Eropa Italia

Halo Inter Milan, Silakan Berbenah atau Bubar Saja!

Musim 2016/2017 akan segera berakhir, dan salah satu klub raksasa Italia, Juventus, tengah berjuang keras untuk menggondol semua gelar juara yang bisa mereka dapatkan. Tercatat, titel Scudetto, Piala Italia dan Liga Champions sedang terpampang nyata di hadapan Gianluigi Buffon dan kolega. Maka wajar bila Juventini bermimpi jika kesebelasan idola mereka akan merengkuh seluruh gelar tersebut alias menjadi treble winners.

Sementara tim berjuluk La Vecchia Signora itu ada di awang-awang, kondisi mengenaskan justru sedang menimpa rival bebuyutan mereka sekaligus satu-satunya tim asal Italia yang pernah meraih treble winners sampai detik ini, Internazionale Milano.

Performa Mauro Icardi dan kawan-kawan dalam kurun dua bulan terakhir benar-benar ada di titik nadir. Dari delapan partai terakhir, Il Biscione tak sekalipun mampu memetik angka penuh. Rinciannya adalah sepasang hasil seri dan enam kali keok. Hal tersebut kembali mengulang rekam jejak buruk Inter di tahun 1982 silam.

Berlanjutnya penampilan jeblok Inter di musim ini membuat pendukung setia mereka, Interisti, meradang bukan main. Curva Nord 69 (CN69), basis suporter fanatik Inter atau di Italia sana dikenal dengan nama ultras, bahkan melancarkan protes di Stadion Giuseppe Meazza pada akhir pekan lalu (14/5) ketika Inter menjamu Sassuolo.

Beberapa banner mereka tampilkan sebagai ungkapan rasa kesal terhadap performa tim yang tak kunjung membaik. Mereka tak cuma menghujat para pemain yang dianggap tak memiliki gairah kala mengenakan seragam biru-hitam tapi juga pihak manajemen yang dirasa kurang kompeten dalam mengurusi segala macam problem di dalam tubuh klub.

Apa yang ditunjukkan CN69 adalah kulminasi dari amarah pendukung Inter di seluruh penjuru Bumi pada musim ini akibat serentetan peristiwa mengejutkan yang terjadi dalam tubuh tim. Mulai dari pemecatan Roberto Mancini hanya dua pekan jelang Serie A musim 2016/2017 bergulir, durasi kepelatihan Frank De Boer dan Stefano Pioli yang seumur jagung sampai amburadulnya penampilan para pemain, termasuk beberapa nama penggawa anyar.

Baca juga: Pemecatan Stefano Pioli dan Internazionale yang Tak Pernah Sabar

Keadaan itu membuat Inter begitu kesulitan tampil konsisten musim ini, beberapa periode bagus tak berlangsung lama dan langsung diikuti torehan negatif. Alhasil, Il Biscione pun lebih banyak berkutat di papan tengah.

Legenda hidup Inter dan juga tim nasional Italia, Alessandro Altobelli, bahkan mengunggah perasaan kecewa dan amarahnya terhadap klub yang pernah dibelanya ini di akun Instagram pribadinya. Dirinya mengkritik manuver yang sudah dibuat manajemen dan tingkah polah para pemain.

http://www.instagram.com/p/BUHPmUvF6Lu/?taken-by=spilloaltobelli

Stefano Vecchi, caretaker Inter usai dipecatnya Pioli juga menyatakan bila terseok-seoknya Inter banyak disebabkan oleh lingkungan di klub ini. Segala permasalahan, baik yang terjadi di dalam ataupun luar lapangan, sangat memengaruhi psikologis tim. Hal ini pula yang lantas membuat pelatih-pelatih yang membesut Inter kesulitan memaksimalkan tenaga anak buahnya agar beraksi ciamik saat bertanding.

Dengan keadaan bak kapal pecah seperti itu, suka tidak suka, pihak Suning Group sebagai pemegang saham terbesar Inter harus mengakui jika mereka belum berhasil mengembalikan Inter ke khitahnya sebagai klub raksasa di tanah Italia. Icardi dan kawan-kawan masih “nyaman” dengan label semenjana.

Bercermin dari hal ini, sudah sepatutnya Zhang Jindong sebagai bos Suning Group dan Erick Thohir dari International Sports Capital sebagai dua pemegang saham utama duduk semeja guna melakukan proses pembenahan yang lebih serius agar tragedi musim ini tak terulang di musim yang akan datang. Kedua belah pihak harus menyatukan visi mereka yang mungkin saja berlainan arah.

Karena selama ini Inter seakan tak mempunyai sosok pengendali yang jelas, apakah Zhang atau malah Thohir. Sehingga suporter juga kerap bertanya-tanya, siapa yang menjadi pengambil keputusan akhir, siapa penentu kebijakan klub dan siapa yang patut dimintai pertanggungjawaban atas semua yang terjadi di dalam tubuh Inter.

Jujur saja, peliknya kondisi internal Il Biscione mengharuskan mereka untuk sesegera mungkin berbenah dengan amat serius. Manajemen harus fokus pada proyek yang mereka sasar dan ingin dibangun di Inter, bukan sekadar menghamburkan uang untuk membeli pemain-pemain medioker sekaligus pamer kepada tim-tim rival jika mereka telah lepas dari masalah finansial.

Mereka ingin Inter yang seperti apa? Lalu bagaimana cara membangun fondasi bagi Inter yang mereka inginkan itu? Pertanyaan-pertanyaan mendasar macam itu sepatutnya ada di kepala para pemegang kuasa.

Semua bakal nirguna jika langkah-langkah yang dibuat manajemen hanya berdasar pada kepercayaan diri bahwa dengan sokongan uang melimpah, mereka bisa melakukan apa saja. Dalam industri sepak bola masa kini, uang memang sangat penting. Namun tanpa perencanaan yang jelas, fulus sebanyak apapun akan percuma dan Inter akan tetap begitu-begitu saja.

Kabar masuknya Gabriele ‘Lele’ Oriali dan Walter Sabatini di tubuh manajemen klub menghembuskan angin segar. Kapabilitas dua sosok berpengalaman ini memang tak perlu diragukan lagi. Akan tetapi, tanpa kolaborasi apik dengan Zhang, Thohir, Javier Zanetti (Wakil Presiden), Piero Ausilio (Direktur Olahraga) dan Giovanni Gardini (Direktur Administrasi), kedatangan Oriali dan Sabatini nanti bakal sia-sia.

Baca juga: Bersabarlah, Suning!

Namun mesti diwaspadai juga oleh semua pihak, jangan sampai kedatangan kedua sosok senior itu ke dalam tubuh manajemen justru memunculkan tumpang tindih kewajiban. Bila hal itu terjadi, sama saja Inter sedang menggali kuburannya sendiri.

Lebih lanjut, proses pelantikan allenatore baru jelang Serie A musim 2017/2018 mendatang harus dilakukan sejak jauh-jauh hari. Entah itu Mauricio Pochettino, Maurizio Sarri, Diego Simeone, Luciano Spalletti atau nama lain. Jangan sampai manajemen tergopoh-gopoh di menit-menit akhir sehingga pelatih baru nanti malah kesulitan mengimplementasikan ide-idenya.

Selain merekstrukturisasi manajemen, pihak klub juga mesti melakukan evaluasi terhadap kinerja pemain-pemain yang sekarang menghuni skuat tanpa terkecuali. Figur-figur yang tak pantas mengenakan kostum I Nerazzurri mesti didepak bagaimanapun caranya. Sebab Inter butuh pemain dengan skill brilian plus gairah dan dedikasi tinggi setiap kali merumput. Tak sekadar bergabung hanya karena memburu upah dengan nominal selangit.

Ada banyak sekali pekerjaan rumah yang menunggu di depan mata Inter untuk dibereskan begitu musim ini selesai. Dalam melaksanakan pembenahan itu pun kubu Il Biscione mesti serius supaya tak ada lagi kisah suram yang terulang. Bila pihak klub tidak melakukannya secara sungguh-sungguh, sebagai Interista kafah kelas teri saya hanya bisa menyarankan satu hal saja, bubarkan saja Internazionale Milano!

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional