Eropa Lainnya

Mempertanyakan Tur Akhir Musim Klub Eropa, Demi Keuntungan Semata?

Chelsea dan Manchester City yang melakukan laga pra musim di Amerika pada tahun 2013 lalu.

Bukan barang baru

Sejatinya praktik uji coba akhir musim bukanlah sesuatu yang baru bagi klub-klub Liga Primer Inggris. Selain Tottenham dan Liverpool, Manchester City dan Chelsea pernah menjalaninya. Bahkan yang lebih ekstrem, dua klub papan atas itu pernah saling bentrok dalam tak hanya satu, tapi dua pertandingan persahabatan di AS.

Entah apa yang ada di benak manajemen City dan Chelsea kala melangsungkan dua pertandingan dengan waktu berdekatan di Negeri Paman Sam. Di Busch Stadium, St. Louis, The Blues kalah 3-4 atas The Citizens, 23 Mei 2013 silam, sebelum kembali takluk 3-5 di Yankee Stadium, New York, dua hari setelahnya, atau empat hari usai pekan terakhir Liga Primer 2012/2013.

City memang dikenal kerap menggelar laga akhir musim. Setahun berselang, klub yang bermarkas di Etihad Stadium itu dijamu Al Ain, beberapa hari setelah juara liga. Akhir musim 2014/2015, David Silva dan kawan-kawan kembali ke Amerika Utara untuk menghadapi Toronto FC. Sementara Chelsea juga sempat berkunjung ke Australia, tepatnya Sydney, di akhir musim lalu.

Sydney tampaknya jadi destinasi favorit mengingat laga perdana tur akhir musim Spurs juga terjadi di sana, 2015 lalu. Namun, tak semua partai sejenis terjadi di Asia Pasifik. Liverpool pernah melakoni partai penutup musim di Dublin, Irlandia, kala menang telak atas Shamrock Rovers. Dari sederet laga akhir musim yang dijalani, uang memang tak pernah lepas.

Selain uang bayaran per laga, potensi pemasukan dari penjualan merchandise hingga deal dengan sponsor juga jadi keuntungan tersendiri bagi klub elite Eropa yang menjalani tur jauh dari rumah. Barcelona dan Real Madrid, yang punya nilai tak berbeda jauh dengan tim papan atas Liga Primer saja, kini sudah menembus angka 40 miliar rupiah.

Hal ini diakui presenter yang juga aktif di dunia promotor olahraga Indonesia, Tio Nugroho. “Itu belum termasuk lima lantai hotel yang akan dikosongkan dan mobil 20 buah. Dipakai atau tidak nantinya, jelas membutuhkan biaya besar,” ujar Tio seperti dikutip dari Detiksport.

Dana sekitar 2,5 juta paun didapat klub setiap melakoni pertandingan di Asia Pasifik dan AS. Meski tergolong tak terlalu besar, tapi terbilang cukup signifikan. Apalagi belum ditambah potensi sponsor dan pemasukan dari suporter. Uang, meski dibuat tak terlalu kentara, tetap jadi motif utama kerelaan klub menggelar laga amat jauh dari kandang dengan melibatkan para pemain yang baru saja jalani musim melelahkan.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho