Nasional Bola

Perlukah Wasit Asing Memimpin Liga 1?

Jelang Liga 1 yang akan bergulir 15 April mendatang, PSSI berencana menggunakan wasit asing untuk memimpin pertandingan. Saat ini rencana penggunaan wasit asing tengah dimatangkan, termasuk dari negara mana wasit asing tersebut akan direkrut, demikian ujar Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono sebagaimana yang diberitakan Antara.

Diharapkan dengan adanya wasit asing, para pengadil lokal bisa belajar banyak hal. Tentunya PSSI juga menegaskan pihaknya akan selektif dalam memilih wasit asing yang akan memimpin Liga 1.

Wasit memegang peranan penting dalam sebuah pertandingan. Menghadapi 22 pemain (belum lagi penonton dan pelatih tim yang keseringan protes), seorang wasit di lapangan hijau harus mempunyai kesiapan mental yang baik dalam menghadapi segala sesuatu yang tak terduga di lapangan.

Sebenarnya, apakah kualitas wasit Indonesia buruk? Tidak juga. Menurut mantan wasit nasional Jimmy Napitupulu, sebelum Indonesia terkena sanksi FIFA, sebenarnya sudah ada ke arah perbaikan kualitas wasit.

Salah satu contoh wasit yang sempat menjadi perbincangan adalah Thoriq Alkatiri. Pria keturunan Arab ini menjadi wasit termuda yang memimpin kompetisi. Thoriq memimpin Liga Indonesia 2012/2013 saat usianya masih 24 tahun! Selain itu, Thoriq yang sudah bersertifikasi FIFA juga sempat memimpin laga AFF U-19 tahun lalu di Vietnam.

Terakhir, Thoriq memimpin laga pembuka Piala Presiden saat Persipura melawan PSS Sleman di Stadion Maguwiharjo,  Sleman, Yogyakarta.

Namun, setelah Indonesia disanksi FIFA, tutur Jimmy, semua berubah. Kursus wasit malah diadakan oleh event organizeratau Asprov. “Harusnya itu tanggung jawab PSSI yang mengadakan kursus wasit. Jika yang mengadakan EO, orientasinya adalah bisnis dan kualitas terabaikan,”ujar Jimmy kepada Football Tribe Indonesia.

Asprov sendiri bisa mengadakan kursus untuk level C2 dan C3, bukan untuk level nasional. Ironisnya, kerap kali tesnya dipermudah agar bisa menarik banyak peserta. Inilah yang disayangkan Jimmy.

Jimmy mencontohkan bahwa untuk lolos mengikuti kursus, seleksinya tidak ringan. Harus tes fisik, psikotes dan sebagainya. Dan tidak semua peserta semudah itu bisa lulus tes. Jika tes dipermudah, maka jumlah peserta yang ikut akan banyak dan tentunya akan mendatangkan keuntungan bagi penyelenggara.

“Bahkan sempat ada yang mengadakan kursus wasit di bulan puasa. Bagaimana orang bisa tes fisik kalau lagi puasa?”, kata Jimmy yang sempat memimpin laga di Piala Tiger 2004.

Mantan anggota komisi wasit mendukung keputusan PSSI untuk menggunakan wasit asing. Setidaknya, komposisinya 50%. Jimmy juga menyarankan bahwa wasit-wasit yang digunakan adalah dari negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang. Di level ASEAN, wasit-wasit dari Singapura dan Malaysia juga bagus. Tentunya PSSI harus merekrut wasit terbaik dari negara-negara tersebut.

“Kita perlu wasit asing karena selama sepak bola Indonesia dikenai sanksi, kita tidak tahu perkembangan peraturan terbaru. Seperti di Piala Eropa 2016 di Prancis,  sudah ada peraturan baru mengenai kick-off (tidak perlu dua pemain untuk menendang bola di tengah lapangan), lalu offside, teknologi garis gawang (GLT) plus asisten wasit tambahan, dan sebagainya. Setahu saya ada tujuh. Nah, bagaimana mau memimpin di lapangan jika perkembangan aturannya saja tidak tahu? Kursus-kursus yang ada selama Indonesia disanksi jelas tidak mensosialisasikan aturan baru tersebut, maka percuma,” ujarnya.

Lalu,apa yang harus dilakukan PSSI agar kualitas wasit nasional semakin baik? Jimmy yang saat ini menjadi instruktur AFC dan FIFA mengatakan PSSI bisa mengajukan kursus kepada AFC. Perlu diundang instruktur asing agar memberi sosialisasi perkembangan peraturan baru. Setelah itu, barulah PSSI mengadakan kursus wasit nasional. Selama ini kursus wasit nasional yang diadakan PSSI tidak ditarik biaya.

Pria yang mendapat lisensi FIFA pada tahun 2002 ini menyamakan pekerjaan wasit dengan seniman. Memimpin adalah seni. Peraturan boleh sama, waktu pertandingan 2×45 menit, namun cara memimpin jelas berbeda. Semua tergantung dari seni memimpin wasit yang bersangkutan. Sama dengan seorang seniman. Seniman yang berbakat akan menghasilkan karya yang baik, wasit yang berbakat maka dia bisa memimpin pertandingan secara baik pula.

Harapan Jimmy terhadap Liga 1? “Semoga Liga 1 bisa lebih berkualitas dan kualitas sumber daya wasit lokal bisa ditingkatkan,” ujarnya menutup pembicaraan dengan kami.

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)