Rabu, 29 Maret 2017, Bola.com dan Kickoff Indonesia mengadakan sebuah seminar bertajuk “Pelajaran Penting Filosofi Sepakbola Luis Milla”. Acara yang diadakan di Hall SCTV Tower ini dihadiri lebih dari 50 peserta. Selain awak media, turut juga hadir para pelaku sepak bola mulai perwakilan klub seperti Barito FC, atau dari sekolah-sekolah sepak bola seperti Villa 2000 dan Real Madrid Foundation Indonesia.
Acara yang dipandu komentator Rendra Soedjono ini berlangsung interaktif karena bung Rendra yang kawakan mampu mengemasnya dengan baik.
Di sesi pertama, panitia mempersilakan coach Noval Aziz untuk mengulas taktik Luis Milla saat masih menangani timnas Spanyol U-21. Di balik segala antusiasme masyarakat terkait kedatangan Milla, coach Noval dengan tegas menjelaskan bahwa gaya Milla bukanlah Juego de Posicion ala Pep Guardiola, melainkan mengacu ke Fabio Capello dan Claudio Ranieri. Tim yang diasuh Milla lebih bagus secara permainan saat tidak memegang bola.
Miskonsepsi ini ia bongkar dengan menggunakan video interaktif. Dengan jeli, pemuda yang juga melatih FC UNY ini menjelaskan beberapa kesalahan penting saat menggunakan gaya bermain yang ia sebut Italian school. Ia menjelaskan bahwa dalam positioning penerimaan bola pun tidak bisa sembarangan.
Coach Noval memberi pernyataan pamungkas: jangan terlalu berharap pada Milla. Dengan perkataannya itu, ia tidak bermaksud mendakwa bahwa Milla takkan bisa membawa timnas berprestasi (ajang terdekat adalah Sea Games pada Agustus nanti). Tim yang amburadul pun bisa saja memenangi kejuaraan. Noval menyatakan bahwa kita seharusnya, saat sebelum menunjuk Milla, PSSI telah mengetahui bagaimana ccara bermain Milla.
Sesi kedua adalah sesi tanya jawab bersama empat orang pemateri. Mereka adalah pelatih U-21 Pusamania Borneo FC, Ricki Nelson; direktur teknik PSSI, Danurwindo; dan seorang wartawan dari Bola.com.
Ricky, dengan penampilannya yang necis, membedah tiga fase (three phases of play) permainan Indonesia saat melawan Myanmar. Fase pertama, build-up play: timnas menggunakan direct ball to winger, sementara kedua bek sayap tidak bisa build-up, sehingga Febri Hariyadi dan Saddil Ramdani tidak terlalu efektif.
Selanjutnya, finishing phase, Garuda muda mengandalkan crossing dan combination play. Menilik dari gol yang tercipta, kombinasi Saddil dan sang pencetak gol, Ahmad Nur Hardianto, bisa begitu padu karena mereka bermain di klub yang sama, Persela Lamongan. Menarik untuk dijadikan catatan, karena tim-tim yang menjuarai kejuaraan nasional biasanya terdiri dari fondasi klub yang sama (Bayern Munchen untuk timnas Jerman, Barcelona untuk Spanyol).
Fase terakhir adalah line defending: first line defending (press build-up lawan), serta ball recovery (deep defending).
Di sisi lain, saya sedikit menyayangkan karena seminar menjadi melebar ke permasalahan struktural, bagaimana abainya PSSI terhadap pengembangan sepak bola. Saya mewajari hal ini, karena keberadaan Danurwindo di acara ini. Tetapi seharusnya bung Rendra bisa membatasinya agar tema yang jarang dibahas ini tetap berjalan sesuai koridor.
Di sekian banyak pertanyaan, saya tergelitik pada satu pertanyaan di pengujung diskusi. Sang penanya, dari raut wajahnya, begitu kagum dengan cara Noval mengurai sebuah pertandingan. Ia menanyakan Noval, berapa kali Noval harus menonton suatu rekaman pertandingan. Ini menarik karena Noval berangkat dari seorang maniak taktik, bermain Football Manager, lantas mewujudkannya dengan terjun di dunia kepelatihan.
Pertanyaan ini secara tidak langsung menjawab pertanyaan penanya sebelumnya yang skeptis dengan karier seorang pelatih yang tidak memulainya dengan status eks pemain. Selain Noval, coach Ricky pun tidak berstatus sebagai bekas pemain profesional. Ricky mengaku ia sampai menjual mobil demi bisa mengikuti kursus di Singapura.
Catatan lain yang perlu digarisbawahi adalah, masyarakat tidak perlu terlalu terlena dengan status Milla sebagai bekas pelatih Spanyol. Biarkan Milla menjadi dirinya sendiri. Milla juga bisa saja memberi warna lain secara taktik, melihat kekurangan dan kelebihan skuat yang ia punya.
Noval juga menambahkan bahwa kelebihan Milla di awal kiprahnya bersama timnas adalah di segi scouting. Ada beberapa pemain yang tidak kita sangka bisa masuk skuat. Menurut Noval, ada beberapa aspek yang ia lihat dari pemain tersebut, seperti hal mendetail seperti bagaimana posisi si pemain menerima bola.
Pada akhirnya, acara ini cukup sukses menyalurkan antusiasme masyarakat sepak bola dari segi taktik. Selain menambah wawasan (dan pembacaan) baru terhadap sepak bola, harapan-harapan yang selama ini hanya bergumul di kepala bisa disalurkan langsung di depan umum. Bung Rendra mengatakan bahwa rencananya acara seperti ini akan diadakan berkala.
Langkah ini memang terlihat ‘kecil’ atau sepele. Tetapi bukannya dalam mencapai suatu tujuan, kita tidak boleh abai terhadap langkah-langkah kecil seperti ini?
Author: Fajar Martha
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com