Anfield, 27 April 2014, Liverpool yang mengincar gol penyama kedudukan, akhirnya mendapat peluang lewat sepak pojok. Entah bagaimana caranya, seorang Iago Aspas berlari ke sudut dan langsung melakukan tendangan, yang anehnya malah melebar dan jadi sumber gol kedua tim lawan, Chelsea, sekaligus memperkecil asa juara The Reds di Liga Primer Inggris.
Semusim di Merseyside, lelucon tendangan pojok itu sudah cukup jadi rangkuman karier Aspas sepanjang memperkuat Liverpool. Lantas apa lagi? Diwariskan nomor punggung keramat 9 yang pernah dikenakan legenda mulai dari Ray Houghton, Robbie Fowler, hingga Ian Rush, pria asal Spanyol itu hanya mampu mencetak sebiji gol. Itu pun ke gawang klub kasta ketiga, Oldham Athletic.
Berselang tiga tahun, peruntungan karier Aspas berubah drastis. Kini penyerang berusia 29 tahun itu berstatus raja gol Spanyol di kompetisi Eropa. Torehan 23 golnya di semua kompetisi mengalahkan nama tenar semisal Alvaro Morata sampai mesin gol Chelsea, Diego Costa.
Terkini, Aspas mampu membawa klubnya, Celta Vigo melaju ke semifinal Liga Europa dan menantang rival utama Liverpool, Manchester United.
Pelajaran pahit selama di Inggris, membuat Aspas jadi sosok yang berbeda. Saat kariernya berada di tengah ketidakpastian, tawaran dari ‘rumah’ datang. Tanpa pikir panjang, pemain kelahiran Moana, pinggir kota Vigo, itu langsung bergegas pulang ke tempat pertama dirinya meniti karier dan hikayat pahlawan lokal pun dimulai kembali.
Spesialis penyelamat Celta
Jika diibaratkan, Aspas adalah ikon sempurna tim Celta saat ini, seperti Francesco Totti di AS Roma atau Steven Gerrard kala memperkuat Liverpool. Sebagai sosok asli kelahiran Galicia, Aspas memilih masuk akademi Celta alih-alih ke rival sekota yang notabene secara prestasi lebih baik, Deportivo La Coruna.
Hubungan Aspas dengan Celta memang terasa seperti jodoh yang sempurna. Layaknya hikayat, kemunculannya ditandai dengan momen yang bakal terus diingat Celtistas, sebutan untuk suporter Celta. Pada laga debut keduanya musim 2008/2009, Aspas yang masuk dari bangku cadangan langsung mencetak dua gol yang memastikan Os Celeste lolos dari jeratan degradasi Divisi Segunda.
Sejak saat itu, Aspas digadang-gadang jadi bintang masa depan Celta. Ramalan tersebut memang tidak salah. Musim 2011/2012, pemain bertinggi badan 176 sentimeter itu sukses mencetak 23 gol dan membawa Celta promosi ke La Liga. Pada musim perdananya di kasta tertinggi Liga Spanyol, Aspas mengoleksi 12 gol dan kembali menyelamatkan timnya dari degradasi.
Performa apik Aspas bersama Celta menarik minat manajer Liverpool kala itu, Brendan Rodgers. Kecepatan dan kelihaian sang penyerang dalam mencari ruang diharapkan bisa mengembalikan kejayaan The Reds. Tak tanggung-tanggung, Aspas dipercaya mengenakan nomor punggung 9. Nomor yang sama yang pernah dipakai El Nino, Fernando Torres.