Meminjam kutipan kawan saya, Qo’id Naufal, Cristiano Ronaldo adalah raja perihal urusan mencari ruang di kotak penalti. Kamu boleh tidak setuju dengan kawan saya itu, karena beberapa kali ia mencetak gol dari tendangan jarak jauh dan tendangan bebasnya yang ikonik itu. Tapi, lima gol yang ia cetak ke gawang Bayern Munchen dalam dua leg kemarin, saya rasa mengakhiri perdebatan itu.
Dari sekian banyak penyerang tengah hebat zaman sekarang, seperti Luis Suarez dan Robert Lewandowski misalnya, Cristiano adalah yang paling puncak. Ia mungkin mencoba mengejawantahkan apa yang dahulu Charles Darwin temukan di Galapagos ketika meneliti tentang evolusi makhluk hidup.
Mungkin ia tak terlahir sebagai penyerang tengah di awal kariernya seperti Suarez dan Lewandowski, tapi evolusi posisi dan instingnya yang semakin terasah untuk mencetak gol adalah bukti nyata bahwa adaptasi membuatnya menjadi semakin hebat tiap tahunnya.
Dari lima golnya saja di perempatfinal kontra Bayern, selain semua dicetak di dalam area kotak penalti, kelimanya menunjukkan apa yang perlu dipahami penyerang-penyerang muda seperti Andrea Belotti, Romelu Lukaku hingga Harry Kane. Di era modern ketika tugas seorang penyerang tengah semakin banyak dan tak melulu mencetak gol, mereka tak boleh alpa bahwa tugas utama yang harus mereka pertahankan adalah perihal mencetak gol. Itu saja.
Di era sekarang, banyak penyerang modern yang lebih fleksibel dan mampu mencetak gol dengan berlari mulai dari sepertiga akhir pertahanan lawan dan menyelesaikannya melalui finishing cantik yang mengundang decak kagum.
Sebutlah Kylian Mbappe yang memecundangi barisan belakang Borussia Dortmund pekan lalu. Atau Antoine Griezmann yang, meminjam perumpamaan Diego Simeone, pemain yang lengkap karena bermain seperti gelandang tengah, mengumpan seperti pemain nomor 10 dan mencetak gol setajam penyerang tengah.
Tapi Ronaldo? Orang ini memang layak satu planet dengan rival klasiknya, Lionel Messi. Memang ia mungkin tak fenomenal seperti pemain terdahulu yang berbagi nama sama dengannya. Tapi bila fenomenal adalah milik Ronaldo Nazario dan jenius menjadi hak Messi, apa kira-kira satu kata yang cocok untuk Ronaldo?
Ronaldo mungkin tak akan mampu menciptakan keajaiban seperti kaki kiri Messi yang luar biasa itu. Ia juga mungkin tak akan bisa memuaskan banyak orang dengan sifat angkuh dan kepribadian khas megalomaniak yang mengendap kuat di dalam dirinya. Tapi orang-orang hebat membuktikan bahwa sifat egoismu acapkali menentukan sejauh mana kamu mampu menahan sekaligus membuktikan diri dengan cara yang bisa membungkam kritik dan seakan berkata kepada para pengkritik, “Saya memang hebat, lalu kalian mau apa?”
Dan di kotak penalti itulah, saya rasa, masa depan karier pangeran kesayangan Madeira yang umurnya semakin menua itu akan berada. Ia bisa mereplikasi karier Zlatan Ibrahimovic atau, kalau sedikit menurunkan level, Aritz Aduriz, bahwa semakin senja usia karier seorang penyerang tengah, ia hanya perlu fokus pada apa yang menjadi tugas utamanya: menjadi raja di kotak penalti.
Ia tak perlu mendengarkan celoteh mereka yang berujar bahwa ia tak akan mampu mencetak gol dengan cara ala Messi yang meliuk di tengah penjagaan pemain lawan, melakukan body feint cantik, lalu melepaskan tendangan yang membuat dunia terperangah dan berteriak histeris. Messi adalah Messi, begitupun Ronaldo. Saya rasa kita perlu menyepakati itu sekarang bahwa membandingkan keduanya seperti memilih antara Tatjana Saphira atau Chelsea Islan, siapa yang paling cantik. Jawabannya: tidak ada yang paling cantik.
Kata ‘paling’ hanya milik mereka yang gemar berdebat. Bagi saya, Ronaldo adalah pemain hebat, karena ia juara Eropa bersama Portugal dan pemain pertama yang mampu mencetak 100 gol di Liga Champions Eropa. Itu saja sudah. Apalagi yang harus diperdebatkan sekarang? Semakin kamu mempertanyakan kualitas Ronaldo, ia akan terus mencetak gol demi gol. Dan ketika kamu mulai letih berdebat dan mulai menyadari bahwa kapten timnas Portugal ini adalah pemain hebat, ia sudah mencetak ribuan gol dan kamu tidak dapat apa-apa dari perdebatan panjang itu.
Saya pernah ada di sisi itu, ketika sering mempertanyakan kehebatan pemain jebolan akademi Sporting Lisbon tersebut. Di titik saat ini, dengan pencapaian Ronaldo sekarang, saya memutuskan untuk menarik diri dari kubangan kepicikan yang membuat kesenangan saya menonton sepak bola menjadi berkurang.
Saya memutuskan berhenti memperdebatkan kehebatan Ronaldo, berhenti membandingkannya dengan Messi, Suarez atau Neymar sekalipun, dan mulai duduk tenang di depan televisi sambil menikmati gol demi gol yang tercetak dari kaki-kaki mahal pemain-pemain itu.
Dengan menjadi raja di kotak penalti lawan, Ronaldo sejatinya membantu kita menikmati sepak bola. Apa yang kalian cari dari sepak bola selain drama, cerita dan kenangan? Jawabanya hanya satu: gol. Kita semua menonton sepak bola karena menanti gol. Dan dengan 100 golnya di Liga Champions dan ratusan lagi di sepanjang kariernya, saya rasa kita harus mencintai Ronaldo sepenuh hati karena membawa kebahagiaan di permainan indah ini.
There will be no another CR7 in our next life, cause there’s only one Cristiano Ronaldo.
Isidorus Rio – Editor Football Tribe Indonesia