Suara Pembaca

Tentang Mereka yang ‘Hanya’ Hebat Sebagai Pemain

Lothar Matthaus

Setali tiga uang dengan Diego Maradona, nama Lothar Matthaus harum mewangi kala ia masih aktif bermain. Bersama tim nasional Jerman, Ia berhasil merengkuh Piala Dunia 1990 di Italia. Capaian ini semakin indah karena Matthaus didapuk sebagai kapten tim.

Prestasi di tim nasional kemudian tertular ke klub yang ia bela. Bayern Munchen, Internazionale Milan, hingga Metro Star di Major League Soccer (MLS) dibawa ke puncak singgasana juara.

Meski berlabel bintang, ia tak jarang memantik api peperangan. Perselisihan antara Matthaus dan Berti Vogts (pelatih Jerman ketika itu) jelang Euro 1996 mungkin yang paling kita ingat. Pemain berjuluk Terminator ini tak senang dengan sang pelatih yang menganggap jika pemain yang mengawali karier profesionalnya bersama Borrusia Moenchenggladbach ini tidak lebih bintang dari Jurgen Klinsmann. Tak pelak, Matthaus dipinggirkan dari skuat Der Panzer di ajang empat tahunan tersebut.

Pemain yang bisa bermain sebagai gelandang dan bek sama baiknya ini memutuskan pensiun pada tahun 2000 lalu. Setahun berselang, ia langsung melanjutkan karier sebagai pelatih. Matthaus pun menyeberang ke negara tetangga untuk menukangi Rapid Wien, klub ternama Austria, yang kemudian menandai karier barunya di dunia kepelatihan.

Hingga kini, sudah tujuh tim dari enam negara berbeda yang ia latih, dan ketujuhnya hanya berlabel tim semenjana. Seperti Partizan Beograd (serbia) , tim nasional Hungaria, Atletico Paranaense (Brazil), RB Salzburg (Austria), Maccabi Netanya (Israel), hingga tim nasional Bulgaria. Dan semua berakhir dengan pemecatan.

Satu hal yang menarik dari karier melatih Matthaus adalah, ia tidak pernah bertahan selama dua musim di setiap timnya. Semua hanya berjalan semusim kompetisi.