Turun Minum Serba-Serbi

Depresi dan Para Pesepak Bola yang Memutus Nyawanya Sendiri

Hari-hari terakhir, publik dikejutkan dengan dua peristiwa bunuh diri. Yang pertama, tentu saja adalah peristiwa mengenaskan seorang pria yang merekam dan menyiarkan kematiannya di Facebook Live. Diduga, itu ia lakukan karena kekecewaannya terhadap sang istri karena ditinggal pergi.

Pria kedua, seorang ekspatriat Jepang yang berprofesi sebagai manajer idol group JKT 48, Inao Jiro. Mendiang ditemukan tewas mengenaskan oleh asisten rumahtangganya dengan leher terjerat tali. Polisi menyebut tragedi ini dipicu oleh beban kerja yang terlampau berat.

Sontak masyarakat terkejut. Akhirnya kita dibuat sadar bahwa depresi tidak bisa dipandang sebelah mata. Dikutip dari laman Tirto.id (10/9/2016), tahun 2012 angka bunuh diri di Indonesia berkisar di angka 0,5% dari 100 ribu populasi, atau 1.170 kasus bunuh diri dalam setahun.

Para pesepak bola, sebagai orang yang berprofesi di dunia yang sarat akan tekanan, juga terdapat banyak contoh kasus bunuh diri. Seperti kasus-kasus lainnya, keputusan nahas tersebut mereka ambil akibat tekanan yang mendera jiwa.

Di Arsenal sendiri tercatat ada dua pemain yang mengaku depresi, meski tidak berakhir dengan memutus nyawanya sendiri. Pertama ada Emmanuel Eboue, yang mengalami tekanan berat akibat larangan bermain sepanjang satu tahun yang diberikan FIFA. Pemain yang menjadi cult hero di Arsenal ini terbukti melanggar kesepakatan dengan agennya. Karena ini pula Eboue gagal membela Sunderland.

Ada pula Paul Vessen yang membela The Gunners pada 1978 sampai 1982. Mengawali karier dengan begitu baik, yakni dengan mencetak gol ke gawang raksasa Eropa, Juventus, kariernya mengalami jalan terjal karena cedera parah. Setelah malam yang membuat namanya menjadi tajuk berbagai surat kabar, Vessen menghabiskan waktu merutuki nasib dan heroin. Tahun 2001 ia ditemukan tewas akibat overdosis obat.

Berikut adalah lima pemain yang mengakhiri hidupnya dengan cara teramat tragis:

  1. Hughie Gallacher (1903-1957)

Gallacher adalah penyerang legendaris Newcastle United, yang berjasa besar bagi klub Tyneside tersebut. Meski baru direkrut di awal musim, hal tersebut tak menahannya untuk bisa menceploskan 23 gol hanya dari 19 laga saja.

Pada musim 1926/1927, Gallacher mencetak 36 gol dari 38 penampilan. Sesuatu yang membuat namanya masih tercatat sebagai pencetak gol terbanyak The Magpies dalam semusim. Ketajamannya membuat pria asli Skotlandia ini dijuluki penyihir Wembley.

Pada 1957, salah satu anaknya, Mattie, membuatnya kesal. Dengan gelap mata ia melempar anak itu asbak, yang membuat sang anak berdarah. Mattie mengadu kepada kakaknya, yang membuat keluarga itu cekcok dengan hebat. Atas kejadian ini, polisi sampai mendatangi kediaman pemain yang juga pernah membela Chelsea tersebut.

Pengadilan dan larangan bertemu anak membuatnya putus asa. Ditambah, Gallacher juga sembrono dalam mengatur keuangan. Ia sering ditemukan dalam kondisi merana, berjalan sendirian di lingkungan rumahnya.

11 Juni 1957, Gallacher berjalan ke lintasan kereta, lalu menabrakkan dirinya ke kereta api yang sedang melintas.

Previous
Page 1 / 5