Sepanjang sejarah klub, Barito Putera memang belum pernah sekalipun meraih gelar juara di level tertinggi, tetapi hanya sanggup finis peringkat ketiga terbawah di ajang terakhir, Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, jelas bukan hal yang bisa diterima suporter. Kini, Laskar Antasari, julukan Barito, bersiap untuk bangkit dan menyambut Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 dengan ambisi membara.
Menilik pada sejarah panjang klub yang dibentuk sejak 1988 ini, memori yang paling diingat mungkin laga semifinal Divisi Utama musim 1994/1995. Tampil apik sejak awal musim, Barito lolos ke Babak 8 besar setelah sempat terseok.
Sayangnya di semifinal, Laskar Antasari menerima kekalahan menyakitkan dari Persib Bandung usai dua gol mereka dianulir wasit. Barito kalah, tetapi lautan manusia menyambut kedatangan Frans Sinatra Huwae dkk dengan sangat antusias bak juara tanpa mahkota.
Berselang 21 tahun, kegemilangan Barito seakan tak berbekas. Tampil di TSC 2016, tim asal Kalimantan Selatan ini seakan tak berdaya. Meski diperkuat penyerang haus gol, Luiz Junior, Barito terus merosot dan sempat mengalami delapan laga tanpa kemenangan. Di akhir klasemen, Laskar Antasari terpuruk di peringkat ke-16 dari 18 klub peserta. Puncaknya, Mundari Karya harus lengser dari kursi pelatih.
Seakan belajar dari pengalaman, Barito kini melakukan persiapan lebih baik dan berharap bisa kembali jadi fenomena sepak bola Indonesia. Selain demi prestasi, gengsi dengan trio klub Kalimantan Timur, yakni Mitra Kukar, Pusamania Borneo FC, dan Persiba Balikpapan, harus terus dijaga dan tak hanya sekadar jadi bayang-bayang.
Jelang dimulainya Liga 1, manajemen Laskar Antasari melakukan perombakan besar. Pelatih kaya pengalaman, Jacksen F. Tiago didatangkan. Eks pelatih timnas Indonesia ini diharapkan bisa memberikan sentuhan magis, seperti saat menangani Persipura Jayapura. Di sektor pemain, bakal absennya tiga penggawa timnas Indonesia U-22 disiasati dengan perekrutan beberapa nama anyar.