Kolom

Efek Kupu-kupu di Theatre of Draws untuk Manchester United

Jarak antara Manchester dan Massachusetts jelas tidak dekat. Namun, dua kota di Inggris dan Amerika Serikat ini rasanya tengah dikoneksikan dengan sebuah istilah efek kupu-kupu atau butterfly effect. Massachusetts adalah kota dimana seorang peneliti meteorologi, Edward Norton Lorenz, banyak melakukan riset dan akhirnya menemukan hal yang bisa sedikit banyak memprediksi masa depan.

Lorenz menyebut, sebuah detail kecil bisa mengakibatkan hal masif di masa mendatang, bahkan pada titik terminim sekalipun. Bayangkan saja, istilah pada teori ketidakaturan ini memiliki pemikiran bahwa sebuah kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brasil, secara teorinya bisa menyebabkan tornado di Texas, Amerika Serikat, beberapa bulan kemudian. Di Old Trafford, Manchester, akhir April 2017, efek kupu-kupu membuat siang yang penuh harapan menjadi amat muram.

Ander Herrera yang berdiri tegak di sisi kiri gawang Manchester United, tiba-tiba maju untuk bergabung bersama rekan setimnya jadi pagar betis. Melihat ada celah yang bisa dimanfaatkan, playmaker Swansea City, Gylfi Sigurdsson, langsung melepas tembakan indah yang meluncur deras ke sisi gawang Red Devils tersebut dan membuat kiper David de Gea hanya bisa terperangah.

Keunggulan United lewat penalti Wayne Rooney di babak pertama kandas oleh tendangan bebas Sigurdsson, 10 menit jelang bubaran. Berusaha kembali unggul, Red Devils akhirnya harus menelan kekecewaan lewat hasil imbang yang kembali didapat di Old Trafford.

Usai laga, Herrera dijadikan kambing hitam. Kebingungannya dalam menentukan posisi disinyalir jadi penyebab United gagal menang. Namun, hasil buruk ini tak lepas dari sebuah kepakan. Jika menilik lebih dalam, kepakan tangan De Gea yang seakan menyuruhnya menempel Alfie Mawson, jadi awal petaka Red Devils.

Previous
Page 1 / 3