Tribe Tank

Ajax Amsterdam 0-2 Manchester United: “Tiki-Taka” Ajax Diredam Sepak Bola Khas Jose Mourinho

Ajax yang memainkan positiespel atau juego de posicion (JdP), banyak yang mengenalnya sebagai tiki-taka, dikalahkan oleh pressing man-oriented Manchester United (MU). Jose Mourinho membawa The Red Devils memenangkan Liga Europa, yang juga berarti satu tiket ke Liga Champions musim 2017/2018.

Sebelum membaca analisis ini, ada beberapa istilah taktik sepak bola yang pemahamannya dapat Anda pelajari di tautan-tautan berikut ini:

  1. Berkenalan dengan nomor posisi
  2. Halfspace
  3. Overload
  4. Zonal-Marking
  5. Blind-side

Man-oriented press Manchester United melawan build-up Ajax

Menghadapi serangan yang dibangun (build-up) dari belakang, seperti yang sering kita lihat dalam tim yang memainkan filosofi JdP, model pressing Morinho meninggalkan satu pemain di lini depan. Man-oriented (berorientasi kepada posisi pemain lawan) dalam pressing The Red Devils sudah terlihat sejak gelombang pertama. Pengecualian ada pada Marcus Rashford yang terlihat lebih option-oriented (opsi umpan lawan sebagai orientasi) terhadap dua bek tengah Ajax.

Rashford mengisi lini depan seorang diri menghadapi dua bek tengah Ajax. Di belakang Rashford, United memainkan lima pemain. Satu pemain sebagai nomor 6, satu pemain di pos nomor 8, dua gelandang sayap, dan satu pemain nomor 8 yang secara situasional bergerak ke pos nomor 10, bergantung pada perilaku pemain nomor 6 Ajax.

Dalam pressing di fase ini, Marouane Fellaini mengawal Lasse Schone yang berperan sebagai nomor 6 Ajax. Karena dalam proses build-up Ajax nomor 6-nya tidak mendekati atau turun ke lini belakang, Fellaini pun terlihat lebih banyak berada dekat dengan kedua nomor 8 Setan Merah.

Build-up Ajax melawan pressing Manchester United

Tentu saja, sangat sulit bagi Rashford seorang diri untuk mengakses kedua bek tengah Ajax dalam situasi kalah jumlah karena kondisi 1 lawan 2. Sebagai kompensasi taktik, penyerang muda United ini sesekali turun ke pos nomor 10 untuk memblokir akses langsung kedua bek tengah Ajax ke area tengah.

Man-oriented yang digunakan oleh para pemain United, pada dasarnya, berbasiskan penjagaan zona. Sebenarnya, pendekatan semacam ini sudah jamak ditemukan dalam sepak bola modern dan sering kali sedikit saya jelaskan dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Tetapi, tidak ada salahnya sekali lagi hal ini disinggung dalam tulisan kali ini.

Perbedaan man-oriented zona-press dengan man-to-man-marking adalah, dalam man-oriened zonal-press, para pemain menempatkan press kepada pemain (lawan) tertentu ketika si lawan masuk ke dalam daerah (zona)-nya.

Contohnya, Ander Herrera. Gelandang Spanyol ini menempatkan pressure kepada Hakim Ziyech ketika Ziyech masuk ke pos nomor 8 United. Tetapi, ketika Ziyech bergeser ke bek sayap, bergantian dengan Jairo Riedewald, Herrera akan kembali ke posnya di area nomor 8 Setan Merah.

Dalam man-to-man-marking, intensitas penjagaan lebih tinggi, dikarenakan pemain bertahan cenderung mengikuti lawan yang harus dijaganya ke mana pun sang lawan bergerak.

Kembali lagi ke pertandingan Ajax kontra United. Untuk mengatasi model pertahanan yang dipraktikan United, Ajax melakukan permutasi posisional antara gelandang tengah dan bek sayap yang dikombinasikan dengan pergerakan penyerang sayap dan tengah masuk ke area 10, di halfspace maupun area tengah.

Di lain kesempatan, Ajax melakukannya dengan lebih sederhana melalui pertukaran posisi antara penyerang sayap dan bek sayap dengan tujuan mengakses bek sayap yang berlari ke depan menggunakan umpan jauh dari bek tengah pembawa bola.

Perilaku pemain dalam sistem pressing ditambah eksekusi yang tepat, membantu MU mencegah Ajax mendapatkan akses nyaman di sepertiga akhir. Salah satu contoh sederhana adalah situasi di sekitar akhir menit ke-6.

Man-oriented press Manchester United

Kasper Dolberg turun ke pos nomor 10 untuk menarik Chris Smalling keluar. Amin Younes yang mengisi halfspace kanan United mencoba memanfaatkan ruang yang tercipta di antara Antonio Valencia (25) dan Smalling (12), dengan cara berlari memutar kembali ke koridor sayap. Ziyech yang menguasai bola di sisi sayap segera melepaskan umpan terobosan untuk mengakses Younes. Tetapi, sikap pressing Valencia yang menunggu sesaat untuk menebak aksi Ziyech mampu mencegat (interception) umpan kepada Younes.

Perhatikan juga pengambilan posisi Herrera. Ia tidak bergerak ke koridor sayap. Herrera mengokupansi halfspace kanan yang pada gilirannya, memblokir akses (langsung) Riedewald maupun Ziyech kepada Dolberg dan Younes.

Sering terlihat, di babak pertama, pergerakan turun dari penyerang sayap Ajax mampu membuka jalur progresi ke depan, kepada Dolberg. Tetapi, ketika pemain Ajax mengakses Dolberg, bek tengah MU sudah mampu mengantisipasinya. Dari sini terindikasi United sangat menyadari pola progresi yang sering dipakai Ajax selama musim ini dan melatih cara menghentikannya dalam sesi latihan jelang final.

Ketika sirkulasi bola Ajax masuk ke salah satu koridor tepi, baik di sayap kanan atau kiri, blok pressing MU pun ikut bergeser. Dalam situasi semacam ini, anak asuh The Special One akan mengisi tiga koridor vertikal terdekat (koridor tepi dan halfspace sisi bola + koridor tengah). Gelandang dan bek sayap MU di sisi jauh “meninggalkan”  sisi jauh agar sedikit terbuka.

Okupansi ruang yang dilakukan oleh bek sayap dan gelandang sayap baru akan mengalami penyesuaian bila penguasaan bola Ajax bergeser ke halfspace sisi bola atau area tengah. Keduanya, secara gradual, bergeser mendekati koridor tepi untuk menjaga kemungkinan Ajax mengakses pemain-pemain yang tadinya berada di sisi jauh.

Pergeseran blok pressing Manchester United
Previous
Page 1 / 6