikan pemain muda berbakat.

Sebaliknya, Carpi dan Frosinone yang datang dengan sangat gagah dari Serie B, justru gagal tampil baik saat menjalani kampanye perdana mereka di Serie A musim 2015/2016. I Biancorossi, julukan Carpi, dan Canarini, nickname Frosinone, harus menerima nasib bahwa mereka langsung terdemosi ke Serie B lantaran hanya bercokol di papan bawah klasemen Serie A musim tersebut. Hal ini tentu bukan sebuah debut yang didambakan oleh banyak pihak.

Sementara tim debutan di Serie A 2016/2017, Crotone, menghadirkan sebuah kisah sensasional yang mungkin tak mudah diulangi klub manapun. Terjepit di zona degradasi hampir di sepanjang musim, anak asuh Davide Nicola justru berhasil selamat di pekan terakhir musim kemarin.

Kemenangan 3-1 atas Lazio yang dibarengi kekalahan Empoli dari Palermo dengan kedudukan 1-2 membuat Squali, julukan Crotone, siap bertarung kembali di Serie A musim depan.

Kelolosan Crotone dari lubang jarum itu pula yang membuat Nicola berpeluh keringat mengayuh sepeda sejauh 1.300 kilometer dari Crotone ke Turin guna memenuhi nazar yang diucapkannya apabila tim asuhannya sukses bertahan di Serie A.

Baca juga: Nazar Mengharukan Pelatih Crotone

Dan pada musim kompetisi 2017/2018 mendatang, Serie A kembali kedatangan tim debutan dalam wujud Benevento. Kesebelasan mungil asal regional Campania ini sukses naik kelas setelah memenangi babak final playoff Serie B yang diselenggarakan dalam dua leg melawan Carpi.

Gol semata wayang via kaki George Puscas, penyerang muda asal Rumania yang dipinjam dari Internazionale Milano pada leg kedua sudah cukup untuk memberi tiket promosi tersebut. Pada leg pertama, kedua tim bermain imbang tanpa gol. Benevento pun secara resmi menjadi klub ke-67 sepanjang sejarah sepak bola Italia yang siap bertempur di ganasnya rimba Serie A.

Menengok skuat Benevento di Serie B musim 2016/2017 yang lalu, klub yang bermarkas di Stadion Ciro Vigorito ini lebih banyak memanfaatkan tenaga pemain-pemain pinjaman dalam perjuangan mereka. Antara lain Alessio Cragno (Kiper/Cagliari), Lorenzo Venuti (Bek/Fiorentina), Raman Chibsah (Gelandang/Sassuolo), Filippo Falco (Gelandang/Bologna) dan Puscas. Suka tidak suka, kenyataan ini tentu agak riskan bagi perjalanan Fabio Ceravolo dan kolega di musim depan.

Pasalnya, probabilitas nama-nama tersebut mudik ke klub asalnya tentu saja amat besar. Hal ini bisa menyebabkan kekuatan Benevento berkurang drastis sehingga mengancam kans mereka untuk bisa menjalani debut dengan nyaman sekaligus mencuri kesempatan yang ada untuk bertahan.

Marco Baroni pun sadar jika situasi ini dapat menyulitkan langkah Stregoni, julukan Benevento, di Serie A musim 2017/2018 nanti. Sebagai pelatih, dirinya pun siap berjuang semaksimal mungkin dengan skuat yang ada, meski tetap berharap sebagian nama pemain pinjaman itu dibiarkan sang pemilik bertahan di Benevento.

Menjadi tim debutan Serie A bukanlah status yang menyediakan banyak keistimewaan, terlebih dengan kondisi finansial yang tak betul-betul sehat, justru memperkecil peluang untuk memboyong pemain-pemain anyar berkualitas untuk melengkapi amunisi.

Lebih sadisnya lagi, status ini juga bisa membuat Benevento menjadi incaran tim-tim yang lebih mapan untuk dijadikan ladang mencari poin. Hal serupa pernah terjadi kepada Carpi dan Frosinone yang akhirnya terdegradasi lagi usai promosi.

Walau begitu, keberhasilan Sassuolo dan Crotone bertahan di Serie A juga bisa memotivasi klub yang punya seragam khas garis-garis vertikal berwarna kuning dan merah ini untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Tujuannya jelas demi kesempatan mentas di puncak piramida sepak bola Italia dalam durasi yang lebih lama.

Bagaimana prediksimu perihal nasib Benevento musim depan, Tribes?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional