Sepanjang musim 2016/2017, Zinedine Zidane mungkin tidak mendapatkan pujian yang layak ia dapatkan. Real Madrid dipandang tak bermain sebagus rival-rival mereka. Selain keberuntungan, konon Madrid hanya bagus karena keberadaan Cristiano Ronaldo. Benarkah begitu?
Musim ini, 28 persen gol Los Blancos lahir dari sundulan kepala. Maklum, Ronaldo, bersama Karim Benzema dan Alvaro Morata punya kemampuan duel udara yang sangat bagus. Belum lagi apabila kita memasukkan nama Sergio Ramos. Bek asal Spanyol tersebut cukup sering mencetak gol dari sundulan kepala, terutama dari skema bola mati dengan servis Toni Kroos.
Lantas, mengapa Madrid begitu mudah mencetak gol ketika melawan tim-tim yang bermain lebih baik ketimbang mereka? Satu kata yang terlintas adalah efektif. Madrid sangat efektif memanfaatkan bola-bola diagonal yang dilepaskan ke dalam kotak penalti. Tak hanya penyerang, gelandang-gelandang mereka pun mampu menyediakan diri sebagai penyelesai peluang.
Maka jelas, pertanyaan yang mengemuka adalah, bagaimana cara Madrid menciptakan peluang bersih yang mampu dimaksimalkan pemain depan? Caranya sederhana.
Cara pertama adalah mengusasi area di depan kotak penalti lawan. Area seluas sekitar 20 hingga 30 meter “dipenuhi” beberapa pemain Madrid, dengan Luka Modric dan Toni Kroos sebagai kuncinya. Kedua pemain tersebut akan banya menempati dua halfspace di kanan dan kiri lapangan. Dua pemain kreatif tersebut akan banyak ditemani dua bek sayap, yaitu Dani Carvajal dan Marcelo yang banyak bermain seperti seorang pemain sayap. Perhatikan grafis di bawah ini:
Arsiran vertikal menunjukkan area rata-rata yang ditempati Modric dan Kroos (posisi bisa ditukar). Sementara itu, arsiran horizontal menunjukkan luas area di mana Madrid akan memenuhinya dengan cukup banyak pemain. Total ada delapan pemain yang memadai area tersebut, membuat Madrid dapat dengan mudah menghindari tekanan dari lawan. Keberadaan konektor, hampir di setiap koridor, membantu Madrid memindahkan bola dari satu sisi ke sisi lainnya.
Keberadaan Kroos dan Modric di halfspace sangat penting. Halfspace, sebagai ruang strategis dalam sepak bola, memberi siapa saja yang berada di sana mendapatkan pandangan ke arah gawang yang lebih baik. Kroos atau Modric dapat dengan mudah mendikte arah bola.
Apabila memungkinkan, umpan silang diagonal dapat diarahkan ke dalam kotak penalti. Masih ingat gol kedua Ronaldo ke gawang Bayern Munchen di Allianz Arena? Marco Asensio tidak mendapat banyak tekanan lawan di halfspace ketika ia mengirim umpan silang ke kotak penalti. Ronaldo menyambutnya dengan sekali sentuh dan gol terjadi.
Jika salah satu dari Modric atau Kroos tak berada di halfspace, maka selau ada pemain yang mengisi ruang strategis tersebut. Gol kedua Ronaldo ke gawang Manuel Neuer menjadi contohnya ketika Asensio masuk ke ruang tersebut.
Jika tak mendapatkan momen untuk progresi ke kotak penalti, bola bisa disirkulasikan ke sisi lapangan, atau ke belakang. Oleh sebab itu, keberadaan Carvajal dan Marcelo menjadi sangat penting. Mereka berdua punya kemampuan olah bola yang baik. Pun, keduanya punya kemampuan satu lawan satu dengan bek lawan. Jika salah satu dari Modric dan Kroos kesulitan melakukan progresi ke kotak penalti, kemampuan individual dua bek sayap akan memegang peranan penting.
Lalu, setelah memenuhi area di depan kotak penalti, apa yang dilakukan Madrid? Salah satunya adalah melakukan overload di salah satu sisi, sehingga membebaskan pemain di sisi yang lain.
Ada dua tujuannya. Pertama, memastikan progresi Madrid dari sisi berlangsung bersih karena punya lebih banyak pemain yang bisa menjadi sasaran umpan. Kedua, menjadi awalan untuk membuat sisi lain pertahanan lawan menjadi terbuka.
Dari grafis simulasi di atas terlihat situasi 3 lawan 2 yang menguntungkan Madrid. Ketika Kroos menguasi bola, bek sayap atau gelandang serang, atau penyerang, biasanya tidak berdiri terlalu jauh dari gelandang asal Jerman tersebut.
Ketika terjadi situasi 3 melawan 2, Madrid dapat dengan mudah mensirkulasikan bola di sisi kanan. Atau, jika mempunyai cukup waktu, ia bisa mengirim umpan silang ke dalam kotak penalti. Ronaldo, sudah siap melakukan berlari diagonal menyongsong bola. Marcelo menyediakan opsi di sisi luar.
Umpan silang, yang dilepaskan pemain Madrid, baik dari halfspace dan sisi lapangan menjadi sumber gol yang cukup menjanjikan. Dibantu kemampuan melompat yang luar biasa, Ronaldo mempunyai kecepatan dan ketepatan untuk mendahului bek lawan.
Setiap pergerakan Ronaldo, atau siapa saja yang dipasang sebagai penyerang, banyak dimulai dari sisi tiang jauh. Memosisikan diri di tiang jauh artinya Anda akan mendapatkan awalan berlari yang cukup untuk melompat dan mencapai ketinggian yang ideal.
Dari grafis simulasi di atas dapat kita lihat bersama bagaimana umpan silang sederhana dari Kroos dikondisikan. Supaya ia mendapatkan ruang dan waktu yang cukup, perhatikan bagaimana masing-masing Casemiro, Isco, dan Carvajal “mengikat” satu pemain lawan.
Gerakan kecohan mereka lakukan supaya lawan berpikir bahwa Kroos akan menjadikan mereka sasaran umpan. Gerakan mereka bertiga juga menjadi awalan bagi penyerang untuk bergerak ke tiang jauh terlebih dahulu.
Pun, ketika bergerak dari tiang jauh, Anda akan berada di titik buta bek tengah lawan, yaitu dari belakang dan bergerak ke sisi mereka. Gerakan ini adalah gerakan dasar untuk mengambil keuntungan dari arah pandangan bek lawan, yang biasanya sibuk memerhatikan bola. Perhatikan proses gol Ronaldo ke gawang Bayern berikut:
Ketika Casemiro memenangi bola di area pertahanan Bayern, Ronaldo tak mendekat. Ia justru berlari sedikit menyerong menjauhi bola. Ketika bola mulai dilepas oleh Casemiro, Ronaldo mengubah arah larinya, menyongsong datangnya bola.
Perubahan arah tersebut juga berguna untuk memastikan Phillip Lahm tidak bisa tepat waktu masuk ke sisi kanan tubuh Ronaldo. Selain itu, gerakan zig-zag Ronaldo juga memastikan ia tak terlalu dekat dengan Jerome Boateng. Sehingga, ketika bola sudah berada dekat dengan kepalanya, Ronaldo tak akan terganggu dengan badan Boateng.
Lewat pergerakan sederhana ini, semua kelebihan Ronaldo mampu dikeluarkan. Lari jarak pendek yang cepat, perhitungan waktu yang matang, daya lenting yang tinggi, kekuatan tubuh yang maksimal, dan instingnya mengarahkan bola yang sangat baik. Itulah, salah satu alasan Ronaldo semakin tajam di dalam kotak penalti. Ia jarang membuang peluang. Sangat efektif.
Kesederhanaan gerak Ronaldo adalah wujud nyata rencana kerja dari Zinedine Zidane. Ia membuat timnya, yang berisi pemain-pemain kreatif, mampu bermain sesederhana mungkin, membuang bagian-bagian yang tak penting, dan menjadi begitu efektif. Sebuah tim yang mendekati level sempurna ketika mereka mulai bergerak menyerang.
Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen