Periode 2014-2016 mungkin salah satu periode paling suram dalam sejarah sepak bola Brasil. Karena pada saat itu, tim nasional yang pernah melambungkan nama-nama legendaris seperti Bebeto, Carlos Alberto, Pele, Romario, Ronaldo, Rivelino sampai Tostao benar-benar ada di titik nadir.
Tampil di tiga kejuaraan mayor, Piala Dunia 2014 (bahkan berstatus sebagai tuan rumah), Piala Amerika 2015 dan Piala Amerika Centenario 2016, Brasil gagal total. Upaya merengkuh titel dunia keenam digagalkan oleh Jerman (yang kemudian jadi kampiun) dengan kekalahan telak 7-1 di fase semifinal. Sementara usaha menambah koleksi trofi Piala Amerika di dua kesempatan yang ada mesti tertunda akibat gugur di babak awal.
Kegagalan demi kegagalan yang dialami Brasil saat itu sungguh mencoreng muka mereka sebagai salah satu timnas paling disegani di penjuru dunia. Penampilan buruk tim Samba ketika itu sampai membuat mereka sering dijadikan bahan lelucon. Asosiasi sepak bola Brasil (CBF) pun tak tinggal diam. Mereka melakukan sejumlah evaluasi agar kejadian serupa tak terulang lagi.
Salah satu keputusan penting yang diambil oleh CBF adalah mengangkat Adenor Leonardi Bacchi alias Tite sebagai nakhoda baru bagi timnas. Meski bagi sebagian orang namanya cukup asing tapi di Brasil, Tite kesohor sebagai salah satu pelatih jempolan.
Buktinya tentu sejumlah trofi yang direngkuhnya bersama Gremio, Internacional dan Corinthians. Untuk tim yang disebut terakhir, Tite bahkan menyumbangkan dua gelar juara liga serta masing-masing satu Campeonato Paulista, Piala Libertadores, Recopa Sudamericana dan Piala Dunia Antarklub. Rangkuman prestasi itu pula yang dijadikan dasar oleh CBF untuk menunjuk Tite sebagai pelatih anyar per Juni 2016 kemarin.
Uniknya, tak seperti kebanyakan pelatih lain, Tite bahkan sempat melakukan sabbatical (jeda) dari dunia kepelatihan dalam rentang 2013-2014 kemarin. Pria berusia 55 tahun tersebut melakukannya demi mempelajari perkembangan sepak bola modern. Tite tercatat menyaksikan beberapa laga di Piala Dunia 2014 (tidak hanya pertandingan timnas Brasil) dan berkelana ke Eropa untuk menonton pertandingan Arsenal yang dibesut Arsene Wenger maupun Real Madrid saat ditukangi Carlo Ancelotti.
Tambahan ilmu dari momen sabbatical itu sendiri begitu memengaruhi kapabilitas Tite. Buktinya bisa kita lihat dari keberhasilannya mengangkat performa timnas Brasil selama kurang lebih satu setengah tahun terakhir.
Brazil's record since Tite took charge:
WWWWWWWW
Goals: 22
Conceded: 2
Clean sheets: 6What an impact. 🇧🇷 pic.twitter.com/QEScHHtsBq
— Squawka (@Squawka) March 24, 2017
Dari delapan partai (laga Brasil melawan Paraguay belum berlangsung ketika tulisan ini dibuat) dibawah asuhan Tite, baik di kualifikasi Piala Dunia 2018 maupun laga persahabatan, Brasil sukses menyapu bersih kemenangan. Fantastisnya, selain rajin mengoyak jala lawan, dalam periode tersebut tim Samba juga berhasil menjaga keperawanan gawangnya sebanyak enam kali. Hal tersebut menyiratkan bahwa ada perubahan signifikan di tubuh juara dunia lima kali ini.
Koleksi 30 poin yang sudah didapat Neymar dan kawan-kawan sejauh ini juga menempatkan mereka berdiri di puncak klasemen sementara babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Amerika Latin. Brasil bahkan unggul tujuhh poin dari peringkat kedua, Uruguay. Situasi ini tentu memperbesar kans mereka berlaga di Rusia tahun depan. Dan tak menutup kemungkinan juga, bila Tite bisa menghadiahi Brasil dengan gelar dunianya yang keenam kelak.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional