Pada dunia sepak bola setidaknya ada dua hal yang selalu layak diingat. Pertama, kebahagiaan, dan kedua, kesedihan. Layaknya kaset piringan hitam yang rutin diputar untuk mengingat kejadian masa lalu, menjadi mitos kemudian melegenda. Soal kebahagiaan, rasanya klub-klub sepak bola tak terlalu sulit untuk mengingatnya. Ini hanya soal gelar dan prestasi. Namun, soal narasi kesedihan adalah cara klub dan suporter untuk selalu mengingatnya, meski ada kenangan buruk di situ.
Suporter Manchester United tidak akan pernah melupakan kecelakaan pesawat yang menewaskan 23 orang dari 44 penumpang dalam tragedi Munchen pada 6 Februari 1958. Pun dengan Liverpudlian tidak akan pernah melupakan tragedi Hillsborough dan tragedi Heysel.
Layaknya suporter United yang masih mengenang kesedihan tragedi Munchen dan Liverpudlian yang masih merawat ingatan akan apa yang terjadi di Heysel dan Hillsborough, Madridista pun tidak akan pernah melupakan Juanito Maravilla, salah satu legenda terbesar Real Madrid.
Hal ini terbukti kala pendukung garis keras Real Madrid, Ultrassur, membentangkan banner raksasa nomor 7 bertuliskan “No Te Olvidamos” mengenang 25 tahun kematian Juanito Maravilla pada pertandingan melawan Alaves di Santiago Bernabeu pada 2 April 2017 yang lalu. Pertandingan itu sendiri berakhir dengan skor 3-0 untuk kemenangan Real Madrid.
Ihwal Juanito Maravilla merupakan penyerang Real Madrid bernomor punggung 7 di tahun 1977-1987 yang meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas pada 2 April 1992. Penyebabnya, saat itu mobil yang ditumpangi Juanito menabrak truk kala menyusuri jalanan kota Madrid.
Bagi Madridista, Junito bukan sekadar pemain biasa yang dilihat dari kemampuan, jumlah gol, popularitas dan prestasi. Lebih lanjut pada diri Juanito tertanam jiwa yang mewakili nilai-nilai Madridismo hingga hari ini. Madridismo adalah semangat, kehormatan dan kebanggaan seorang pemain kala menggunakan jersey Real Madrid.
Di sisi yang lain, peran sentral Juanito yang mampu menjembatani kepentingan Ultrassur dan manajemen Real Madrid soal harga tiket pertandingan, tribun penonton hingga transfer pemain, masih ternarasi dengan baik di setiap penggemar Real Madrid.
Itu sebabnya, sejak kematian Juanito, Real Madrid nyaris kehilangan sosok panutan. Panutan untuk tetap percaya akan keajaiban, panutan untuk mengubah kemustahilan menjadi kenyataan.
Begitu terpesonanya dengan sosok Juanito, hingga hari ini, seisi Stadion Santiago Bernabeu mengumandangkan chants khusus “Illa Illa Illa Juanito Maravilla…” di setiap menit ke-7 kala Real Madrid bermain di kandang.
Seolah punya roh, chants yang kerap dinyanyikan Madridista itu selalu membakar semangat dan memberi kekuatan lebih bagi para pemain Real Madrid kala berlaga di Bernabeu.
Betapa tidak, di dekade Juanito bermain untuk Real Madrid, beberapa kali Real Madrid mampu bangkit dari keterpurukan kala berlaga di kompetisi Eropa.
“Noventa minuti en el Bernabéu son molto longo” yang kurang lebih berarti “90 Menit di Santiago Bernabeu merupakan waktu yang sangat lama” adalah kutipan terkenal yang legendaris di kalangan pemain Madrid. Kalimat ini selalu dianggap sebagai doa penuh keajaiban.
Terbukti berkali-kali Real Madrid sempat mengalami kekalahan di leg pertama kompetisi Eropa tapi tetap bisa bangkit di leg kedua lalu lolos agregat dengan comeback manis (remontada). Sejarah mencatat sebanyak delapan kali Los Blancos berhasil comeback dari kekalahan kala Juanito bermain untuk Real Madrid di kompetisi Eropa.
Pertama, kala Real Madrid bersua Derby County dalam babak 16 besar Piala Champions (Liga Champions saat ini) di musim 1975/1976. Di pertemuan pertama di kandang Derby County, Real Madrid kalah 1-4, Namun berhasil membalikkan keadaan dan menang di Santiago Bernabeu dengan skor 6-1 lewat perpanjangan waktu.
Kedua, di musim 1979/1980 di babak perempatfinal Piala Champions, Real Madrid bertemu wakil Skotlandia, Glasgow Celtic. Pada saat itu Celtic menang 2-0 di pertemuan pertama. Namun, di pertemuan kedua, Real Madrid mampu mengalahkan Celtic di Santiago Bernabeu. Real Madrid berhasil menang 3-0 lewat gol-gol Santillana, Stielike dan Juanito Maravilla.
Ketiga, di musim 1984/1985 di babak 32 Besar Piala UEFA, Real Madrid bertemu wakil Kroasia, HNK Rijeka. Real Madrid bertandang lebih dulu ke markas Rijeka dan kalah 1-3. Namun, berhasil comeback di pertemuan kedua di Santiago Bernabeu. Real Madrid menang 3-0 pada saat itu lewat sepasang gol Juanito Maravilla dan satu gol Emilio Butragueno.
Keempat, pada musim 1983/1984 di babak 16 Besar Piala Champions, Real Madrid bertemu Anderlecht. Di pertemuan pertama Real Madrid kalah 0-3 di kandang Anderlecht. Tapi berhasil membalas Anderlecht dengan kemenangan 6-1 di Santiago Bernabeu.
Kelima, di semifinal Piala UEFA 1985/1986, Real Madrid bertemu wakil Italia, Inter Milan. Pada pertemuan pertama, Real Madrid kalah 3-1 di kandang Inter. Namun, di pertemuan kedua di Bernabeu, Real Madrid berhasil menang 3-0 lewat hattrick Juanito Maravilla.
Keenam, pada babak 16 Besar Piala Champions 1985/1986, Real Madrid bertemu Borussia Moenchengladbach. Di pertemuan pertama Madrid dipermalukan 5-1. Namun lagi-lagi Real Madrid berhasil membalikkan keadaan dengan menang 4-0 di Santiago Bernabeu.
Ketujuh, pada musim 1986/1987, Real Madrid bertemu Internazionale Milan di semifinal Piala UEFA. Di pertemuan pertama Inter Milan berhasil mengalahkan Real Madrid 3-1 di Giueseppe Meazza. Namun, ajaibnya, di pertemuan kedua, Real Madrid kembali membalas Inter Milan dengan menang 5-1 di Bernabeu.
Terakhir, pada musim 1986/1987, Real Madrid bertemu Red Star Belgrade di Piala UEFA. Di pertemuan pertama di Stadium Red Star, Real Madrid kalah 4-2. Namun, seperti sudah dijelaskan di tujuh cerita di atas, El Real sukses menang dua gol tanpa balas di Bernabeu dan lolos karena agresivitas gol tandang.
Lebih lanjut, di satu dekade Juanito berseragam Los Merengues, ia telah mencetak 121 gol dari 401 pertandingan dan mempersembahkan 5 gelar La Liga, 2 gelar Copa del Rey dan 2 gelar Piala UEFA.
Jangan pernah lupakan Juanito
Sejarah Real Madrid terus bergerak maju dengan segala gelar, pemain bintang dan kebesarannya. Harus diakui, sejak dulu Real Madrid selalu dihuni oleh pemain-pemain mewah di setiap masanya. Mulai dari Alfredo Di Stefano, Paco Gento, Ferenc Puskas, Raul Gonzalez, Sergio Ramos, Iker Casillas, Cristiano Ronaldo, Gareth Bale dan nama-nama besar lainnya.
Mereka turut pula membawa Real Madrid berjaya di periodenya masing-masing. Hingga Real Madrid meraih total 11 gelar Liga Champions, 2 gelar Piala UEFA, 32 gelar La Liga dan 19 gelar Piala Raja sepanjang sejarah klub.
Namun, di hati Madridista, Juanito tetap hidup. Lewat menit ke-7 di Santiago Bernabeu, nama Juanito masih dielu-elukan sebagai mitos yang memberi keajaiban untuk Real Madrid. No Te Olvidamos Juanito Maravilla, jangan pernah melupakan Juanito Maravilla. Selamanya.
Vamos, Juanito!
Author: Anwar Saragih (@anwargigi)
Profil: Madridista, penulis dan peminum kopi