Buruknya kondisi finansial klub-klub sepak bola di Italia, khususnya dalam kurun dua dekade terakhir, membuat banyak dari mereka yang harus rela dinyatakan pailit oleh badan administrasi. Salah satu kesebelasan yang pernah berada dalam situasi pelik macam itu adalah Societa Polisportiva Ars et Labor atau lazim dikenal dengan nama S.P.A.L.
Klub yang sejatinya berdiri pada tahun 1907 ini sempat mengalami masalah keuangan akut. Kebangkrutan pertama terjadi pada tahun 2005 sampai akhirnya S.P.A.L didirikan kembali dengan nama S.P.A.L 1907.
Sialnya, hanya berselang tujuh tahun atau pada 2012, SPAL 1907 kembali dilanda kebangkrutan. Alhasil, dibentuklah sebuah klub ‘baru’ dengan nama Societa Sportiva Dilettantistica Real S.P.A.L. Berdasarkan pasal 52 NOIF milik FIGC, klub ‘baru’ ini berhak atas lisensi dan semua sejarah terdahulu. Layaknya Parma, mereka pun saat itu mesti memulai segala sesuatunya dari kasta terendah di sepak bola Italia.
Real S.P.A.L kemudian berganti nama menjadi S.P.A.L 2013 usai melakoni merger dengan klub Giacomense per musim 2013/2014. Dengan nama baru tersebut, klub dengan kostum utama dengan garis vertikal berwarna biru muda dan putih ini berkompetisi di Lega Pro, nama anyar bagi kompetisi kasta ketiga di Italia (menggantikan Serie C).
Selama kurang lebih tiga musim bertempur di Lega Pro, S.P.A.L 2013 pada akhirnya mampu menggondol satu tiket promosi ke Serie B mulai musim 2016/2017 usai jadi kampiun di grup B. Patut diketahui, kompetisi Lega Pro dibagi ke dalam beberapa grup dan kesebelasan yang nangkring di puncak klasemen masing-masing grup berhak atas tiket promosi otomatis ke Serie B.
Hebatnya, performa gemilang itu berhasil diteruskan kala anak asuh Leonardo Semplici berlaga di Serie B musim ini. Berbekal nama lawas semisal Nicolas Giani dan Manuel Lazzarri serta beberapa nama pinjaman dalam diri Kevin Bonifazi, Alex Meret dan Gianmarco Zigoni, S.P.A.L 2013 sukse nangkring di puncak klasemen kasta kedua Liga Italia itu.
Hingga pekan ke-39 atau tersisa tiga pertandingan lagi, Giani dan kawan-kawan unggul delapan angka dari Hellas Verona yang punya torehan 66 poin (namun belum memainkan partai ke-39) dan menguntit di posisi kedua. Praktis, I Biancazzurri cuma butuh enam angka alias dua kemenangan untuk mengunci spot pertama atau kedua guna lolos otomatis ke Serie A musim depan.
Situasi ini tentu saja membahagiakan manajemen S.P.A.L 2013 dan juga masyarakat Ferrara, karena setelah sekian lama, klub kebanggaan mereka bakal mentas lagi di kasta teratas kancah sepak bola Italia. Tercatat, S.P.A.L 2013 beraksi untuk kali terakhir di Serie A adalah musim 1967/1968 silam. Artinya, mereka telah menanti selama 50 tahun buat menyaksikan I Biancazzurri kembali mentas di Serie A.
Meski begitu, S.P.A.L 2013 patut waspada andai benar-benar menggenggam tiket promosi ke Serie A mulai musim mendatang. Mereka harus membangun skuat yang kompetitif agar tak sekadar numpang lewat. Pasalnya, selama ini cukup banyak klub-klub promosi yang gagal bertahan lama di Serie A karena tak sanggup bersaing.
Terlebih, di musim ini ada beberapa nama pinjaman yang sangat diandalkan Semplici sebagai pilar utama skuatnya. Potensi nama-nama tersebut dipanggil pulang oleh pemilik sahnya tentu sangat besar di musim depan. Hal ini bisa saja meninggalkan lubang menganga di tubuh klub ini jika tak dilakukan banyak pembenahan.
Lesatan S.P.A.L 2013 ini tentu saja melahirkan decak kagum lantaran prosesnya terjadi sangat cepat. Hal itu bisa jadi bukti bahwa selepas bangkrut beberapa kali, S.P.A.L 2013 bisa bangkit dan menunjukkan eksistensinya.
Sebuah contoh penting untuk pelaku sepak bola di Indonesia, bahwa memulai segala sesuatunya dari nol jauh lebih heroik dan jantan ketimbang membeli lisensi supaya langsung mentas di kasta tertinggi.
#ForzaSPAL
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional