Kolom

Eric Cantona dan Mereka yang Bangkit dari Tuntutan Penjara

Eric Cantona (kanan).

Legenda terbesar United

Di dunia sepak bola, kesuksesan setelah memilih bangkit layaknya ketiga pemimpin negara tersebut, juga dirasakan Cantona. Pada laga perdana selepas hukuman larangan bertanding, King Eric sukses mencetak satu gol dan kreator lesakkan Nicky Butt pada laga kontra rival abadi, Liverpool, yang berakhir dengan skor 2-2, pada 1 Oktober 1995.

Sempat jalani adaptasi sulit, Cantona kembali jadi bintang United. Selisih sepuluh poin dari pemuncak klasemen sementara Liga Primer Inggris kala itu, Newcastle United, perlahan dipangkas berkat kegeniusan dan gelontoran gol Cantona.

Golnya ke gawang Queens Park Rangers, Maret 1996, membuat Red Devils kali pertama duduk di posisi pertama karena unggul selisih gol. Cantona akhirnya sukses bawa United juara Liga Primer 1995/1996 lewat total 14 gol yang dicetaknya.

Pada momen ini, United mengakhiri musim dengan dua gelar, liga dan Piala FA. Kejayaan di Piala FA tak lepas dari gol semata wayangnya jelang akhir laga final kontra Liverpool. Lebih istimewa karena Cantona dipercaya mengemban jabatan kapten setelah absennya Steve Bruce. Legenda timnas Prancis itu bahkan mencatatkan rekor sebagai kapten pertama dari luar Britania dan Irlandia yang sukses mengangkat trofi Piala FA.

Terkait pencapaian individu, Cantona dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Primer versi Asosiasi Wartawan Inggris dan versi Suporter Manchester United musim 1995/1996. Dia juga dipilih jadi Pemain Terbaik Eropa atau Onze d’Or 1996 versi majalah Prancis, Onze Mondial.

Setahun berselang, Cantona kembali membawa United raih trofi Liga Primer Inggris 1996/1997 lewat status sebagai kapten utama, sebelum akhirnya pensiun di akhir musim.

Kini, Cantona dikenang sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa United. Di balik segala kontroversi yang menyertai kariernya, kebangkitan King Eric dari hukuman lama hingga tuntutan penjara menginspirasi banyak orang.

Beranjak ke sepak bola modern, kebangkitan juga dipertontonkan eks penyerang Liverpool, Luis Suarez, setelah rangkaian sanksi larangan bertanding terkait kasus rasialisme hingga gigitan terhadap Branislav Ivanovic dan Giorgio Chiellini, meski tak sampai pada ancaman penjara.

Pemain asal Uruguay tersebut sejauh ini meraih kesuksesan besar bersama Barcelona lewat masing-masing dua gelar La Liga Spanyol dan Copa del Rey, serta sebuah trofi Liga Champions, setelah belajar dari kesalahannya. Tak hanya hadir pada saat pengalungan medali, pemain berjuluk El Pistolero itu menjelma jadi mesin gol Blaugrana lewat trio penyerang menakutkan bersama Lionel Messi dan Neymar.

Manusia terkadang melakukan kesalahan, baik disengaja ataupun tidak. Terpenting adalah bagaimana kita bisa bangkit dari konsekuensinya, bahkan pada momen terkelam sekalipun.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho