Arsenal bergerak cepat. Musim 2016/2017 belum juga rampung, berita kedatangan pemain baru sudah ramai diperbincangkan. Pos bek kiri menjadi perhatian setelah Kieran Gibbs tak memenuhi ekspektasi dan sebagai respons pergantian skema permainan. Sead Kolasinac, bek kiri Schalke, disebut-sebut akan bergabung pada tanggal 1 Juli mendatang
Sepanjang musim ini, boleh dibilang, Gibbs bisa bermain bersama tim utama bukan karena ia berhasil menunjukkan perkembangan dan level konsisten yang diharapkan. Bek kiri asal Inggris tersebut hanya bisa bermain ketika Monreal diistirahatkan, atau tidak bermain sebagai bek kiri. Sebuah catatan yang tentu tak mengenakkan bagi jebolan akademi Wimbledon tersebut.
Pun ketika Arsene Wenger mengubah skema menjadi tiga bek, Monreal yang dipercaya sebagai bek sayap kiri. Gibbs baru bermain ketika Monreal bermain sebagai bek tengah, menggantikan salah satu dari Gabriel Paulista, Shkodran Mustafi, atau Rob Holding. Kesempatan yang ia dapatkan terasa sia-sia setelah Gibbs tak menunjukkan daya juang untuk memperebutkan satu tempat di tim utama. Di tengah situasi itu, nama Sead Kolasinac masuk dalam daftar buruan Arsenal untuk musim depan.
Sebenarnya, sudah sejak dua musim yang lalu Arsenal dikaitkan dengan berita transfer bek kiri. Mulai dari Juan Bernat, Jose Gaya, hingga Ricardo Rodriguez. Alasannya tak jauh berbeda dengan penjelasan di atas. Gibbs selalu tak konsisten, sedangkan Monreal membutuhkan pesaing yang sepadan. Lantaran tebalnya kepercayaan Wenger saja, Gibbs tak dilepas.
Jika akhirnya resmi berseragam Arsenal, kemungkinan paling mudah untuk diraba adalah hengkangnya Gibbs. Dalam dua musim ke depan, tak menutup kemungkinan Monreal menyusul angkat kaki. Bek asal Spanyol tersebut sudah berusia 31 tahun dan proses regenerasi seharusnya sudah dimulai.
Sebagai bek sayap kiri, Kolasinac memberikan dimensi yang berbeda ketimbang Gibbs dan Monreal. Dengan tinggi badan 183 sentimeter, Kolasinac sangat berguna ketika Arsenal bermain narrow dengan salah satu (atau dua) bek sayap masuk ke dalam kotak penalti. Tinggi badan dan kemampuannya melompat sangat berguna. Musim ini, ia memenangi 46 duel udara dari total 79.
Mempunyai bek sayap berpostur besar, seperti Marcos Alonso di Chelsea, dengan kemampuan menyerang-bertahan yang seimbang akan sangat berguna ketika situasi bola mati.
Perburuan Kolasinac sendiri tak berlangsung dengan mudah. Bek kiri berdarah Bosnia tersebut diminati banyak klub. Mulai dari Everton, Juventus, AC Milan, hingga Manchester City. Statusnya yang bebas transfer saja sudah menarik perhatian, apalagi ditambah kualitas yang bisa ia tawarkan. Konon, Arsenal menyodorkan gaji di angka 120 ribu sampai 140 ribu paun per pekan.
Semasa membela The Royal Blues, Kolasinac mendapat julukan The Tank. Badannya yang gempal dan tangguh meladeni adu fisik dengan lawan membuatnya mendapatkan panggilan sangar itu. Sebagai bek kiri, ia cukup cepat, dengan kemampuan menggiring bola yang cukup baik. Kolasinac gemar masuk ke dalam penalti untuk mengeksekusi peluang, selain tentu punya kemampuan umpan silang yang tak buruk amat.
Kemampuannya bertahan juga sangat baik. Ia tak ragu untuk menerjang lawan, namun tetap bersih dan tidak membuat pelanggaran. Di saat-saat tertentu, ia juga bisa bermain lebih kalem ketika membayangi pemain lawan. Ia menutup jalur umpan dengan baik dan mengantisipasi setiap pergerakan. Dengan kemampuannya ini, Kolasinac bisa mengimbangi Arjen Robben yang cerdik.
http://www.youtube.com/watch?v=BHYZ9Skc-n8
Namun, kemampuan Kolasinac yang paling istimewa adalah kemampuannya beradaptasi. Ia bergabung dengan Schalke dari Stuttgart pada tahun 2011. Bukan hanya soal beradaptasi dengan lingkungan yang baru, Kolasinac juga mampu menyerap ilmu baru dengan cepat. Di akademi Schalke, ia cukup sering bermain sebagai bek tengah dan gelandang bertahan. Meski tidak bermain di posisinya yang ideal, tingkat pemahaman Kolasinac tidak terlalu buruk.
Tahun 2015, ketika Schalke dijamu Borussia Dortmund, Kolasinac bermain sebagai gelandang bertahan. Meski Schalke kalah dengan skor 3-2, Kolasinac bermain rapi. Ia menjalankan tugasnya sebagai gelandang bertahan dengan baik. Salah satunya dengan menempel Ilkay Gundogan ketika Dortmund memulai serangan dari bawah. Tugas yang tak mudah, namun berhasil dijalankan dengan baik.
Mempertimbangkan kelebihan-kelebihan di atas, Wenger mempunyai banyak kemungkinan untuk memainkan skema tertentu. Manajer asal Prancis tersebut bisa memainkan Kolasinac, menjadi tandem Granit Xhaka sebagai dua gelandang tengah di skema 3-4-2-1. Kolasinac punya teknik umpan yang baik, pressing resistance yang bagus, dan punya kemampuan untuk masuk ke kotak penalti seperti Aaron Ramsey.
Artinya, melihat kemungkinan di atas, Arsenal mendapatkan satu pemain muda yang mampu bermain di empat posisi sekaligus, yaitu bek tengah, bek kiri, bek sayap kiri, dan gelandang bertahan. Sebuah bisnis yang sangat baik tentunya mengingat bek seperti Kolasinac bisa saja dilepas dengan harga di kisaran 30 juta paun.
Berbicara soal harga, lantaran bisa mendapatkan Kolasinac secara gratis, Arsenal punya kemungkinan menggunakan bujet belanja bek untuk membeli pemain baru lainnya. Maklum, masa depan Alexis Sanchez dan Mesut Ozil yang tak segera jelas, menyiapkan pengganti adalah keputusan cerdas. Namun, memilih pengganti yang tepat tentu bukan pekerjaan yang enteng. Dan, harga yang tinggi sudah pasti akan mengikuti.
Dengan bujet, katakanlah 30 juta paun, yang seharusnya untuk membeli bek, Arsenal bisa menambahkannya untuk membeli pemain kelas dunia dengan kisaran harga 40 hingga 70 juta paun. Satu pembelian gratis bisa membuka banyak kemungkinan.
Ada satu kemungkinan lain lagi yang pasti sudah bisa dibayangkan oleh Gooners. Ya betul, kemungkinan Wenger bertahan, entah untuk satu atau dua musim. Mengapa? Tentu proses negosiasi dan pendekatan dengan pemain (idealnya) selalu melibatkan pelatih. Pun keputusan akhir (baiknya) ada di tangan pelatih karena ia yang memahami kebutuhan teknis timnya.
Bagaimana, Gonners punya sumbangan kemungkinan lainnya?
#COYG
Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen