Nasional Suara Pembaca

Perihal Kohesi di Sepak Bola

Piala Presiden menjadi ajang pembuktian untuk tim yang sempat dianggap remeh. Lihat saja PSS Sleman yang berhasil memukau dengan menahan imbang semua lawannya di Grup A. Meski akhirnya mereka tidak lolos ke fase 8 besar, namun penampilan mereka berhasil mencuri perhatian khalayak.

Mulai dari kejutan menahan imbang Persipura Jayapura yang merupakan juara Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, kemudian melesakkan 3 gol lebih dulu ke gawang Mitra Kukar sebelum akhirnya dibalas menjadi skor 3-3, dan menahan imbang Persegres tanpa gol.

Dikutip dari Goal.com, bahkan Hanafi yang merupakan pelatih Persegres GU sampai mengatakan bahwa PSS Sleman luar biasa karena kerja samanya sangat bagus, seperti tim yang sudah lama terbentuk.

Kekompakan juga menjadi salah satu hal penting yang akan diajarkan pada para pemain Timnas U-22. Bima Sakti yang menjadi salah satu asisten timnas mengatakan bahwa total football mengajarkan pemain untuk kompak sebagai tim. Luis Milla memiliki target untuk membentuk tim yang kuat bukan hanya berdasarkan teknik dan strategi saja, melainkan dengan membentuk kekompakan sebagai sebuah tim.

Dalam buku Kurikulum & Pedoman Dasar Sepakbola Indonesia untuk Usia Dini (U5-U-12), Usia Muda (U13-U20), dan Senior, kompak diartikan sebagai bertindak secara bersama-sama dan saling bahu membahu. Hal ini penting karena sepak bola itu sendiri adalah olahraga tim dan bukan olahraga perorangan.

Buku yang dikeluarkan oleh PSSI tersebut juga menjelaskan bagaimana perilaku di lapangan dapat menggambarkan kekompakan, misalnya dengan bermain secara terstruktur mulai menyerang dan bertahan. Para pemain memahami peranan mereka masing-masing, meski berbeda posisi namun mereka dapat saling membantu rekan-rekannya untuk mencapai tujuan bersama sebagai tim.

Dalam psikologi, kekompakan lebih dikenal dengan istilah kohesi, yang berarti sebuah proses dalam kelompok yang menggambarkan bahwa para anggotanya dapat tetap bersama-sama dan bertahan dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama.

Kohesi memiliki hubungan erat dengan penampilan dan prestasi atau kesuksesan sebuah tim, terutama pada olahraga tim. Setiap tim sepak bola tentu saja menginginkan kemenangan dalam tiap pertandingan yang mereka jalani, sehingga nantinya dapat menuai prestasi yang baik.

Kohesi sebuah tim dapat membuat kondisi tim menjadi lebih solid, hingga mampu menampilkan performa tim yang bagus. Carron A. V dalam bukunya berjudul Social Psychology of Sport (2013) menyatakan bahwa sebuah tim yang memiliki kekompakan atau kohesi yang tinggi memiliki karakteristik antara lain, identitas secara kolektif, adanya keterbukaan dalam mengungkapkan tujuan kelompok dan adanya komunikasi yang terstruktur antar anggotanya.

Hal ini akan membuat pelatih dan atlet lebih mudah untuk membangun sebuah hubungan yang didasari oleh rasa saling percaya dan terbuka, sehingga nantinya akan dapat terbentuk solidaritas tim yang baik.

Kekompakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor lingkungan, personal, tim, dan kepemimpinan. Faktor lingkungan merujuk pada bagaimana seseorang memandang organisasi yang mereka ikuti dengan tujuannya, sehingga mereka menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari organisasi atau tim tersebut.

Kekompakan sebuah kelompok akan meningkat seiring dengan mengecilnya ukuran tim, sedangkan dalam level kompetisi yang rendah akan dapat meningkatkan kekompakkan tim tersebut karena tingkat kesulitan tugas yang dilakukan oleh atlet kurang berpengalaman akan lebih rendah pula.

Faktor personal termasuk pada kemampuan dari para anggota tim, perbedaan kepribadian, motivasi, serta keseimbangan dalam hubungan interpersonal. Biasanya digambarkan dengan kepuasan orang itu dan perilaku setia pada kelompok (loyal). Atlet-atlet yang memiliki persepsi bahwa kohesi timnya sudah baik dan terbentuk, akan lebih suka menjalankan latihan dengan tepat waktu, menyukai menu latihan dan game yang diberikan pelatih.

Faktor tim menjelaskan mengenai norma dalam tim, stabilitasnya, keberhasilan mereka, hingga interaksi yang terjadi di dalam tim. Faktor ini juga berisi tentang keinginan para anggota tim dalam menentukan sejauh mana kelompok mereka untuk sukses. Atlet yang memiliki persepsi baik mengenai keberhasilan kelompoknya tentunya memiliki persepsi yang baik pula tentang penugasan untuk mencapai kekompakan.

Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi kekompakan ialah kepemimpinan. Faktor ini berisi tentang perilaku kepemimpinan, model kepemimpinan, hubungan antara pelatih-atlet, serta mengenai hubungan antara pelatih dengan tim. Bagaimana perilaku pelatih memiliki peranan dalam pengembangan kohesi sebuah tim dan bagaimana partisipasi seluruh anggota tim terhadap pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama.

Menurut Komisi Olahraga Australia, komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet merupakan salah satu contoh perilaku yang akan membantu keduanya untuk dapat saling memahami satu sama lain, sehingga dapat bersama-sama mencapai tujuan dari tim itu sendiri.

Lebih lanjut, kohesi menjadi sebuah hal yang menentukan kondisi sebuah tim, para anggota tim tentu lebih banyak berkomunikasi secara dua arah (dyadic) dan berusaha membuat situasi yang menyenangkan untuk timnya karena sudah terbentuk kekompakannya.

Pelatih bukan hanya memberikan pelatihan untuk tim, melainkan juga membentuk tim agar lebih kompak dalam bermain sepak bola. Kohesivitas akan membantu anggota tim untuk mencapai kesuksesan, baik dalam level kompetisi, turnamen, maupun pada saat latihan. Widodo Cahyono Putro pernah mengatakan bahwa pelatih memiliki peranan untuk menyatukan persepsi anggota tim, “Bagaimana menyamakan persepsi sebagai sebuah tim, motivasi, menjadi kesatuan. Menyamakan persepsi sebelas menjadi satu untuk membuat tim yang solid,” ujarnya.

Pelatih berperan sebagai pembina dalam sebuah tim, ia yang membantu atlet untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi. Namun, kesuksesannya bukan hanya berasal dari program latihan yang sudah ia buat maupun taktik dan strateginya saja.

Seorang pelatih yang sukses akan mampu menggabungkan pengembangan faktor taktik, teknik, fisik, dan psikososial dalam diri atletnya. Pelatih selalu memperhatikan kebutuhan fisik maupun psikologis para atletnya agar mereka dapat menampilkan kemampuan terbaiknya dan bersama-sama meraih kesuksesan tim.

Dalam sebuah tim sepak bola selalu ada individu yang keluar dan masuk hampir pada setiap jeda kompetisi. Pergantian pelatih pun sudah menjadi hal yang biasa. Masing-masing anggota tim harus selalu menyadari peranannya untuk bersama-sama mencapai tujuan tim. Bagaimana kekompakan dapat membuat kondisi tim menjadi lebih solid, mampu menampilkan performa tim yang bagus, hingga nantinya akan menorehkan prestasi yang bagus juga.

Author: Dianita Iuschinta Sepda (@siiemak)
Mahasiswi program magister psikologi di Universitas Airlangga Surabaya. Pecinta kajian psikologi olahraga dan Juventus.