Nasional Bola

Dokumentasi Football Fans Asia: A Story of Bobotoh

Desember tahun lalu, Tobias Enkel dari Football Fans Asia (FFA) merilis video dokumenter tentang cerita, gairah dan latar belakang sebuah kelompok suporter Persib Bandung, Bobotoh. Artikel ini akan memberi pandangan ke teman-teman bagaimana Enkel dan kawan-kawan dari FFA mengupas budaya mendukung Persib bagi orang Jawa Barat.

Selain itu, artikel ini juga sekaligus mengabarkan bahwa Tobias Enkel akan berkolaborasi dengan Football Tribe Indonesia dalam beberapa waktu ke depan untuk mengerjakan proyek video serupa yang tentunya kami harapkan mampu memuaskan pembaca setia kami dengan konten visual yang edukatif dan informatif.

Dalam video Story of Bobotoh yang berdurasi hampir 20 menit lebih, FFA mencoba menyelami kultur menjadi Bobotoh dengan menjadikan beberapa pemimpin komunitas Viking, grup suporter Bobotoh, sebagai narasumber terpercaya. Di segmen awal, kita akan diberi penjelasan bagaimana opini Bobotoh tentang stadion Persib mulai dari Siliwangi, Si Jalak Harupat hingga yang terbaru, Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).

Dari beberapa opini di video, akan mudah kita simpulkan bahwa romantisme Siliwangi masih sangat berkesan dan terpatri kuat di benak Bobotoh baik mereka yang angkatan senior atau para Bobotoh muda yang berbeda generasi dengan seniornya.

Bagi mereka, Siliwangi, yang lebih kecil kapasitasnya dibanding GBLA dan tentunya jauh lebih konvensional, nyatanya mampu memberikan memori indah yang sukar dihapuskan dari sanubari mereka.

Di segmen selanjutnya, teman-teman akan dibawa menelusuri bagaimana koreografi keren yang dibuat Bobotoh dan bagaimana mereka memanfaatkan media sosial dan linimasa daring sebagai medium untuk fundraising perihal dana untuk koreografi.

Di sini FFA berupaya memberi pandangan bahwa kreativitas suporter tidak akan pernah terbentur oleh masalah dana karena antusiasme suporter Indonesia, bila diorganisir dengan benar, akan mampu menopang dana operasional suatu kelompok suporter. Contoh lain mungkin bisa mengacu pada kreativitas BCS, kelompok suporter PSS Sleman yang dianggap sebagai ultras terbaik se-Asia oleh Copa 90.

Di segmen menjelang akhir video, ada satu hal menarik yang rasanya bisa menjadi pesan bagi kultur budaya suporter sepak bola di Indonesia. Di Indonesia, menjadi suporter sepak bola acapkali adalah pengarus warisan turun-temurun dari keluarga besar. Berbeda ketika mendukung tim luar Indonesia yang seringkali membuat kita berbeda satu sama lain dan sangat beragam, kendati dengan saudara atau orang tua kita sendiri. Sebagai contoh, ayah saya adalah suporter setia AS Roma, tapi itu tak otomatis membuat saya menjadi Romanisti karena ketika tumbuh besar dan mulai menapak usia remaja, klub idola saya justru Arsenal.

Hal seperti ini yang tidak ada di Indonesia. Ketika sebagian besar keluargamu adalah suporter Persib, maka otomatis kamu pun akan menjadi seorang Bobotoh. Dan ini kearifan lokal yang mungkin, hanya ada di Indonesia. Di kawasan Greater London, kamu akan menemui banyak orang mendukung Chelsea, Arsenal dan Tottenham misalnya, tapi di Jawa Barat secara umum, sebagian besar masyarakatnya adalah suporter Persib.

Dan sebagai identitas umum orang Sunda, Persib sudah sukses mengikuti slogan khas Barcelona, mes que un club, bahwa Persib lebih dari sekadar klub sepak bola. Ia adalah identitas dan corak kultur masyarakat Sunda dan Jawa Barat.