Eropa Jerman

Bayern Best XI: The Mighty FC Hollywood

Gelandang bertahan

Javi Martinez

Mengapa Javi? Karena pemain inilah yang menjadi alasan mengapa Bayern meraih treble legendaris di musim 2012/2013 silam.  Diboyong dengan mahar 40 juta euro, Javi membuktikan kalau harga itu tidak pernah bohong, setidaknya buat Bayern.

Di musim treble, sosok pemain yang pernah dikira maling oleh Athletic Bilbao ini tampil layaknya banteng di festival San Fermin, namun dengan diberkahi dengan sedikit kegeniusan. Javi tahu waktu yang tepat untuk melakukan tekel atau intersep. Beliau juga tidak pernah lelah mengejar dan menjaga pemain-pemain lawan di separuh lapangannya, serta tidak segan melakukan pelanggaran-pelanggaran cerdik.

Untuk bukti yang lebih jelas, tanya saja Andres Iniesta atau Lionel Messi dalam dua leg semi-final Liga Champions Eropa 2012/2013 atau Anda bisa tonton banteng kontra manusia dengan keyword San Fermin Festival di YouTube.

Thiago Alcantara

Gelandang tengah

Thiago Alcantara

Gelandang favorit penggemar Bayern selepas era treble winner. Meski banyak yang skeptis dengan kedatangannya sebagai pemain “bawaan” Guardiola, Thiago mampu membuktikan bahwa ia adalah pangeran baru Bayern. Melihat Thiago bermain sepak bola dapat diibaratkan seperti menyaksikan orkestra besar di Wina.

Operan-operannya adalah gesekan biola yang elegan, intersep dan tekelnya merupakan suara-suara cello yang tegas, sementara tembakan-tembakan jarak jauhnya adalah dentuman double bass penutup irama.

Semuanya dalam satu sinergi dalam pemain bernomor punggung enam. Dari sudut pandang statistik pun torehan Thiago menyilaukan mata, rataan 90 persen operan sukses per kompetisi tiap musimnya selama empat musim terakhir merupakan bukti mengapa pemain tim nasional Spanyol ini dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia.

Franck Ribery

Sayap kiri

Franck Ribery

Mungkin predikat legenda cocok untuk disematkan dalam nama Franck Ribery. Sejak diboyong dari Marseille pada musim 2007/2008, Ribery kini memasuki tahun kesepuluhnya bersama Bayern. Sepanjang periode sepuluh tahun tersebut, sang pemain bercodet ini menorehkan catatan fenomenal 74 gol dan 115 asis.

Meski beberapa musim terakhir kerap didera cedera, namun Ribery selalu konsisten berkontribusi di lapangan. Duetnya bersama Arjen Robben menjadi salah satu faktor terbesar perubahan Bayern menjadi raksasa Eropa dan layak bersanding dengan dua klub membosankan, Barcelona dan Real Madrid.

Thomas Mueller

Gelandang serang

Thomas Mueller

Mueller adalah kita semua. Perawakannya yang kurus dan biasa saja lebih cocok dianggap sebagai teman nongkrong dibandingkan dengan pesepak bola. Namun soal kualitas, “with me, Mueller will always play,” kata Louis van Gaal.

Sempat dipinggirkan dan dianggap medioker oleh Jurgen Klinsmann, van Gaal menjadikan Mueller sebagai starter yang tak tergantikan di posisi belakang penyerang. Posisi tersebut dipertahankan oleh pelatih-pelatih Bayern berikutnya, meski ia beberapa kali digeser ke sisi kanan.

Seperti Neuer sebagai sweeper keeper, Mueller dianggap mendefinisikan peran baru dalam sepak bola, yaitu Raumdeuter atau space investigator. Predikat tersebut diberikan karena pemain yang selalu menggulung kaus kakinya ini kerap berada di posisi dan waktu yang tepat. Beliau tahu kapan harus berlari, tahu kapan harus berhenti, dan mungkin tahu Bayern pasti menjadi juara liga di akhir musim.

Arjen Robben

Sayap kanan

Arjen Robben

What time is it? It’s time to cut inside!” kutipan tersebut berasal dari meme populer Arjen Robben setiap ia sukses mencetak gol dari signature move­­-nya. Cut inside adalah Robben dan Robben adalah cut inside. Meski telah melakukan cut inside selama delapan tahun bersama Bayern, namun tidak ada seorang pun yang mampu menghentikannya. “It’s working everytime, why should I change that?” merupakan respons sang pemain ketika ditanya mengenai paham cut inside­-nya.

Saking hebatnya teknik tersebut membuat salah satu korban cut inside, Christian Fuchs (Schalke 04/Leicester City), mengutarakan pengalaman buruknya, Everybody knows him. Everybody knows what he does. The problem is the part … when is he cutting inside. And by the second you realize he does, the ball most likely is already in the back of the net.” Testimoni tersebut membuat saya memercayai bahwa alasan mengapa Bayern bisa menjuarai liga selama lima musim beruntun tidak lain dan tidak bukan adalah…cut inside Robben.