Eropa Italia

Menanti Era Baru AC Milan

AC Milan identik dengan mantan perdana menteri Italia, Silvio Berlusconi. Wajar saja, karena sosoknya sudah menjadi pemilik klub raksasa Serie A ini sejak 1986. Namun, hari ini (13/4) Berlusconi resmi melepas kepemilikan AC Milan kepada konsorsium pengusaha Cina yang dipimpin Yonghong Li.

Unit usaha Berlusconi Fininvest secara resmi mengumumkan bahwa pihaknya telah menyelesaikan penjualan saham AC Milan sebesar 99,93 persen kepada konsorsium Rossoneri Sport Luxembourg (dulu bernama Sino-Europe Sports).

Berdasar kesepakatan ini, pemilik baru mengucurkan dana sebesar 740 juta euro selama tiga tahun untuk memperkuat struktur keuangan klub besar ini.

Kesepakatan akusisi ini sudah ditandatangani pada Agustus 2016 dan diperbarui 24 Maret lalu oleh CEO Fininvest, Danilo Pellegrino, dan perwakilan Rossoneri Sport Lux, David Han Li.

Kabar bahwa AC Milan akan dilepas ke konglomerat Cina memang sudah terdengar sejak beberapa tahun lalu. Berlusconi mengumumkan rencana menjual kepemilikan saham juara Liga Champions Eropa tujuh kali ini kepada pengusaha Cina tahun lalu.

Berlusconi hanya mengatakan bahwa ini keputusan penting untuk memberikan klub kepada seseorang yang bisa membawa Milan kembali berjaya di Eropa maupun di dunia. “Saya tidak membahas harga. Saya terima apa yang mereka tawarkan kepada saya,”ujarnya saat itu.

Bisa dikatakan penjualan AC Milan kepada konsorsium Cina ini agak rumit karena sempat batal dua kali. Harusnya semua proses sudah selesai awal Maret, namun terkendala pembayaran sisa uang muka yang terlambat. Berlusconi sempat merasa sudah pasrah jika memang AC Milan tidak jadi dibeli (sekalipun pria gaek ini masih yakin bahwa semua akan berjalan lancar).

Para pencinta sepak bola tentu ingat masa kejayaan AC Milan di bawah kepemilikan Berlusconi. Rossoneri menjadi kekuatan hebat di Eropa dengan lima gelar Liga Champions Eropa sepanjang 1988-2007 dan delapan gelar Serie A.

Merebaknya kasus pengaturan skor atau dikenal dengan skandal Calciopoli pada 2006 membuat Liga Italia kehilangan pamor. AC Milan sendiri terkena imbasnya dengan membayar hukuman dan mengalami pengurangan poin. Belum lagi hengkangnya bintang-bintang seperti Andriy Schevchenko, disusul pensiunnya dua bek legendaris, Alessandro Nesta dan Paolo Maldini , membuat AC Milan kehilangan tajinya.

Musim ini pun AC Milan harus merelakan mimpinya berlaga di Liga Champions Eropa (karena menduduki posisi 7 klasemen Serie A tahun lalu). Terakhir Rossoneri juara adalah tahun 2007 (membalas kekalahan atas Liverpool dua tahun sebelumnya di final Istanbul yang surealis itu).

Hadirnya para orang kaya baru dari Rusia dan Timur Tengah memang mengubah segalanya. Sebut saja Roman Abramovich dengan Chelsea dan konsorsium Qatar yang membeli PSG. Kehadiran mereka yang berani jor-joran membeli pemain mahal membuat siapapun terkaget-kaget. Hal ini juga membuat Berlusconi mengangkat bendera putih untuk bersaing secara keuangan dengan sosok-sosok seperti Abramovich ini.

Dengan akusisi ini, Rossoneri Sports Lux menjadi perusahaan Cina ketiga yang membeli klub sepak bola Eropa. Sebelumnya, China Media Capital (CMC) dan Citic Capital, sudah membeli 13 persen saham Manchester City seharga 400 juta dollas AS akhir tahun 2016. Lalu, Suning Group yang membeli 70 persen saham Inter Milan dari Erick Thohir.

Apakah dengan kehadiran pemilik baru ini AC Milan akan lebih agresif di bursa transfer? Patut ditunggu, karena pastinya Milanisti rindu melihat tim merah-hitam ini merajai Italia dan Eropa lagi, bukan?

Author: Yasmeen Rasidi