Thailand merupakan kekuatan utama sepak bola Asia Tenggara pada saat ini. Dalam level negara, Thailand adalah batu sandungan terbesar untuk negara-negara lain di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dalam ajang turnamen regional.
Yang teranyar, Negeri Gajah Putih ini menggagalkan asa Indonesia untuk meraih gelar pertama Piala AFF pada Desember 2016 silam. Sejak pertama kali digelar pada tahun 1996 dengan nama Piala Tiger, Thailand merajai turnamen ini dengan mengoleksi gelar sebanyak lima kali (terbanyak di antara negara lain).
Situasi Thailand ini juga tetap sama jika kita bergeser kepada kompetisi antar klub. Level kompetisi negara ini masih merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Pada tanggal 5 Mei silam, AFC merilis peringkat kompetisi liga anggota AFC.
Hasilnya adalah Thailand secara keseluruhan menempati peringkat kesepuluh dan yang pertama di antara negara pada kawasan Asia Tenggara dengan total nilai sebesar 41,760. Kemudian diikuti oleh Malaysia dengan total nilai 31,064, Vietnam dengan 28,628, Filipina dengan 18,136, Indonesia dengan 17,519, Singapura dengan 16,090, Myanmar dengan 14,987, Laos dengan 4,175, Kamboja dengan 3,563, dan terakhir adalah Brunei Darussalam dengan 0,793.
https://www.instagram.com/p/BUPCh_4geqP/?taken-by=pengamatsepakbola&hl=id
Muangthong United di Liga Champions Asia 2017
Pada musim kompetisi 2017 kali ini, mungkin sejauh ini hanya Muangthong United yang mampu menarik perhatian di level Asia Tenggara. Tim ini hingga pekan ke-16 Thai League 1, masih menghuni posisi puncak dengan 34 poin, unggul selisih gol dari Buriram United dan hanya berjarak satu angka dari Chiangrai United yang menghuni posisi ketiga.
Tetapi bukan hal ini yang menjadi bahasan menarik mengenai tim ini. Kejutan yang ditorehkan oleh Muangthong United pada ajang Liga Champions Asia sejauh ini melampaui ekspektasi semua kalangan. Tergabung ke dalam Grup E bersama dengan tim kuat lain seperti Kashima Antlers, Ulsan Hyundai, dan Brisbane Roar, tim ini mampu tampil mengejutkan dengan lolos ke babak 16 besar Liga Champions Asia setelah menempati peringkat kedua dengan koleksi 11 poin di bawah Kashima Antlers yang berhasil meraup 12 poin.
Muangthong United juga mencatatkan rekor impresif yakni menjadi tim yang paling sedikit kebobolan di fase grup bersama dengan Kawasaki Frontale dan Jiangsu Suning dengan kebobolan 3 gol saja. Muangthong United pun hanya kebobolan satu gol saja kala bertanding di kandang sendiri, SCG Stadium, yakni ketika menang 2-1 atas Kashima Antlers pada pekan kedua.
Prestasi lolos ke babak 16 besar ini menyamai torehan Buriram United ketika berlaga pada Liga Champions Asia edisi 2013 yang berhasil melaju ke babak 16 besar setelah finis runner-up di bawah FC Seoul dan mengungguli Jiangsu Sainty dan Vegalta Sendai. Buriram United kemudian berhasil melaju ke perempat-final setelah berhasil unggul 2-1 secara agregat atas Bunyodkor sebelum akhirnya kandas oleh wakil Iran, Esteghlal, setelah kalah 1-3 secara agregat.
Torehan yang diukir Muangthong United ini tentunya lebih spesial dari Buriram United pada tahun 2013 karena berhasil meraih 3 kali kemenangan, 2 kali seri, dan hanya sekali kalah. Lebih baik dari catatan Buriram United yang hanya mampu menorehkan sekali kemenangan dan 4 kali seri dengan rekor 6 kali memasukkan dan 6 kali kemasukan.
Tren penurunan dan peluang melaju ke perempat-final
Setelah dipastikan lolos ke babak 16 besar menemani Kashima Antlers, hasil undian menetapkan Muangthong United untuk menghadapi kesebelasan kuat asal Jepang lainnya, yakni Kawasaki Frontale.
Dengan status sebagai tim kuda hitam tentunya diharapkan Muangthong United mampu bermain lepas dan mengejutkan kesebelasan asal Jepang ini. Namun Muangthong United juga bukan tanpa masalah. Setelah mengalami kekalahan 1-2 atas tuan rumah Kashima Antlers di pertandingan terakhir fase grup, Muangthong United tidak sekalipun mampu meraih poin pada lanjutan Thai League 1.
Setelah kalah menghadapi tim promosi, Thai Honda Ladkabrang, di kandang lawan dengan skor tipis 0-1, Muangthong United kembali mengalami kekalahan 2-3 di kandang sendiri saat menjamu tim papan tengah, Port FC. Pertandingan terakhir yang mereka jalani sebelum menjamu Kawasaki Frontale pun tak kunjung menunjukkan tanda-tanda perubahan. Muangthong United harus dipaksa tunduk oleh tim promosi lain, Ubon UMT United, di kandang sendiri dengan skor 2-3.
Tren penurunan ini pula yang mengancam kans mereka lolos ke perempat-final karena kala menjamu Kawasaki di Thailand, mereka kandas dengan skor cukup telak 1-3. Hal ini tentunya menjadi tugas berat bagi pasukan The Twin Qilins (julukan Muangthong United) yang kini dihuni oleh delapan pemain inti tim nasional Thailand jika ingin lolos ke babak 8 besar Liga Champions Asia. Langkah yang harus dilalui oleh Muangthong United pada laga kedua babak 16 besar di kandang Kawasaki Frontale memang berat untuk menyamai prestasi Buriram United yang berhasil melaju hingga ke babak 8 besar.
Sejak nama dan format Liga Champions Asia berubah (dulu bernama Asian Club Championship) pada 2002, prestasi terbaik yang mampu ditorehkan wakil Asia Tenggara di ajang tersebut adalah pada musim 2002/2003 yang notabene adalah musim pertama dengan memakai nama AFC Champions League.
BEC Tero Sasana yang menjadi wakil Asia Tenggara pada saat itu mampu membuat kejutan hingga mampu tampil di partai final sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Al-Ahli dengan agregat 2-1 (sistem final saat itu masih menggunakan sistem dua laga).
Namun apapun itu, kiprah Muangthong United ini turut memberi warna baru di konstelasi sepak bola Asia bahwa saat ini, Asia Tenggara tak lagi bisa dianggap remeh oleh tim-tim mapan di Asia Timur dan sekitarnya.
Author: Hafizh Armaghani (@blackboyhafizh)
Mahasiswa dan tinggal di Semarang