Bulan November 2013 bisa jadi salah satu momen paling menyesakkan bagi Borussia Dortmund dan pendukung setianya. Pasalnya, di bulan tersebut menyeruak sebuah kabar tak mengenakkan dari salah satu penggawa andalan mereka asal Polandia, Robert Lewandowski. Secara terbuka, dirinya menyatakan telah menyepakati sebuah perjanjian pra-kontrak dengan rival Die Borussen di Bundesliga Jerman, Bayern Munchen.
Padahal, di sepanjang musim panas tahun tersebut, manajemen Dortmund telah melakukan pendekatan intensif terhadap salah seorang bintangnya itu. Konon, Die Schwarzgelben menawarkan perpanjangan durasi kontrak dengan nilai yang fantastis dan disebut-sebut sebagai yang tertinggi sepanjang sejarah klub.
Akan tetapi godaan untuk bergabung dengan Die Bayern plus kesempatan meraih trofi juara yang lebih besar membuat pria setinggi 185 sentimeter yang akrab disapa dengan panggilan Lewy itu memilih hengkang ke Allianz Arena.
Ironisnya, penyerang lapis kedua seperti Julian Schieber juga telah dilego pihak klub ke Hertha Berlin. Realita tersebut meletakkan Dortmund pada situasi darurat lantaran stok penyerang jempolan yang mereka miliki tinggal Pierre-Emerick Aubameyang dan Marco Reus. Mengingat Roman Weidenfeller dan kawan-kawan bakal tampil di tiga ajang berbeda yakni Bundesliga, Piala Jerman dan Liga Champions, tentu saja kondisi itu sangat tidak ideal.
Pelatih Dortmund saat itu, Jurgen Klopp, memutar otak dan mulai mengajukan nama-nama yang perlu diambil pihak manajemen sebagai pengganti Lewy. Beberapa nama penyerang pun didatangkan ke Signal Iduna Park, antara lain Ji Dong-won dari Augsburg, Adrian Ramos dari Hertha dan Ciro Immobile dari Torino.
Kehadiran nama-nama di atas diharapkan bisa menambal lubang menganga yang ditinggalkan Lewandowski. Pendukung Die Schwarzgelben pun terbilang cukup antusias dengan sosok yang berhasil didaratkan pihak manajemen.
Perhatian khusus bahkan diarahkan pendukung Dortmund kepada Immobile yang musim sebelumnya bersinar terang kala masih mengenakan seragam Il Toro lantaran sukses merengkuh predikat capocannoniere Serie A musim 2013/2014 dengan suntingan 22 gol dari 33 pertandingan.
Biaya yang mesti dikeluarkan Dortmund untuk mengamankan jasa Immobile pun terbilang cukup besar, 18,5 juta euro. Maka cukup lumrah bila ekspektasi terhadapnya juga tinggi.
Namun sial buat Immobile, harga tebusnya yang menjulang itu tak berbanding lurus di lapangan. Penyerang kelahiran Torre Anunziata ini hanya bisa menciptakan sepuluh gol di seluruh kompetisi yang diikuti Die Schwarzgelben musim 2014/2015. Rinciannya yaitu tiga gol di Bundesliga, tiga gol di Piala Jerman dan empat gol di Liga Champions.
Kemandulan yang dialami Immobile selama mengenakan kostum kuning-hitam ikut memengaruhi penampilan Dortmund di musim tersebut. Mereka hanya bisa finis di peringkat ke-7 di ajang Bundesliga, kalah di babak final Piala Jerman dari tangan Wolfsburg dan tersingkir di babak 16 besar Liga Champions akibat kalah agregat 1-5 dari wakil Italia, Juventus.
Publik pun lantas mencibir bahwa sang penyerang adalah pembelian gagal yang dibuat oleh direksi. Tragisnya, di musim tersebut Lewy malah bersinar terang dengan seragam Bayern Munchen seusai mengantar klub anyarnya menjadi kampiun Bundesliga sekaligus semifinalis Liga Champions. Kontribusinya sebagai penyerang utama pun dibuktikan dengan gelontoran 25 gol di semua ajang yang diikuti Die Bayern.
Ketidakmampuan Immobile beradaptasi dengan kultur sepak bola Jerman, khususnya filosofi bermain yang diterapkan Klopp, merupakan salah satu faktor yang diapungkan sebagai penyebab jebloknya performa eks penyerang Pescara itu.
Di musim panas 2015, dirinya pun “mengungsi” ke Spanyol dan membela panji Sevilla dengan status pinjaman (dengan biaya 3 juta euro) dan opsi penebusan sebesar 11 juta euro (aktif bila sang penyerang memainkan laga kelimanya berseragam Los Nervionenses). Tapi Immobile pun tak berjodoh dengan tanah Iberia. Di sana dirinya gagal menunjukkan kelasnya karena cuma mampu mencetak 2 gol dari 8 pertandingan yang dijalaninya.
Ketika jendela transfer musim dingin musim 2015/2016 dibuka, Immobile pun cabut dari Ramon Sanchez Pizjuan demi pulang kampung ke Italia. Kesebelasan yang melambungkan namanya, Torino, jadi pilihan sang pemain untuk mengembalikan performa terbaiknya.
Di bawah asuhan pelatih yang meroketkan kariernya, Gian Piero Ventura, Immobile pelan-pelan bisa mengembalikan jati dirinya. Tampil di 14 laga, Immobile sanggup mencetak lima gol. Di periode yang sama pula, Immobile kerap bermain bersama pemuda yang tengah naik daun di Serie A, Andrea Belotti. Kombinasi keduanya di sektor depan Il Toro bahkan disebut sebagai salah satu yang paling menjanjikan.
Sayangnya, meski punya kans untuk memboyong kembali Immobile ke stadion Olimpico, manajemen Torino memilih untuk tidak melakukannya walau sang pemain juga dengan senang hati kembali mengenakan seragam Il Toro.
Situasi tersebut rupanya tidak disia-siakan manajemen Lazio yang memang telah memonitor sang pemain. Pada Juli 2016 kemarin, dengan mahar senilai 8,5 juta euro, pihak Gli Aquilotti pun merekrut Immobile dari Sevilla dengan status permanen.
Lingkungan yang lebih akrab akibat kultur dan bahasa yang sama memang bikin Immobile merasa jauh lebih nyaman. Dengan begitu heroik pula Immobile menunjukkan kelasnya yang asli sebagai predator ganas di depan gawang lawan pada musim 2016/2017 ini.
Hingga Serie A menyelesaikan giornata ke-28, Immobile bahkan telah mencetak 17 gol dan membuatnya punya kans untuk finis sebagai capocannoniere sekali lagi. Di ajang Piala Italia, Immobile juga turut andil menyumbang sepasang gol sehingga Lazio berhak menjejak babak semifinal dan memiliki peluang untuk melaju ke partai final. Apa yang ditunjukkan Immobile sejauh ini membuat Inzaghi juga tak ragu melontarkan pujian.
“Saya sungguh menginginkan keberadaannya di dalam skuat ini. Walau pada awalnya kami tak kenal secara personal, namun apa yang ditunjukkan Immobile selama latihan benar-benar luar biasa dan membuat saya kagum. Kini, dirinya telah menciptakan sejumlah gol yang penting bagi tim. Immobile membayar tuntas servis yang diberikan rekan-rekannya dan saya sangat menyukai hal tersebut”, papar Inzaghi seperti dirilis football-italia.net beberapa waktu lalu.
Bagusnya penampilan Immobile bersama Lazio juga menular saat dirinya mengenakan kostum tim nasional Italia. Apalagi selepas Ventura duduk sebagai allenatore gres Gli Azzurri, Immobile memang mendapat kepercayaan lebih dengan sering menurunkannya sebagai tandem Belotti di sektor depan. Immobile pun kini duduk sebagai top skorer Gli Azzurri di babak kualifikasi Piala Dunia 2018 dengan koleksi lima gol.
Apa yang diperlihatkan Immobile selama kurang lebih satu musim terakhir seakan jadi pembuktian jika dirinya belum habis dan masih harus diperhitungkan sebagai salah satu penyerang Italia yang tajam. Lelaki berambut pirang yang pernah mengantar Juventus Primavera jadi kampiun Piala Viareggio pada tahun 2009 silam ini seperti ingin menunjukkan pada semua orang bahwa mereka takkan lagi melihat sosok Immobile yang mandul seperti ketika merumput di Jerman dan Spanyol.
Mengingat usianya sendiri baru 27 tahun, kesempatan buat Immobile untuk menorehkan sejumlah prestasi pun terbuka dengan amat sangat lebar, baik di level klub bersama Lazio maupun bareng timnas Italia.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional