Real Madrid
Tim ini berorientasi bermain vertikal (dibanding Pep Guardiola atau Thomas Tuchel yang lebih horizontal, ditandai dengan bek sayap dan gelandang yang ikut terlibat proses build–up). Zinedine Zidane menempatkan 3 penyerang fokus untuk eksekusi serangan.
Dalam transisi bertahan, (counterpressing) dimaksudkan untuk menghambat lawan dan meredam serangan balik. Ini memang sangat beresiko, namun Madrid diberkahi gelandang-gelandang berkelas.
Atletico Madrid
Tim yang dibesut Diego Simeone ini memiliki kompaksi (compactness) di semua fase. Peran penyerang di blok medium dan rendah.
Hal-hal di atas belum mencakup keseluruhan materi yang Ryan paparkan, tentu saja. Tetapi model diskusi seperti ini bisa menjadi pembaru gaya pertukaran ilmu karena ternyata, lewat pengakuan coach Rudy, pengetahuan soal taktik tidak diajarkan begitu mendalam saat seseorang menjalani kursus kepelatihan resmi.
Kehadiran coach Rudy pun mengimbangi Ryan, karena ia memiliki insight di tataran praktik. Dengan gayanya yang blak-blakan, pelatih Celebest FC ini juga meminta partisipasi hadirin untuk memeragakan suatu praktik latihan, demi memudahkan pemahaman peserta diskusi.
Selain itu, pemaparan Ryan, bagi mereka yang belum familiar dengan analisa taktik, akan sulit dipahami. Banyak istilah-istilah yang baru bisa dipahami saat kita menyimaknya dengan bantuan grafis atau video yang telah diolah sedemikian rupa.
Salah satu yang patut diperhatikan dan menjadi catatan penting adalah mengapa acara ini selalu diadakan di hari kerja dan jam sibuk. Saya pikir jika jadwal ini bisa dialihkan ke jam-jam senggang, maka pesertanya lebih banyak lagi. Selain itu, secara keseluruhan acara ini dikemas dengan begitu baik dan rileks. Semoga pihak penyelenggara terus konsisten mengupayakan keberlangsungan acara bincang taktik ini.
*Catatan: beberapa poin dari pemaparan Ryan Tank penulis dapatkan dari Lutfi Pambudi (pewarta Football Tribe)
Author: Fajar Martha (@fjrmrt)
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com