Pada era 1990-an sampai 2000-an, setidaknya ada tiga perusahaan perlengkapan olahraga asal Italia yang menjadi sponsor banyak klub sepak bola di benua Eropa. Triumvirat yang saya maksud tak lain tak bukan adalah Diadora, Lotto dan Kappa. Saat itu, ketiganya dapat menyaingi hegemoni Adidas, Nike, Puma dan juga Umbro.
Diadora tercatat pernah menjadi supplier bagi Aston Villa, AS Roma, Glasgow Rangers dan Napoli. Sementara Lotto sempat menjadi sponsor AC Milan, Fiorentina, Juventus dan Parma. Terakhir, Kappa merupakan penyedia kostum untuk AS Monaco, Barcelona, Feyenoord serta Manchester City.
Akan tetapi seiring dengan masifnya ekspansi Adidas, Nike dan Puma di dunia sepak bola, membuat Diadora, Lotto dan Kappa mulai tersisih. Namun patut digarisbawahi, jika ekspansi yang dilakukan trio yang disebut terlebih dahulu berkaitan dengan pundi-pundi yang bisa didapatkan klub, bukan semata-mata meningkatnya kualitas produk buatan mereka.
Industri yang menggeliat di bidang sepak bola pada akhirnya memang menuntut pendapatan segunung yang salah satunya bisa didapat oleh klub-klub yang ada melalui kerjasama dengan apparel tenar seperti Adidas, Nike dan Puma.
Sebagai contoh, Barcelona punya kontrak bernilai ratusan juta paun bersama Nike. Chelsea juga rela memutus hubungan kerjanya dengan Adidas demi mendapat limpahan dana yang lebih gemuk dari Nike per musim depan.
Namun di tengah merosotnya popularitas yang dimiliki tiga apparel asal Negeri Spageti tersebut, meroketlah satu merek baru dari Italia yang kini mensponsori cukup banyak tim di benua biru bernama Macron. Walau belum bisa mengikat kerjasama dengan kesebelasan elite macam Manchester United atau Real Madrid, kemunculan Macron patut kita apresiasi karena memberi warna tersendiri di dalam persaingan panas apparel yang memperebutkan kue (baca: keuntungan) dari industri sepak bola.
Berdiri pada tahun 1971, pada mulanya Macron hanya mengkhususkan diri sebagai distributor perlengkapan bisbol untuk sebuah brand ternama asal Amerika Serikat. Namun seiring berjalannya waktu, perusahaan yang berbasis di Crespellano, sebelah barat kota Bologna, ini menjamah cabang olahraga yang lain.
Dunia bal-balan sendiri baru dimasuki Macron pada awal milenium baru, yakni tahun 2001 silam. Kala itu, Macron berkongsi dengan tim sepak bola yang dekat dengan pusat operasional mereka, Bologna. Selang empat tahun kemudian, Macron mencoba untuk semakin melebarkan sayapnya di jagat sepak bola Italia dengan menjadi penyuplai untuk sejumlah kesebelasan lokal yang lain.
Melihat perkembangan positif yang ada, membuat Macron semakin percaya diri untuk menancapkan kukunya di dunia sepak bola. Salah satu langkah paling jor-joran yang mereka lakukan adalah menjadi sponsor utama bagi klub asal Inggris, Bolton Wanderers, per tahun 2014. Tak sekadar menjadi pemasok seragam tempur, Macron juga mengakusisi hak penamaan stadion yang dipunyai bekas tim Eidur Gudjohnsen tersebut sehingga kandang The Trotters kini resmi disebut dengan Stadion Macron.
Walau belum sanggup menyediakan fulus dalam jumlah besar guna menggoda klub-klub mapan, namun Macron cukup berhasil membujuk sejumlah tim yang cukup populer di beberapa liga top Eropa guna mengikat kerjasama. Antara lain Crystal Palace dan Stoke City di Liga Primer Inggris, Deportivo La Coruna dan Levante di La Liga Spanyol, Bologna dan Lazio di Serie A Italia, OGC Nice di Ligue 1 Prancis, Vitesse Arnhem di Eredivisie Belanda dan Sporting Lisbon di Liga Primera Portugal.
Lebih jauh, meski punya kostum template sebagai acuan dalam merancang seragam tanding klub-klub yang disponsorinya, perusahaan yang sekarang dipimpin oleh Francesco Bormioli ini bisa dikatakan tidak terlalu kaku seperti Adidas, Nike dan juga Puma. Di musim 2016/2017 ini misalnya, seragam Nike yang diperuntukkan bagi Barcelona, Internazionale Milano dan Manchester City baik kandang maupun tandang mengambil template Nike Vapor sebagai model dasarnya.
Sebaliknya, Macron memberi sedikit variasi yang memberi nuansa segar bagi klub yang disponsori ataupun khalayak yang melihatnya lantaran bisa menyuplai model yang berbeda untuk jersey kandang dan tandang. Tak percaya, silakan tengok kostum terbaru yang akan digunakan Stoke City di musim 2017/2018 mendatang.
Akan sangat menarik untuk melihat sepak terjang Macron di dunia sepak bola pada masa yang akan datang. Bila terus konsisten dalam berekspansi dan mengembangkan produknya, bukan tidak mungkin Macron akan sanggup bertarung dengan apparel ternama seperti Adidas, Nike dan Puma untuk mensponsori kesebelasan-kesebelasan elite Eropa.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional