Selama bulan suci Ramadan, kompetisi sepak bola Indonesia dipastikan tetap bergulir. Keputusan tersebut diungkapkan oleh operator kompetisi, PT. Liga Indonesia baru, melalui CEO mereka, Tigor Shalom Boboy. Tigor juga menyebutkan bahwa selama Ramadan, hanya Liga 1 saja yang tetap bergulir. Pertandingan-pertandingan di Liga 1 sendiri akan dimulai pada pukul 20:30 waktu setempat.
Belum bergulir lama, jadwal baru selama bulan Ramadan ini sudah menuai protes. Tim Semen Padang beranggapan bahwa dengan sepak mula pada pukul 20:30 dianggap cukup menyulitkan. Sementara beberapa kesebelasan lain juga mempertanyakan mengapa jam tersebut dipilih sebagai waktu dimulainya pertandingan Go-Jek Traveloka Liga 1.
Masih melalui Tigor, rasionalisasi sepak mula yang digelar lebih malam dari jadwal biasanya salah satunya adalah agar tidak terbentur dengan ibadah salat Tarawih. Namun, pertandingan yang dimulai lebih larut ini tentu mengingatkan kita dengan beberapa pertandingan di kompetisi liga reguler lalu, Torabika Soccer Championship (TSC). Kala itu, beberapa pertandingan bahkan dimulai pada jam yang sangat larut, sehingga pertandingan pun usai di waktu yang hampir lewat tengah malam.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah merupakan sesuatu yang baik bertanding pada jam tersebut? Apakah ada efek tertentu akibat bertanding pada jam tersebut?
Umumnya, berolahraga saat berpuasa tidak akan terlalu bermasalah. Yang mesti dikritisi adalah soal berolahraga di malam hari. Teorinya memang menyebutkan bahwa olahraga di malam hari memang lebih efektif dalam pembentukan otot karena hormon insulin sebagai pembentuk otot lebih banyak keluar pada malam hari. Dan berbagai manfaat lain bisa didapatkan dari berolahraga di malam hari.
Tetapi mesti diketahui juga pada jam tersebut merupakan waktu kerja dari beberapa bagian organ tubuh. Terutama organ dalam seperti jantung, paru-paru dan hati. Dan idealnya memang mulai dari jam 20:00 ke atas, manusia sebaiknya lebih banyak menggunakan waktunya untuk istirahat dan bersantai agar kerja dari organ dalam ini bisa maksimal.
Tentu apabila terjadi sekali dua kali tidak masalah. Tetapi bukankah pesepak bola melakukan ini bisa dalam kurun waktu sepuluh tahun atau lebih selama karier mereka? Berolahraga keras apalagi bermain sepak bola di malam hari, ibaratnya seperti menggunakan sebuah mesin secara terus menerus. Lama kelamaan tentu akan aus.
Ini bisa jadi salah satu permasalahan yang harus segera di atasi. Sudah banyak kasusnya, bukan? Bagaimana atlet atau pesepak bola justru menjadi begitu menurun lemah di usia senjanya. Pengaruh berolahraga di waktu yang tidak tepat seperti malam yang kelewat larut pun menjadi salah satu penyebabnya.
Waktu yang seharusnya dipakai untuk istirahat, justru dipakai terus untuk bermain sepak bola. Usia memang tidak ada yang tahu, tetapi bukankah lebih baik untuk selalu mengupayakan agar tetap sehat?
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia