Pertandingan kandang terakhir melawan tim lemah Osasuna sudah tak menentukan apa-apa lagi. Namun, sekitar 26 ribu penonton menjadi saksi atraksi spektakuler penutup musim ketika Sevilla membantai Osasuna lima gol tanpa balas. Jorge Sampaoli kembali mempersembahkan tiket Liga Champions musim depan ke kota Sevilla.
Meski tidak mengucapkan salam perpisahan secara jelas dan terbuka, tapi hampir seluruh Sevillista sudah paham bahwa Jorge Sampaoli akan segera meninggalkan mereka. Hampir seluruh media olahraga terkemuka di dunia sudah memberitakan bahwa pelatih kelahiran 13 Maret 1960 ini akan mengambilalih jabatan pelatih kepala Argentina yang ditinggalkan Edgardo Bauza. Sedangkan rumor terbaru mengatakan posisi yang ditinggalkan Sampaoli di Sevilla akan diisi pelatih Celta Vigo, Eduardo Berizzo.
Pada pertandingan terakhir yang berlangsung di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan pada Sabtu 20 Mei 2017, reaksi para Sevillistas terhadap Sampaoli sepertinya terbelah. Ketika nama pelatih berkepala plontos itu disebutkan melalui pengeras suara, suara siulan pertanda mengejek terdengar di antara penonton. Besar kemungkinan mereka tak senang dengan keputusan Sampaoli yang akan segera meninggalkan mereka.
Namun, tak sedikit pula penonton yang memberi tepuk tangan meriah untuk memberi apresiasi terhadap semua yang telah dipersembahkan Sampaoli untuk mereka. Kemesraan Sevilla dan Sampaoli memang kemungkinan besar hanya bertahan setahun, tapi bagaimanapun ini merupakan tahun yang pantas untuk dikenang.
Revolusi mental ala Sampaoli
Sewaktu Los Nervionenses diambilalih Sampaoli di awal musim 2016/2017, mereka memang merajai Liga Europa dengan menjadi kampiun tiga musim berturut-turut. Namun, prestasi yang dicatatkan pelatih Unai Emery itu tak cukup hebat bagi dunia internasional. Bagi banyak kalangan, kompetisi Liga Europa memang dianggap kompetisi kelas dua di bawah Liga Champions.
Maka, ketika Sampaoli mengambil kursi yang ditinggalkan Emery, yang pertama diubahnya adalah mental bersaing tim Andalusia ini. Bakat-bakat baru seperti Franco Vazquez, Joaquin Correa, dan Pablo Sarabia didatangkannya agar bia bersaing di papan atas. Tak lupa, ia juga meminjam pemain-pemain berkelas seperti Samir Nasri dan belakangan, Stevan Jovetic.
Dalam perjalanannya di musim 2016/2017, Sevilla-nya Sampaoli menolak ditindas oleh duo raksasa Barcelona dan Real Madrid. Mereka dielu-elukan ketika memenangi laga melawan Atletico Madrid dan Real Madrid di putaran pertama. Bahkan, Sevilla menunjukkan penampilan spartan meski akhirnya kalah 1-2 dari Barcelona. Puncaknya ketika Sampaoli memimpin Sevilla memenangi derby bergengsi atas Real Betis.
Situasi yang paling membuat para pendukung Sevillla bahagia bukan main adalah keberhasilan mereka menembus babak 16 besar Liga Champions 2016/2017. Maklum, selama tiga setengah tahun kepemimpinan Emery, mereka hanya bisa berlaga di Liga Europa. Jelas, mental bersaing Sevilla mengalami perbaikan jauh lebih baik dibanding ketika masih dipegang Emery.
Namun, semuanya ternyata tak berlangsung lama. Enam belas besar adalah prestasi maksimal Los Nervionenses. Vitolo dan kawan-kawan disingkirkan secara dramatis oleh Leicester City dengan agregat 3-2.
Di liga, posisi runner-up klasemen yang sempat diduduki hingga pertengahan musim ternyata tak bertahan lama. Sejak Februari 2017, Sevilla seolah kehabisan bensin dan melorot ke posisi 4. Ketika menghadapi trio klub besar yang mengisi tiga besar klasemen, mereka juga tak berdaya. Berturut-turut Sevilla dibantai Barcelona (0-4), Atletico Marid (1-3) dan Real Madrid (1-4). Sevilla juga sempat mengalami krisis kemenangan dengan hanya meraup tiga kali nilai penuh dalam tiga belas pertandingan.
Untung di saat-saat akhir, mereka bisa kembali menemukan kembali jalur kemenangan melawan klub-klub papan bawah. Akhirnya, Sergio Rico dan kawan-kawan finis di posisi empat. Di luar semua kegagalannya, tentu bukan pelatih sembarangan yang bisa membawa timnya finis di posisi empat besar La Liga. Di sebuah liga yang didominasi klub-klub kaya raya dari kota Barcelona dan Madrid, prestasi Sampaoli sewajarnya jauh dari penilaian buruk.
Sebuah hubungan singkat memang baru bisa dianggap indah jika kedua pihak sama-sama mensyukuri waktu yang mereka habiskan untuk bersama dan bukannya mengutuk perpisahan. Mungkin memang sudah saatnya Sevilla melepas Sampaoli dan berharap menemukan pengganti yang lebih baik.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.