Pada gelaran Piala Eropa 2020 nanti, UEFA membuat terobosan dengan menggelar turnamen antarnegara Eropa tersebut di 13 kota di 13 negara berbeda. Wacana ini dimaksudkan agar seluruh negara yang berada di wilayah Eropa merasakan atmosfer dan gempita yang sama. Tidak hanya negara yang berstatus sebagai tuan rumah saja.
London dengan stadion Wembley sudah terpilih sebagai tempat dilangsungkannya partai final. 18 negara lain kemudian bertarung untuk memperebutkan 12 tempat tersisa. Pada akhir tahun 2014 lalu, UEFA mengumumkan 13 kota yang akan menjadi tuan rumah Euro 2020.
Kopenhagen (Denmark), Bucharest (Rumania), Amsterdam (Belanda), Dublin (Irlandia), Glasgow (Skotlandia), Budapest (Hungaria), Brussles (Belgia), dan Bilbao (Spanyol) akan menjadi kota tuan rumah fase grup dan babak 16 besar. Semantara itu, Munich (Jerman), Baku (Azerbaijan), Roma (Italia), dan St. Petersburg (Rusia) akan menjadi penjamu babak perempatfinal.
Sayang, format baru tersebut sepertinya hanya bertahan satu edisi saja. Pasalnya, UEFA kembali menggunakan format satu negara tuan rumah pada edisi selanjutnya yaitu Piala Eropa 2024. Awalnya, empat negara Skandinavia yakni Denmark, Finlandia, Swedia, dan Norwegia akan mengajukan diri sebagai tuan rumah. Namun, negara-negara tersebut kemudian tidak melanjutkan proses bidding untuk menjadi tuan rumah. Kabar terbaru menyebutkan bahwa calon tuan rumah Piala Eropa 2024, menyisakan Jerman dan Turki sebagai kandidat terkuat.
Baik Jerman maupun Turki sudah melampirkan keinginan mereka melalui surat resmi kepada UEFA pada awal bulan Maret tahun 2017 ini. Pihak UEFA akan melakukan verifikasi lalu pertimbangan di dewan tertinggi. Keputusan mengenai negara yang berhak menggelar Euro 2024 akan diumumkan pada bulan September mendatang.
Jerman tentu menjadi kandidat yang lebih difavoritkan. Mereka sudah berkali-kali menjadi tuan rumah turnamen internasional. Mereka juga sempat menjadi tuan rumah Piala Eropa pada tahun 1988 ketika negara tersebut masih bernama Jerman Barat. Terakhir, sebelas tahun lalu, Jerman menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006 yang dijuarai Italia.
Maka Jerman jelas lebih punya pengalaman. Karena bisa saja mereka menggunakan venue-venue yang sebelumnya digunakan ketika Piala Dunia lalu seperti Allianz Arena di Munich, Veltins-Arena di Gelsenkirchen, Signal Iduna Park di Dortmund, dan Commerzbank-Arena di Frankfurt. Dan seperti yang sudah diketahui, stadion-stadion tersebut merupakan kelas satu dan memiliki fasilitas dan infrastruktur terbaik.
Stadion terkenal di Turki mungkin hanya Attaturk Stadium di Istanbul yang menjadi tempat berlangsungnya final bersejarah Liga Champions 2005, antara Liverpool berhadapan dengan AC Milan. Meskipun sebenarnya Turki juga memiliki banyak stadion yang bisa dibilang akan menghadirkan atmosfer sepak bola yang berbeda.
Turk Telecom Arena, Vodafone Arena, dan Ulker Stadi (Stadi: stadion dalam bahasa Turki) adalah stadion tim-tim besar Turki yang siap digunakan. Bahkan stadion milik sang perdana menteri, Recep Tayyep Erdogan Stadi yang juga merupakan kandang dari Kasimpasa juga layak digunakan. Ditambah stadion-stadion baru yang masih dalam proses pembangunan seperti KozArena, Samsun Stadyum, dan New Ankara Stadi.
Jerman mungkin menawarkan turnamen dengan fasilitas dan kualitas kelas satu, tapi Turki bisa saja menawarkan sensasi dan atmosfer sepak bola yang berbeda yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia