Seringkali kita mendengar berita transfer yang dilakukan klub Liga Primer Inggris. Dana puluhan bahkan ratusan juta paun sepertinya hanya uang kecil bagi klub-klub elite kasta tertinggi di negeri Ratu Elizabeth. Dengan mudahnya mereka menggelontorkan uang sedemikian banyak hanya untuk mendapatkan satu pemain.
Dilansir dari Transfermarkt, di bursa transfer awal musim 2016/2017, tujuh dari sepuluh transfer pemain dengan nominal tertinggi tercatat atas nama kontestan Liga Primer Inggris. Berikut datanya:
Nama Pemain | Klub Asal | Klub Tujuan | Nominal Transfer |
Paul Pogba | Juventus | Manchester United | 105 juta euro |
Gonzalo Higuain | Napoli | Juventus | 90 juta euro |
Oscar | Chelsea | Shanghai SIPG | 60 juta euro |
Hulk | Zenit St. Petersburg | Shanghai SIPG | 55,8 juta euro |
John Stones | Everton | Manchester City | 55,6 juta euro |
Leroy Sane | Schalke | Manchester City | 50 juta euro |
Granit Xhaka | Borussia Monchengladbach | Arsenal | 45 juta euro |
Henrikh Mkhitaryan | Borussia Dortmund | Manchester United | 42 juta euro |
Sadio Mane | Southampton | Liverpool | 41,2 juta euro |
Shkodran Mustafi | Valencia | Arsenal | 41 juta euro |
*klub yang dicetak tebal berasal dari Liga Primer Inggris
Empat dari lima anggota Big Five Liga Primer Inggris benar-benar menunjukkan kekuatan finansialnya. Liverpool dan Arsenal yang biasanya irit dalam belanja pemain, awal musim ini berani mengeluarkan hampir 40 juta euro hanya untuk satu pemain.
Bagaimana dengan Chelsea? Meskipun tidak tampak di tabel, Roman Abramovich tetap melanjutkan “tradisi”nya membeli pemain mahal. Tiga pemain didatangkan dengan nominal masing-masing di atas 30 juta euro. Mereka adalah Michy Batshuayi, N’Golo Kante, dan David Luiz.
Jika ditilik lebih lanjut, gelontoran uang yang dikeluarkan klub-klub Liga Primer Inggris lebih besar dari pemasukan yang mereka dapatkan dari penjualan pemain. Manchester United (MU) misalnya, musim ini membelanjakan 185 juta euro dan hanya mendapatkan 47,15 juta euro dari empat belas pemain yag hengkang. Defisit 137,85 juta euro.
Tak hanya sampai disitu, The Red Devils juga harus menggaji pemain mereka yang jumlahnya tidak sedikit. Dengan sejumlah kerugian yang didapat dari bursa transfer, bukankah kerugian klub akan semakin membengkak dengan biaya operasionalnya? Lalu dari mana mereka mendapatkan uang?
Klub sekelas MU tentu tidak mungkin meminjam uang ke koperasi atau menggadaikan aset di Pegadaian demi mendapatkan uang segar. Segudang uang yang mereka gunakan untuk belanja pemain dan biaya operasional klub salah satunya didapat melalui hak siar televisi.
Dikutip dari Bleacherreport, Liga Primer Inggris mendapat royalti tertinggi dari hak siar televisi, sebanyak 1,71 miliar paun per tahun. Hampir dua kali lipat nilai hak siar Bundesliga yang berada satu tingkat di bawahnya dengan pendapatan 900 juta paun per tahun.
Hak siar yang didapat Liga Primer Inggris bahkan jauh melebihi pencapaian La Liga yang “hanya” sebanyak 753 juta paun. Meskipun dua pemain terbaik dunia merumput di sana, namun pembagian hak siar di La Liga tidak merata, hanya didominasi Real Madrid dan Barcelona.
Bagaimana dengan Serie-A? Liga yang identik dengan pemain veteran ini secara mengejutkan berada diantara La Liga dan Bundeliga dengan nominal 805 juta paun per tahun.
Saking mahalnya hak siar di Liga Primer Inggris, pengelola liga membatasi peredaran situsweb streaming dan klip di media sosial. YouTube pun ikut “melindungi” aset tayangan Liga Primer Inggris dengan memotong klip, memperkecil resolusi, atau membuat klip terbalik. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran hak cipta.
Akan tetapi, nilai 1,71 miliar paun tidak dibagi rata ke semua pertandingan. Nilai hak siar per pertandingan dapat berbeda tergantung jam tayang di televisi. Pertandingan yang disiarkan langsung pada Sabtu pukul 19.30 WIB dan Minggu pukul 23.00 WIB adalah yang paling mahal. Nilainya dapat mencapai 11 juta paun. Rating dan share televisi yang tinggi di jam tersebut adalah sebab utama mengapa harga siar melonjak tajam.
Klub-klub papan atas Liga Primer Inggris tak pelak mendapat banyak pundi-pundi uang dari hak siar mereka. Status mereka sebagai klub yang pertandingannya disaksikan jutaan pasang mata di dunia tentu membuat laga-laga besar mereka ditempatkan di jam prime time televisi yang berdampak pada pemasukan yang tinggi dari siaran langsung televisi.
Tak heran klub-klub di Liga Primer Inggris dengan mudahnya dapat membeli pemain dengan harga fantastis. Bahkan, Manchester City berani melabeli John Stones, seorang bek belia dengan harga yang lebih mahal dari seorang bek juara dunia, Mats Hummels.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.