Real Madrid yang mencetak 32 gol sampai semifinal kembali memperlihatkan ketajaman mereka di dalam kotak penalti. Empat gol mereka ciptakan ke gawang Juventus. Selain itu, Real sukses membuat Juventus kesulitan menciptakan peluang bernilai tinggi. Skor akhir 4-1 mengiringi keberhasilan El Real merengkuh si Kuping Lebar.
Poin-poin pra-pertandingan
Kehadiran Toni Kroos dan Luka Modric yang berlevel ”alien” di lini tengah, seperti yang sudah-sudah, akan menjadi salah satu senjata Real dalam mengompensasi spacing (pengisian ruang) mereka yang “terlalu biasa” untuk klub dengan sumber daya seperti El Real. Ketahanan tekan (press-resistance) keduanya sangat bagus.
Ini saja sudah sering merepotkan pressing lawan. Ditambah hadirnya Isco, lini tengah Real menjadi lini tengah dengan modal mumpuni menghadapi mesin pressing seperti Juventus. Bagaimana Juventus memainkan pressing dalam fase paling awal dari build-up Real menarik untuk ditonton.
Real harus menghadapi lawan yang memiliki kerapatan (compactness) blok bagus. Compactness Juventus membuat tim asal Turin tersebut mampu memblokir akses di area sisi bola. Menghadapi gaya bertahan seperti ini, perpindahan bola dari satu sisi ke sisi lain, dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sedikit banyak, akan menggoyahkan kestabilan blok.
Dari perpindahan tadi, biasanya, Real memanfaatkan halfspace dan sayap terdekat untuk memanipulasi pertahanan lawan untuk mendapatkan ruang umpan silang. Bila si penerima bola, setelah proses perpindahan bola, berada di halfspace, ia akan melakukan la pausa, berhenti menahan bola sejenak, untuk menunggu rekannya masuk ke pos sayap. Dan sebaliknya, bila si penerima berada di koridor sayap.
Prinsip Juventus dalam progresi build-up dari bawah melalui Paulo Dybala (atau Gonzalo Higuain) akan menjadi salah satu pemandangan jamak. Karenanya, bagaimana pemain-pemain Nyonya Besar mampu mengakses Dybala, ditambah dukungan struktural yang tepat dan antisipasi lini tengah Real terhadap prinsip taktik ini, akan menjadi poin penting.
Yang kedua, bila progresi dengan cara di atas terlalu sulit memiliki resiko besar untuk ditempuh, Mario Mandzukic di sayap kiri akan menjadi sasaran umpan lambung dari lini belakang Juve. Di sini, bagaimana Raphael Varane dan Casemiro mampu membantu Dani Carvajal dalam duel udara, menghadapi si jangkung Mandzukic, dapat menghambat progresi Juventus.
Permainan Real Madrid
Ketika Real memainkan build-up dari belakang, Juventus memberikan ruang bagi kedua bek tengah (BT) Real untuk menguasai bola. Juve lebih memilih menjaga Kroos dan Modric orang per orang sambil mempertahankan akses pressing kepada Casemiro. Pressing Juventus beberapa kali menyulitkan Real untuk mengembangkan permainan dari bawah. Pressing sampai ke sepertiga akhir, membuat Real harus memainkan bola-bola panjang yang tidak “aman”.
Ada kalanya Keylor Navas mampu mengakses bek sayap dikarenakan ketiga penyerang Juventus berfokus kepada dua BT dan Casemiro. Ini membuat Navas dapat menjangkau bek sayap. Tetapi, bagusnya bagi Juve, onward-pressing (press ke depan) oleh Alves atau Alex Sandro dapat mencegah progresi lebih lanjut langsung dari bek sayap Real tadi. Dan, lagi-lagi, ketika Real coba memindahkan permainan ke koridor sayap sisi jauh, pemain Juve di sisi jauh pun sudah mengantisipasi dan memotong umpan.
Ketika Real mencoba memainkan bola ke depan, Isco sering sekali terlihat turun menjemput bola. Di sini masalah lama Real kembali teridentifikasi. Isco memang menerima bola, tetapi bola-bola yang dijemputnya kebanyakan ia terima di depan lini pressing Juventus.
Masalahnya adalah, selain di mana Isco menerima bola, posisi Kroos, Modric, dan Casemiro pun masih berada di bawah (lihat infografis di atas). Di pos nomor 9 (area striker), Benzema dan Ronaldo berada sejajar dengan lini belakang Juventus. Hasilnya, spacing Real menjadi tidak optimal karena mereka kehilangan koneksi di pos nomor 10 (gelandang serang). Sirkulasi bola Los Blancos pun berlanjut dengan umpan horizontal atau umpan ke belakang.
Namun pun demikian, Real masih mampu mendapatkan celah untuk bergerak ke atas, yang salah satunya disebabkan oleh kapasitas individual pemain-pemain mereka yang berada di level “alien”.
oke juve bukan parkir bus biasa tapi madrid punya bukan pemain biasa https://t.co/xwxIjH5z7X
— Penunggu Tribun (@joretni) June 4, 2017
Real yang berorientasi menyerang lewat sayap, terus berusaha mencari akses ke sepertiga akhir melalui kedua bek sayapnya. Terutama melalui sisi kiri yang ditempati Marcelo. Kroos dan Marcelo ditopang oleh Modric dan (bahkan) Isco meng-overload sisi kiri. Rencana pertama, Real akan mencoba “membebaskan” Marcelo agar bek kiri Brasil tersebut mendapatkan ruang untuk melepaskan umpan silang.
Rencana kedua, seperti yang disebutkan di awal tulisan, dari kiri Real memindahkan permainan ke koridor halfspace atau sayap sisi jauh. Gol kedua berakar dari skema ini. Serangan balik Real menyasar ke sayap kiri mereka. Bola dipindahkan ke halfspace jauh. Ronaldo yang menerima bola melakukan la pausa menunggu Carvajal bergerak ke atas. Kombinasi di antara keduanya berakhir dengan gol pertama bagi Los Galacticos.
Penggunaan sayap dan halfspace sisi bola untuk menciptakan ruang tembak, yang menjadi salah satu taktik penciptaan peluang, juga dapat dilihat di momen lain. Tembakan Kroos di menit ke-60, contohnya. Benzema melakukan dribble ke dalam kotak penalti Juve kemudian memperlambat langkah dan memainkan umpan pendek kepada Kroos di halfspace terdekat.
Tembakan Kroos gagal, karena diblok oleh Alex Sandro. Seperti yang kita ketahui, bola liar disambut oleh Casemiro, si gelandang underrated, dan melahirkan gol kedua bagi Real yang juga memberi efek psikis masif bagi Juventus.
Betapa pun di atas disebutkan struktur posisional Real tidak optimal, bukan berarti spacing mereka jelek sepanjang pertandingan. Dalam banyak situasi, Real memperlihatkan okupansi ruang yang mampu mendukung overload sisi bola maupun kontrol di area tengah. Peluang tendangan Isco di menit ke-58 merupakan salah satu contohnya.
Contoh lain adalah pertahanan Real di blok rendah. Dalam pressing blok rendah, kedinamisan pemain-pemain Real mampu membuat mereka mengamankan area krusial di depan lini belakang. Hal ini, pada gilirannya, ikut membantu Real keluar dari gegenpressing Juventus.
Blok rendah Sergio Ramos dan kawan-kawan sendiri pun terhitung bagus. Compactness mereka terjaga. Tidak ada press berlebihan dikarenakan pendekatan pressing mereka yang berorientasi kepada pemain lawan (man-oriented press). Dengan bentuk dasar 4-4-2, Real memarkir 9 sampai 10 pemain di sepertiga awal mereka untuk mencegah Juve mengeksploitasi area tengah.