Kolom Nasional

Perihal Kemenangan Persegres atas Persipura

Sore itu (9/2) stadion Maguwoharjo sedang dilanda hujan deras. Pertandingan Mitra Kukar versus PSS Sleman yang menjadi pertandingan pertama berakhir imbang 3-3 setelah sebelumnya Mitra Kukar tertinggal 3-0.

Di pertandingan kedua, Persipura Jayapura bersiap akan menghadapi Persegres Gresik United malam harinya. Setelah mengalami kekalahan pada laga pertama melawan Mitra Kukar, Persegres menargetkan mampu meraih poin dari Persipura.

Permainan Persegres malam itu sungguh menakjubkan. Di luar perkiraan, tim yang sempat menghuni peringkat 17 pada Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu itu mampu membuat kejutan.

Tampil menggebrak dengan counterattack-nya dan sering beberapa kali membuat kewalahan pemain belakang Persipura, Persegres ternyata mampu mengimbangi permainan cepat dan taktis yang ditampilkan juara TSC 2016 itu.

Bermain cukup imbang dengan serangan-serangan kedua tim, ternyata Jeki Arisandi mampu mencuri peluang dan membuat Persegres menutup babak pertama dengan keunggulan 1-0. Gol yang bisa dibilang menakjubkan, hasil dari kerja sama seluruh pemain mulai dari lini belakang hingga lini depan.

Di babak kedua, performa pemain Persegres tampak sedikit menurun. Mungkin akibat stamina yang terkuras karena bermain cepat dan berusaha mengimbangi pemain Persipura yang bisa dibilang berlari begitu cepatnya.

Persipura bahkan memasukkan pemain-pemain unggulan mereka untuk mengejar ketertinggalan dari Persegres. Hingga mereka mampu menjebak pemain Persegres untuk melakukan kesalahan.

Skor 1-1 pun didapatkan hasil dari tendangan Robertino Pugliara yang mengarah pada penjaga gawang Aji Saka, namun bola sempat terlepas dan masuk ke gawang.

Babak kedua berjalan semakin seru ketika kedua tim berlomba memasukkan pemain-pemain pengganti mereka. Permainan Persipura pun makin cepat dan taktis. Berulang kali kesempatan dimunculkan, namun sayang belum menghasilkan gol.

Mereka justru kelimpungan kembali ketika counter attack yang dilakukan Persegres menghasilkan gol dari kaki Arsyad Yusgiantoro dan skor pun menjadi 2-1 untuk Persegres.

Aliran bola yang sangat rapi ditampilkan pemain-pemain Persegres. Hingga peluit akhir dibunyikan, pemain-pemain Persegres telah manampilkan permainan yang sangat indah. Kekompakan para pemain dan kepercayaan diri mereka membuat timnya mampu mengalahkan salah satu tim kandidat juara di Piala Presiden 2017. Tak dapat dipungkiri juga, perkembangan fighting spirit yang ditunjukkan pemain Persegres begitu tinggi.

Jika ditanya bagaimana mungkin sebuah tim yang baru mempersiapkan diri tak lebih dari 2 minggu dengan hampir 50% bermaterikan pemain baru ternyata dapat mengalahkan salah satu tim terbaik tanah air, jawabnya hanya satu. Keyakinan akan kemampuan tim untuk mencapai keberhasilan lah yang menjadi kunci. Ya, hal ini terlihat jelas dari bagaimana pemain-pemain Persegres begitu bekerja keras tak kenal lelah sepanjang 90 menit lebih.

Keyakinan mampu mencapai keberhasilan bersama sebagai tim biasa disebut dengan collective efficacy. Bandura (1997) pernah menjelaskan bahwa collective efficacy menggambarkan bagaimana anggota kelompok (tim) masing-masing memiliki pembagian tugas untuk menggunakan kemampuannya dan bersama-sama berkoordinasi, serta melakukan aksi yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja kelompok.

Bandura juga menjelaskan bahwa tim yang tidak konsisten dan biasa-biasa saja sering terganggu dengan efikasi yang rendah dan tingkat keraguan diri, padahal collective efficacy yang tinggi mampu membantu mereka memenangkan pertandingan meskipun mereka tampil bukan dalam performa terbaiknya.

Hal ini memiliki dampak pada usaha kelompok, ketekunan, performa, serta bagaimana anggota mereka berinteraksi mengerjakan tugas-tugas untuk mencapai kesuksesan bersama.

Dalam buku berjudul Group Dynamics In Exercise And Sport Psychology (2007), Bandura, Zaccaro, beserta teman-temannya mengungkapkan bahwa collective efficacy memiliki 3 karakteristik yang khas, yakni menunjukkan kepercayaan diri pada situasi atau tugas tertentu, merepresentasikan pembagian keyakinan pada anggota tim, dan menggambarkan persepsi anggota tim tentang pengetahuan, kemampuan, skill, serta bagaimana kemampuan integratif tim.

Merujuk pada tugas tertentu misalnya atmosfir pertandingan yang berbeda bagi tim, antara play-off, turnamen, atau kompetisi regular. Hal ini dapat memberikan perbedaan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki atlet.

Persepsi anggota tim terhadap fungsi tim juga bergantung pada jenis olahraga apa yang diikuti oleh anggota tim atau atlet. Akan ada perbedaan keyakinan perihal mencapai keberhasilan antara atlet sepak bola, hoki, voli, ataupun atletik.

Kepercayaan diri memiliki peran yang sangat penting, misalnya koordinasi, komunikasi motivasi, atau pengambilan keputusan tim dibandingkan dengan sumber daya individu itu sendiri.

Hal ini menjelaskan pula bahwa adanya pemain bintang dalam sebuah tim belum tentu memberikan peningkatan kemampuan tim atau performa yang bagus, karena dalam sebuah tim membutuhkan kerja sama antar anggota untuk mencapai efektivitas kemampuan tim mereka.

Perlu untuk diketahui, tim Persegres yang sekarang lebih banyak bermaterikan pemain muda dengan jam terbang yang mungkin belum sebanyak seperti Persib Bandung, Arema Malang, Sriwijaya FC, atau bahkan Bali United. Namun, ternyata keyakinan mencapai keberhasilan bersama mampu membuat Persegres menumbangkan Persipura Jayapura.

Selain itu, faktor-faktor seperti kepemimpinan pelatih atau kapten, kekompakan, iklim motivasional, dan ukuran tim juga mempengaruhi tingkat keyakinan tim akan berhasil.

Herwin Tri Saputra, kapten Persegres pada laga melawan Persipura, mengaku bahwa kualitas individu dalam tim Persegres saat ini sangat bagus. Mereka memiliki semangat pantang menyerah yang patut diacungi jempol. “Saya dan rekan-rekan punya keinginan lolos dan bahkan bisa juara,” ujarnya mantap.

Masih patut ditunggu bagaimana kelanjutan performa Persegres Gresik United pada pagelaran Piala Presiden 2017 ini. Kejutan apalagi yang akan mereka tampilkan setelah ini. Atau, justru mereka akan antiklimaks dan tersingkir lebih dini?

Author: Dianita Iuschinta Septa (@siiemak)
Mahasiswi program magister psikologi di Universitas Airlangga Surabaya. Pecinta kajian psikologi olahraga dan Juventus.