Kolom Nasional

Benteng Arema yang Terlalu Kokoh untuk Persib

Pertandingan pembuka kompetisi seringnya agak monoton atau kaku. Karena setiap tim yang bertanding masih berusaha menghilangkan tegang dan demam panggung. Ditambah tekanan karena diburu oleh hasil pertandingan yang baik karena tidak ingin mengecewakan para penggemar bahkan sejak hari pertama kompetisi. Hal tersebut juga terjadi pada pertandingan pembuka Go-Jek Traveloka Liga 1 (GT Liga 1) antara Persib Bandung berhadapan dengan Arema FC.

Berbeda apabila kedua tim bertemu di pertengahan kompetisi di mana pertandingan seru menjadi hal pasti ditawarkan, pertemuan keduanya di pembukaan liga kali ini cenderung membosankan. Hasil imbang tanpa gol mewarnai pertandingan kedua kesebelasan yang biasanya apabila bertemu akan terjadi banyak gol, dan tentunya hujan kartu. Di pertandingan semalam, banyak gol tak terjadi, justru hujan kartu yang muncul.

Persib Bandung jelas demam panggung dan tampil penuh tekanan. Apalagi mereka tampil di hadapan para penggemar mereka sendiri. Arema sendiri patut diberikan apresiasi karena bisa membuat tim lawan frustasi, dan menampilkan permainan yang cukup baik untuk ukuran tim tamu.

Blok pertahanan rendah Arema dan skema ‘bek tengah palsu’

Pelatih Arema, Aji Santoso, sedikit ‘mengingkari’ janjinya ketika ia berujar akan menampilkan permainan yang menghibur. Tentu ketika coach Aji berbicara demikian, maka ekspektasi yang ada adalah Arema akan melakukan strategi menantang dengan menyerang tanpa menahan diri.

Tetapi bisa jadi karena latar belakang sang pelatih yang merupakan pemain bertahan, maka skema luar biasa yang muncul justru adalah bagaimana Arema bisa bertahan dengan baik dan meredam serangan-serangan dari Persib.

Skuat asuhan Aji Santoso secara cermat meredam ledakan dari lini serang Persib yang pada awal laga diisi oleh trio Lord Atep, Shohei Matsunaga, dan Febri Hariyadi. Lini pertahanan Arema sadar betul bahwa melakukan penjagaan perorangan akan berakibat fatal. Beradu kecepatan dengan para speedster seperti tiga pemain di atas bisa berisiko besar yang membahayakan gawang.

Arthur Cunha dan kawan-kawan kemudian memilih untuk bertahan lebih dalam. Ketimbang beradu lari, lebih baik menunggu di daerah sendiri lalu amankan. Ini bisa terlihat bagaimana sepanjang laga, dua fullback Arema, Syaiful Indra dan Ahmad Alfarizi tidak banyak melakukan overlap, naik untuk membantu penyerangan.

Selain garis pertahanan yang rendah, Arema juga menerapkan strategi yang cukup bagus di sektor gelandang. Salida La Volpina, atau gelandang bertahan yang bergerak lebih dalam bahkan sampai ke area bek tengah sepertinya sedang populer di Indonesia. Setelah Pusamania Borneo FC menggunakannya, kini Arema pun melakukan skema yang hampir serupa.

Arema menempatkan Hanif Sjahbandi dan Jad Nourdinne di pos tersebut. Keduanya secara bergantian turun ke area sentral sehingga membuat mereka seakan menjadi bek tengah ketiga di pertahanan Arema. Terlebih dengan skema seperti ini, maka akan terlihat Arema seperti memakai banyak lapisan untuk pertahanan mereka. Apalagi baik Hanif maupun Jad memang fasih bermain di posisi bek tengah, sehingga strategi ini pun bisa berjalan mulus sepanjang laga.

(Kiri) Formasi awal Arema. (Kanan) Perubahan skema permainan ketika Jada atau Hanif turun ke area bek tengah.

Racikan ini sempat membuat serangan Persib buntu sepanjang babak pertama. Terlebih pergerakan Gian Zola sebagai gelandang serang, yang lebih banyak beroperasi di area tiga perempat lapangan bagian penyerangan, padahal area tersebut sudah menumpuk pemain Arema, membuat penyerangan tim Maung Bandung menjadi semakin sulit.

Racikan ini juga yang membuat operan-operan dari Essien maupun Hariono terasa tak berguna. Karena ketika para pemain sayap menerima bola, mereka sudah ditunggu oleh pemain lawan yang melakukan penjagaan.

Sebenarnya coach Djadjang Nurdjaman sudah melakukan perencanaan yang sangat bagus untuk menghadapi strategi dari tim lawan. Ia memasang Shohei sebagai penyerang dengan harapan penyerangan tim bisa lebih cair untuk membongkar pertahanan lawan. Tapi sayangnya, Shohei lebih banyak bergerak melebar sehingga area tengah kosong. Dengan kata lain, meskipun Persib berhasil menyisir pertahanan lawan, tidak ada target operan untuk menyelesaikan peluang di area kotak penalti lawan.

Keadaaan sedikit lebih baik ketika Carlton Cole masuk. Kedatangannya membuat permainan lebih direct dan ada ujung dari penyerangan yang dibangun oleh Persib. Apalagi dengan fisiknya yang superior, ia gunakan untuk meneror pertahanan lawan. Keberadaan Cole setidaknya membuat Persib bisa menerobos lebih dalam dari pertahanan Arema yang rapat.

Tapi, Cole yang masih butuh proses sedikit lebih lama untuk menyesuaikan dengan permainan Persib dan juga didukung oleh skema blocking Arema yang rapat dan rapi, membuat pemain Persib tampak seperti tim yang tidak menyiapkan skema main dengan baik. Terlepas dari kontroversi gol Cristian Gonzales yang dianulir karena offside, hasil imbang 0-0 ini adalah hal yang sedikit mengecewakan bagi kedua belah pihak.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia