Mari kita bayangkan sejenak perasaan Valencia di awal musim 2016/2017 lalu. Pemain yang sudah telanjur mereka anggap aset masa depan dan bahkan ikon baru klub mereka, malah memutuskan untuk pindah meneruskan karier di klub lain. Dia adalah Francisco ‘Paco’ Alcacer, mantan pujaan Valencia yang kini sedang berusaha menembus tim inti di Barcelona.
Alcacer adalah pemain binaan akademi Valencia yang menjalani debutnya di tim utama Los Che pada usia 19 tahun. Sejak penampilan pertamanya di tahun 2012 tersebut, ia dengan cepat menjelma menjadi pujaan publik Mestalla. Kecepatannya di lini depan dan ketajamannya merobek gawang lawan dalam usianya yang terbilang muda membuatnya ditakuti lawan-lawannya di Liga Spanyol.
Bakat Alcacer memang istimewa. Ia sudah mewakili Spanyol di Piala Eropa U-17, dan keluar sebagai pencetak gol terbanyak di ajang tersebut. Lalu, ia juga tampil dua edisi kompetisi Piala Eropa U-19, yaitu pada tahun 2011 dan 2012. Di kedua turnamen tersebut, ia dan para matador muda sukses menjadi juara.
Maka, tak heran jika di usia yang cukup muda, pemain kelahiran 30 Agustus 1993 ini langsung bersaing dengan Roberto Soldado, Sofiane Feghouli dan Jonas Goncalves di lini depan Valencia. Meski sempat dikirim ke Getafe untuk menambah jam terbang, Alcacer tetap bekerja keras ketika kembali lagi ke Mestalla.
Kesabaran pemain bertinggi badan 176 sentimeter ini akhirnya berbuah manis pada tahun 2014. Ia mencetak gol pertamanya di La Liga pada 25 Januari 2014 ke gawang Espanyol, pada pertandingan yang berakhir imbang 2-2. Seminggu setelahnya, Alcacer menjadi penentu kemenangan Valencia dengan skor 3-2 atas Barcelona.
Sisanya adalah sejarah. Gol demi gol penting terus-menerus datang dari kaki pemain kelahiran Torrent ini. Ia sempat mengemban tanggung jawab sebagai kapten Los Che di musim 2014/2015, padahal usianya baru menginjak 21 tahun. Para pendukung Valencia pun semakin sayang kepadanya, apalagi setelah kepindahan Soldado ke Tottenham Hotspurs. Dengan posisinya yang semakin mapan di tim utama Valencia, rekor gol Alcacer pun membaik dari musim ke musim. Untuk musim 2014/2015 dan 2015/2016, ia sukses mencatat jumlah gol di angka dua digit.
Namun, kebersamaan Valencia dan Alcacer berakhir sudah di musim panas 2016. Tawaran 30 juta euro plus Munir El-Haddadi untuk Alcacer sama sekali tidak kuasa ditolak Valencia. Camp Nou pun menjadi tempat berlabuh yang baru bagi Alcacer, yang memakai nomor punggung 17 di klub barunya itu.
Di sinilah nasib Alcacer mulai terlihat suram. Di atas kertas, tentu saja akan sulit menggeser trio penyerang kelas dunia Lionel Messi – Luiz Suarez dan Neymar (trio MSN). Di awal musim 2016/2017, penampilan Alcacer kebanyakan hanya sebagai ‘cameo’. Gol pertamanya baru datang di babak 32 besar Copa del Rey melawan tim lemah, Hercules, lawan yang berkompetisi dua kasta di bawah Barcelona.
Bukan itu saja, penampilannya di Barcelona cukup mengundang frustrasi para Cules. Tak jarang ia membuang-buang kesempatan di depan gawang. Padahal, di Valencia sana, Munir sudah rutin mencetak gol. Tentu saja keduanya langsung dibanding-bandingkan, di mana Valencia lebih untung karena mengamankan jasa penyerang yang lebih tajam.
Gol pertama Alcacer akhirnya datang pada bulan Februari 2017, atau 7 bulan sejak ia bergabung dengan Barcelona. Hingga pekan ke-32 atau minggu kedua April 2017, Alcacer baru mencetak 4 gol dari 660 menit bermain di La Liga. Menit bermain yang minim itu, lagi-lagi akibat penampilan cameo Alcacer yang hanya dibutuhkan jika salah satu dari trio MSN cedera.
Sedikitnya jumlah penampilan dan gol mantan kapten Valencia ini tentu saja akan berpengaruh bagi kelanjutan kariernya. Akan sangat disayangkan jika pemain yang baru menginjak usia 23 tahun ini terdepak dari tim nasional Spanyol atau musim depan terdampar di klub semenjana.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.