Berstatus sebagai tim promosi lantas menjadi juara kasta teratas di sebuah liga tentulah hal yang sangat menakjubkan. Di Bundesliga Jerman, Kaiserslautern pernah merasakan hal semacam ini kala menjadi kampiun di musim 1997/1998 silam. Sementara di Liga Indonesia, pencapaian serupa pernah dibukukan oleh Persik Kediri di musim 2003 dan Persebaya Surabaya di musim 2004.
Untuk tim yang disebut belakangan, perjuangan mereka guna menjadi kampiun Liga Indonesia musim tersebut harus dilakukan sampai pertandingan pamungkas. Bajul Ijo, julukan Persebaya, keluar sebagai juara hanya berbekal selisih gol yang lebih baik dibanding PSM Makassar yang menguntit di posisi kedua serta memiliki rekor menang-seri-kalah yang sama, 17-10-7.
Keberhasilan tersebut membuat nama Jacksen F. Tiago yang saat itu menjabat sebagai pelatih semakin harum di Surabaya. Bonek pun tak ragu membanjiri para penggawa semisal Cristian Carrasco, Danilo Fernando, Hendro Kartiko, Kurniawan Dwi Yulianto, Mat Halil sampai Bejo Sugiantoro dengan pujian setinggi langit.
Teruntuk Hendro, sang penjaga gawang, penampilannya di musim tersebut memang sangat ciamik. Dirinya punya andil besar atas jarangnya gawang Persebaya dibobol tim lawan. Di musim tersebut, Bajul Ijo memang jadi klub dengan jumlah kemasukan paling sedikit dibanding tim-tim lain, hanya 26 gol.
Namun kenyataan pahit mesti diterima oleh kubu Bajul Ijo lantaran di musim berikutnya kiper asli Banyuwangi tersebut memilih pindah ke Persija Jakarta. Kehilangan sosok sekaliber penjaga gawang tim nasional Indonesia memang membut manajemen Persebaya kalang kabut. Mereka sadar bila kepergian Hendro meninggalkan lubang menganga di sektor pertahanan.
Pihak manajemen pun dituntut untuk mencari seorang pengganti yang kualitasnya sepadan dengan Hendro. Namun tanpa diduga, manajemen justru mendatangkan sesosok kiper belia berusia 18 tahun asal Cina, Zeng Cheng, dengan status pinjaman dari tim Wuhan Guanggu.
Cheng sendiri rela terbang jauh ke Indonesia dan membela Persebaya karena mendapat jaminan bakal menjadi kiper utama. Sebuah keistimewaan yang takkan didapatkannya jika bersikukuh tetap bermain untuk Wuhan.
Dengan postur tubuh menjulang dan kemampuan yang mumpuni, Cheng merupakan opsi yang sangat ideal di posisi kiper. Pelan tapi pasti, aksi-aksinya di lapangan berhasil memukau para Bonek. Apalagi dengan wajah rupawan dan penampilan layaknya anggota boyband asal Taiwan, F4, yang sedang populer di tanah air ketika itu, membuat Cheng semakin digandrung Bonek dan para Bonita.
Sayangnya, upaya Persebaya untuk mempertahankan gelar juaranya ketika itu mesti pupus di babak delapan besar karena hanya nangkring di posisi buncit Grup A. Titel juara di musim tersebut lantas digondol oleh Persipura Jayapura yang memenangi partai final melawan Persija di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Berakhirnya musim kompetisi tersebut sekaligus menjadi penanda bahwa Cheng mesti dikembalikan Persebaya ke Wuhan. Meski hanya semusim mengenakan seragam hijau khas Persebaya, Cheng tetap menjadi figur yang dicintai oleh Bonek. Terlebih dirinya dikenal punya sikap yang sangat ramah.
Kepulangan Cheng ke negeri tirai bambu juga tak langsung membuatnya jadi pilihan utama di Wuhan. Usianya yang masih sangat muda membuat Cheng tetap jadi opsi nomor dua setelah Deng Xiaofei.
Impiannya menjadi kiper utama Wuhan pun hancur lebur di akhir musim Liga Super Cina musim 2008. Asosiasi sepak bola Cina (CFA) menjatuhkan hukuman kepada klub yang diperkuat Cheng tersebut akibat mereka terlibat perkelahian dengan penggawa Beijing Guoan saat kedua tim bersua. Tak terima atas sanksi itu, manajemen Wuhan secara tak terduga memilih untuk mundur dari liga. Hal itu membuat mereka secara otomatis terdegradasi.
Beruntung bagi Cheng, dirinya lantas direkrut oleh kesebelasan Henan Jianye jelang bergulirnya Liga Super Cina musim 2009. Bersama tim yang punya julukan The Red Devils tersebut, Cheng sukses membuktikan diri sebagai kiper jempolan dengan merengkuh posisi utama. Penampilannya yang apik membuat dirinya juga berhasil meraih caps perdananya bersama tim nasional Cina di tahun yang sama.
Performa gemilangnya bersama Henan itu juga yang akhirnya membuat pelatih Guangzhou Evergrande musim 2012-2014, Marcello Lippi, tertarik merekrutnya. Dan tepat di awal musim Liga Super Cina 2013, Cheng yang kontraknya habis langsung direkrut oleh Guangzhou.
Dan lesatan karier Cheng pun semakin menjadi-jadi bersama klub yang bermarkas di Stadion Tianhe itu. Seperti yang sama-sama kita ketahui, Guangzhou yang muncul sebagai salah satu klub dengan sokongan dana melimpah berhasil menjadi klub paling sukses di Cina selama kurang lebih sewindu terakhir.
Mereka sukses menjuarai Liga Super Cina sebanyak enam kali beruntun, dua kali jadi kampiun Piala FA Cina, tiga kali membawa pulang gelar Piala Super Cina dan jadi klub terbaik di benua kuning dengan menggondol titel Liga Champions Asia sebanyak dua kali. Dari deretan trofi yang dikoleksi Guangzhou itu, Cheng berjasa atas sembilan diantaranya.
Lippi sendiri sempat mengakui bila transfer Cheng adalah salah satu yang terbaik di sepanjang kariernya membesut klub berjuluk The Southern Tigers itu.
Dan pada Liga Super Cina musim 2017 kali ini, Guangzhou yang tengah dibesut oleh Luiz Felipe Scolari tetap mempercayakan pos penjaga gawang utama kepada Cheng. Penampilannya sebagai penjaga gawang pun dianggap semakin matang diusianya yang kini telah menembus 30 tahun.
Mengingat Guangzhou masih jadi tim paling tangguh di daratan Cina dan juga Asia, sepertinya tak perlu heran apabila ada beberapa trofi lain di level klub yang akan merapat ke pelukan Cheng.
Walau gemilang di level klub, Cheng sendiri masih menyimpan ambisi besar yang belum juga tercapai kala dirinya mengenakan seragam timnas yakni tampil di Piala Dunia. Pada Piala Dunia 2010 dan Piala Dunia 2014 lalu, timnas Cina secara mengenaskan harus menyudahi perjuangannya di fase kualifikasi zona Asia babak ketiga.
Harapan Cheng dan rekan-rekannya di Pasukan Naga, julukan timnas Cina, untuk mentas di Piala Dunia 2018 pun terancam. Sejauh ini, Cina masih tercecer di peringkat kelima Grup A fase kualifikasi zona Asia babak ketiga. Walau peluangnya berat, Cina yang akhir pekan lalu memecundangi Korea Selatan dengan skor 1-0 masih punya peluang untuk melaju.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional