Nasional Bola

Haruskah Mat Halil Pensiun?

Bakal terselenggaranya kompetisi liga yang sudah begitu lama dinanti publik pencinta sepak bola Indonesia rupanya memunculkan sebuah polemik baru. Beberapa regulasi yang ditetapkan PSSI baik untuk Go-Jek Traveloka Liga 1 maupun Liga 2 mengundang sejumlah pertanyaan karena dianggap menyulitkan.

Terlebih lagi regulasi di Liga 2, ketentuan soal batasan usia maksimal jadi salah satu poin yang hingga kini masih dianggap mengganjal. Karena pada kenyataannya, ada beberapa figur pesepak bola yang usianya 35 tahun ke atas namun masih jadi andalan beberapa tim. Salah satunya tentu saja bek sayap milik Persebaya Surabaya, Mat Halil.

Bagi pencinta sepak bola di Indonesia, khususnya pendukung setia Persebaya yang kerap disapa Bonek, nama Mat Halil jelas tidak bisa dikategorikan sebagai pemain sembarangan. Sejak pertama kali mencuat di awal tahun 2000-an, Mat Halil memang jadi salah satu ikon tim Bajul Ijo.

Dirinya merupakan salah satu andalan pelatih Jacksen F. Tiago di skuat Persebaya yang memenangi Liga Indonesia musim 2004 yang lalu. Ketika nama-nama tenar dan legendaris yang pernah menjadi rekan setimnya macam Bejo Sugiantoro maupun Uston Nawawi hijrah atau pensiun, Mat Halil justru tetap loyal membela klub yang lekat dengan kostum hijau ini hiingga didapuk sebagai kapten kesebelasan. Termasuk dalam momen kelam di mana Persebaya mengalami kevakuman akibat sanksi PSSI.

Satu-satunya momen di mana lelaki yang akrab disapa Abah ini mengenakan seragam klub lain terjadi sekitar tiga tahun silam usai menerima pinangan Persida Sidoarjo. Patut diingat pula, durasinya saat itu pun tidak lama. Dedikasi yang ditunjukkan Abah bagi Persebaya hingga saat ini menjadi fondasi utama mengapa Bonek begitu mencintainya.

Kala usianya yang sudah menginjak 37 tahun, Abah mungkin memang tak sekompetitif dahulu. Akan tetapi kehadirannya masih begitu penting bagi perjalanan Persebaya di Liga 2 musim ini. Senioritas dan karakter kuat yang dimilikinya tentu akan bermanfaat untuk membimbing penggawa belia yang mengisi skuat asuhan Iwan Setiawan agar semakin matang.

Dengan munculnya aturan yang dibuat PSSI bagi klub-klub peserta Liga 2, Abah seolah berada di dalam situasi yang amat rumit. Kebingungan serupa juga pasti sedang menggelayuti pihak manajemen, rekan-rekan sesama pemain maupun Bonek.

Sudah sepatutnya PSSI melakukan kajian ulang mengenai regulasi yang telah mereka tetapkan. Karena secara langsung, hal itu akan mengebiri karier sejumlah pemain gaek yang merumput di Liga 2 dan telah meneken kontrak dengan klubnya. Melakukan percobaan barang satu atau dua musim tentu akan membuat semuanya jadi lebih baik karena dengan begitu PSSI dapat memantau secara pasti berapa banyak pemain gaek yang masih berlaga.

Jika induk organisasi sepak bola dunia (FIFA) saja bisa mengambil keputusan soal perlunya penerapan teknologi garis gawang secara bertahap dan lewat kajian mendalam, kenapa PSSI yang konon diisi orang-orang hebat di bidang sepak bola tidak bisa?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional