PSSI kembali mengeluarkan kebijakan yang fenomenal. Melalui PT. Liga Indonesia Baru (LIB), PSSI memutuskan menunda laga Perseru Serui VS Persija Jakarta yang notabene akan diselenggarakan pada Minggu, 28 Mei 2017 di Stadion Marora, Serui. Laga tersebut direncanakan pada 2 Agustus 2017 mendatang.
Alasan dibalik ditundanya laga tersebut adalah kondisi Stadion Marora yang tidak memadai. Lampu stadion yang dimiliki oleh Stadion Marora tidak memenuhi standar. Apalagi, pada bulan Ramadan, seluruh pertandingan Liga 1 akan diselenggarakan pada malam hari (selepas waktu salah Tarawih).
“Iya betul (ditunda). Kondisi lampu stadion sedang dalam perbaikan jadi tidak memenuhi syarat,” ucap Tigorshalom Boboy selaku CEO PT LIB, pada Rabu (24/5) sore.
Hal ini jelas menimbulkan ketidakadilan. Bagaimana bisa sebuah pertandingan ditunda karena kondisi stadion tidak memungkinkan? Apalagi bagi Persiba Balikpapan, yang selama tujuh pekan awal Liga 1 harus menjadi musafir dan bermain jauh dari suporternya. Alasannya, karena kondisi Stadion Batakan tidak memungkinkan. Pun juga dengan Persija Jakarta.
Jika memang tidak memungkinkan menggelar pertandingan, memindahkan venue pertandingan seharusnya menjadi solusi. Apalagi, perubahan jadwal pertandingan tidak akan menguntungkan kedua tim.
Verifikasi macam apa yang dilakukan PSSI?
Ditundanya laga Perseru melawan Persija juga menimbulkan sebuah tanya. Bagaimana bisa Stadion Marora, Serui, lolos verifikasi sebelum liga dimulai, ketika mereka tidak bisa menyelenggarakan sebuah pertandingan di malam hari akibat kondisi lampu tidak memungkinkan?
Jika memang diloloskan, seharusnya semua aspek yang dimiliki oleh Stadion Marora mencukupi. Atau minimal, yang kurang adalah hal-hal sepele bukan perkara lampu stadion yang menjadi kebutuhan wajib dalam menggelar sebuah pertandingan.
Toh, stadion lain pun sampai saat ini masih diizinkan menggelar pertandingan di malam hari. Setidaknya saat turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 yang juga ada pertandingan di malam hari karena bulan Ramadan.
Lagipula, dari jauh-jauh hari PSSI dan PT. LIB sudah mengagendakan untuk menggelar pertandingan saat bulan Ramadan. Dan saat bulan Ramadan, waktu yang memungkinkan untuk bertanding ya hanya tersedia setelah buka puasa.
Kalau memang sudah memiliki rencana untuk mengadakan pertandingan di bulan puasa yang pasti diselenggarakan malam hari, bagaimana bisa PSSI atau PT. LIB meloloskan stadion yang kondisi pencahayaan tidak bagus?
Mewajarkan sikap PSSI
Anda kaget dengan sikap PSSI? Saya sebenarnya tidak kaget, hanya sedikit gemas.
Bukankah hal yang wajar kalau PSSI seakan setengah-setengah ketika melakukan verifikasi? Bukankah hal yang terlanjur biasa jika PSSI tidak serius menata sepak bola Indonesia?
Ketika setiap tim bahkan suporter diminta untuk tertib peraturan, ndilalah, PSSI yang meminta untuk tertib, ternyata juga tidak tertib peraturan. Semua tidak dipersiapkan sejak awal. Memaksakan yang tidak bisa dilakukan itu tidak enak, seperti memaksakan pernikahan yang tak sesuai isi hati, misalnya.
Jadwal pertandingan itu urusan paling gampang bagi PSSI. Yang paling susah, mungkin, bagi PSSI adalah mengatur perilaku suporter yang ngaudubillah ngeselin. Makanya, PSSI selalu berusaha memberikan sanksi tegas pada sikap suporter yang tak taat aturan.
Entah karena flare, penonton memasuki lapangan, atau perkara apapun. Pokoknya yang berhubungan dengan suporter dan denda, PSSI sangat cepat tanggap dalam memberi sanksi dan denda jutaan rupiah.
Makanya, ketika ada penundaan jadwal pertandingan di tengah musim, hal itu harus diwajarkan oleh kita para suporter. Lagipula, di Eropa sana hal serupa sering terjadi. Misalnya saja jadwal Juventus yang tiba-tiba berubah akibat mereka masih harus bermain di Liga Champions. Tapi, alasan FIGC (PSSI-nya Italia) mengubah jadwal Juventus terkesan masuk akal, memberi kesempatan bagi wakil Italia demi prestasi bergengsi di Eropa.
Mari berharap semoga tidak ada perubahan jadwal liga lagi akibat adanya hari berkabung nasional saat Raisa Andriana menikah nanti.
Author: Alief Maulana (@aliefmaulana_)
Ultras Gresik yang sedang belajar menulis di serigalagiras.wordpress.com