Alejandro… Alejandro… Ale-ale-jandro… Ale-ale-jandro…
Kamu pasti familiar dengan penggalan lagu pop yang dinyanyikan Lady Gaga itu, bukan? Sempat booming di tahun 2009 dan 2010, Lady Gaga menuturkan bahwa lagu Alejandro yang dibuatnya bermakna perpisahan untuk para mantan kekasihnya, yang salah satunya dinamakan Alejandro. Namun yang akan kita bicarakan disini bukan soal Alejandro-nya Lady Gaga, melainkan Alejandro lain yang berasal dari Cile.
Apa istimewanya Alejandro yang satu ini? Jika kita mengenal Alejandro-nya Lady Gaga sebagai musik bergaya Latin yang sempat nangkring di peringkat atas beberapa music chart ternama di dunia, Alejandro dari Cile ini juga pernah menikmati puncak karier sebagai pesepak bola di Indonesia. Dia bernama lengkap Alejandro Andres Tobar Vargas, salah satu gelandang Latin terbaik yang pernah berkarier di Indonesia.
Alejandro Tobar mengawali kariernya di Indonesia dengan situasi yang bisa dibilang tidak enak karena penuh tuntutan tinggi. Ia didatangkan Persib Bandung di tahun 2003 oleh Juan Antonio Paez, pelatih Maung Bandung kala itu, untuk menyelamatkan tim kebanggaan Bobotoh dari degradasi.
Paez yang sama-sama berasal dari Cile juga mendatangkan Claudio Lizama dan Rodrigo Sanhueza. Di akhir cerita, Persib akhirnya lolos dari degradasi setelah melewati babak playoff di Solo.
Tobar, layaknya pemain Amerika Latin pada umumnya, memiliki gaya bermain yang stylish, lebih mengandalkan teknik ketimbang fisik. Umpan-umpannya sangat terukur dan eksekusi bola matinya meliuk indah, seperti tarian-tarian khas Amerika Latin. Jika Alejandro Tobar termasuk dalam deretan pemain yang diabadikan di gim Pro Evolution Soccer (PES), classic number 10 adalah Player Index Card yang paling tepat untuknya.
Hingga akhir kariernya di Persib Bandung pada 2004, Tobar telah mencetak 15 gol. Dalam kurun waktu itu ia menjadi pembagi bola terbaik yang dimiliki Maung Bandung. Kemampuan playmaking-nya membuat ia menjadi trequartista idola bobotoh setelah Adjat Sudrajat.
Selain Persib Bandung, PSMS Medan juga menjadi klub yang beruntung dapat menikmati servis Tobar di masa jayanya. Ayam Kinantan dibawanya menjadi kesebelasan yang ditakuti lawan di Liga Indonesia XI dan XII. Tobar menjadi salah satu pemain kunci bersama Alcidio Fleitas, Saktiawan Sinaga, Mbom Julien, Legimin Raharjo, dan Markus Horison.
Di Liga Indonesia XI yang diselenggarakan tahun 2005, PSMS langsung dibawanya meroket, finis di peringkat empat klasemen akhir Wilayah Barat. Tiket ke babak 8 besar pun digenggam, namun sayangnya, Tobar dan kawan-kawan hanya sanggup menempati posisi kedua Grup Timur di bawah Persipura Jayapura yang akhirnya menjadi juara. Di perebutan peringkat ketiga, PSMS kembali harus takluk, kali ini di tangan PSIS Semarang.
Di Liga Indonesia XII, prestasi PSMS ternyata tak lebih baik dari musim sebelumnya. Mereka gagal lolos ke babak 8 besar karena hanya menempati posisi ke-5 di klasemen akhir Wilayah Satu. Namun di edisi Liga Indonesia tahun itu, Tobar mencetak gol cantik ke gawang mantan timnya, Persib Bandung. Salah satu gol terbaik yang ia cetak bersama PSMS.
Tobar menyelesaikan operan satu-dua bersama Saktiawan Sinaga dengan sangat cantik. Ia mencungkil bola melewati hadangan Sinthaweechai “Kosin” Hathairattanakool, kiper Persib asal Thailand. Di akhir laga, PSMS menang dua gol tanpa balas.
Setelah dua musim bermukim di Medan, pemain kelahiran 4 Juni 1976 ini meninggalkan PSMS dan tak lagi merumput di Indonesia. Tidak diketahui di mana ia bermain hingga pada musim 2008/2009 ia kembali ke Indonesia memperkuat Persikab Kabupaten Bandung.
Tobar kemudian mengungkapkan keinginannya untuk kembali memperkuat PSMS pada pertengahan 2010. Ia sempat menjalani seleksi bersama Ayam Kinantan namun hasilnya negatif. Cedera paha membuat ia tak tampil maksimal dan manajemen PSMS memutuskan untuk tidak mengontraknya.
Setelahnya, Tobar kembali menghilang. Di awal 2012 ia tercatat pernah membela Persiku Kudus dan memperkuat Persikabo Bogor di Divisi Utama 2013, namun setelahnya tidak ada cukup info resmi terkait seberapa lama ia berkarier di kedua klub itu. Selepas dari Persikabo, keberadaan Tobar kembali tak terlacak hingga tiba-tiba ia muncul di salah satu televisi swasta nasional menjadi komentator Piala Dunia 2014.
Alejandro Tobar, meskipun tak bergelimang prestasi, telah mendapat tempat di hati para suporter Persib Bandung dan terutama PSMS Medan. Ia menjalankan peran nomor 10 dengan sangat baik. Seandainya para suporter Ayam Kinantan memiliki pintu ke mana saja, saya yakin sebagian besar akan membuka pintu itu untuk kembali menyaksikan umpan-umpan Tobar menusuk pertahan lawan. Horas!
Selamat ulang tahun, Alejandro!
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.