Tiga belas tahun yang lalu, banyak yang sukar memercayai hancurnya juara bertahan Liga Champions 2003, AC Milan, di tangan wakil Spanyol, Deportivo La Coruna. Skor akhir 4-0 membuat para penonton tercengang, tidak menduga La Coruna bisa memutarbalikkan skor 1-4 yang mereka derita di Stadion San Siro, Milan. Perjuangan anak-anak asuhan Javier Irureta itu pun dikenang sebagai salah satu comeback terbaik sepanjang sejarah sepak bola.
Kiprah klub asal kota A Coruna ini di akhir 1990-an dan awal 2000-an memang luar biasa. Mereka sangat disegani dengan line-up yang diisi pemain-pemain kelas satu. Rivaldo, Diego Tristan, Roy Makaay, dan beberapa nama tenar di awal dekade 2000-an malang-melintang di klub kebanggaan wilayah Galicia ini.
Di musim kompetisi 1999/2000, Deportivo La Coruna menjuarai Liga Spanyol untuk pertama kali dan satu-satunya sepanjang sejarah dengan mengungguli Barcelona di klasemen akhir. Sejak saat itu, pasukan Javier Irureta dijuluki ‘Super Depor’.
Selama beberapa musim setelahnya, prestasi mereka masih tetap konsisten, dengan cerita paling memorable mereka tuliskan ketika melibas AC Milan di kandang kebanggaan mereka, Stadion Riazor, sekaligus mencatatkan sejarah sampainya mereka ke tempat terhormat klub-klub Eropa, yaitu semifinal Liga Champions. Irureta pun kala itu langsung terkenal sebagai pelatih jenius, dan disebut-sebut akan segera melatih timnas Spanyol.
Zaman telah berganti. Saat ini, Depor tidak bisa lagi dibilang ‘super’. Mereka yang tadinya langganan Liga Champions kini menjadi klub yoyo, dan dalam waktu lima tahun terakhir., sudah dua kali mereka terdegradasi Kini setiap tahun, manajemen klub cukup realistis dengan memasang target untuk bertahan di liga utama, La Liga.
Nyaris tak ada lagi pemain-pemain tenar bertaraf internasional, seperti Roy Makaay, Rivaldo, Pedro Pauleta atau Diego Tristan. Setelah ditinggal idola suporter asal Meksiko, Andres Guardado, pada tahun 2012, Riazor memang tak lagi menjadi tujuan para pemain bintang.
Dalam beberapa tahun terakhir, skuat mereka memang sempat diramaikan beberapa nama yang lumayan akrab di telinga seperti Helder Postiga dan Ryan Babel. Namun, semua nama itu telah melewati masa keemasan masing-masing dan didatangkan dengan status bebas transfer atau pinjaman dari klub lain.
Maka, tidak perlu heran jika klub bercorak biru-putih ini sering menjadi bulan-bulanan di pertandingan-pertandingan Liga Spanyol. Yang paling mencolok adalah kekalahan yang mereka derita pada musim 2014/2015. Pada musim tersebut, Depor yang kala itu dilatih Victor Fernandez kalah telak di kandang sendiri melawan Real Madrid dengan skor 2-8!
Sebenarnya, Victor Fernandez adalah pelatih hebat. Ia pernah berjaya membawa Real Zaragoza menjuarai Piala UEFA di pertengahan 90-an. Petualangannya di Portugal menggantikan Jose Mourinho juga menghasilkan juara Piala Dunia Antarklub bagi FC Porto. Sayang, dengan keterbatasan sumber daya, tidak banyak yang bisa dilakukannya untuk mengantarkan prestasi bagi Depor.
Fernandez kemudian digantikan oleh Victor Sanchez yang bertahan setahun dan hanya mampu membawa Super Depor finis di papan bawah klasemen akhir musim 2015/2016. Di awal musim 2016/2017, Sanchez digantikan oleh Gaizka Garitano. Prestasi Garitano di masa lalu yang sempat mengantarkan Eibar promosi untuk pertama kalinya ke liga utama sempat memberi harapan.
Pemain-pemain yang didatangkan di awal musim 2016/2017 juga mendatangkan optimisme besar ke Riazor. Gelandang muda Galatasaray, Emre Colak, sukses mereka datangkan bersama mantan bintang Ajax Amsterdam, Ryan Babel. Keduanya didatangkan dengan status bebas transfer.
Meski demikian, Presiden Tino Fernandez juga melakukan investasi berani dengan mengeluarkan dana sebesar 4,7 juta euro untuk mendatangkan Florin Andone. Dana transfer itu merupakan pengeluaran terbesar mereka dalam 9 tahun terakhir.
Nama terakhir adalah bintang muda asal Romania yang bersinar sebagai pencetak gol terbanyak Segunda Division tahun lalu bersama Cordoba. Kepercayaan sang Presiden terhadap Andone terbayar dengan 7 gol yang sudah disumbangkan penyerang tim nasional Rumania tersebut.
Sayangnya, Garitano gagal mengangkat derajat Deportivo. Di bawah asuhannya, Andone dan kawan-kawan hanya berhasil memenangi tiga pertandingan dari total dua puluh tiga laga yang dijalani hingga akhir Februari 2017. Dampaknya, klub kota A Coruna ini hanya berbeda dua poin dari jeratan degradasi! Kepergian Garitano juga hanya berbeda enam minggu dari kepergian Babel yang sebenarnya cukup bersinar selama kiprah singkatnya di Liga Spanyol.
Untuk sisa musim 2016/2017 yang tersisa tiga bulan lagi, manajemen Depor menunjuk Pepe Mel, mantan pelatih Real Betis. Apakah mereka akan memenuhi target lolos dari jeratan degradasi?
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pecinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.