Kolom Eropa

Bas Dost: Singa Baru Sporting Lisbon

Keputusan untuk menjual Islam Slimani pada bursa transfer musim panas kemarin, saya yakini jadi salah satu hal paling sulit yang mesti dilakukan oleh manajemen Sporting Lisbon. Pasalnya, penyerang berkebangsaan Aljazair itu merupakan andalan para manajer Sporting sejak tahun 2013 silam.

Sepak terjang Slimani bersama Os Leoes, julukan Sporting yang bermakna Si Singa, tak perlu diragukan lagi. Berkostum hijau-putih khas Sporting selama tiga musim, Slimani menyumbang 56 gol dari 107 partai yang dimainkannya pada semua kompetisi. Bila dirata-ratakan, Slimani punya rasio 1.91 gol per pertandingan.

Menjual Slimani jelas akan menghadirkan satu lubang menganga di sektor depan. Apalagi Sporting juga masih keteteran bila harus bersaing dengan dua rival beratnya di Liga Portugal, Benfica dan Porto, selama beberapa musim terakhir. Namun mahar sebesar 30 juta euro yang ditawarkan Leicester City juga amat sulit buat ditolak.

Usai melewati serangkaian negosiasi yang cukup alot, deal diantara Sporting dan Leicester akhirnya tercapai pada hari penutupan bursa transfer musim panas, 31 Agustus 2016.

Kepergian Slimani ke tanah Britania cukup membuat pendukung Sporting meradang, mereka khawatir jika Sporting akan jadi singa ompong yang tak bertaring. Terlebih, jika manajemen tak cepat-cepat mencari pengganti Slimani.

Akan tetapi, manajemen Os Leoes rupanya sudah menyiapkan pengganti yang dirasa memiliki kemampuan setara dengan Slimani. Pada 28 Agustus 2016 atau tiga hari sebelum melego Slimani, Sporting telah lebih dahulu mendaratkan striker asal Belanda yang selama empat musim terakhir merumput di Bundesliga Jerman bersama Wolfsburg itu. Ditebus dengan harga 10 juta euro, sosok anyar tersebut bernama Bas Dost.

Bagi sebagian orang, nama Dost mungkin tidak populer. Saya sendiri baru mendengar nama Dost per musim 2010/2011. Ketika itu, penyerang yang sekarang berusia 27 tahun ini tengah merekah bersama klub barunya di Eredivisie, Heerenveen.

Sebelum membela kesebelasan yang bermarkas di stadion Abe Lenstra tersebut, karier Dost memang berkutat di klub-klub kecil macam F.C. Emmen dan Heracles Almelo.

Bersama Heerenveen juga nama Dost semakin terkatrol sebagai salah satu pemain muda yang dianggap punya masa depan cerah. Dua musim membela Heerenveen, Dost selalu keluar sebagai pencetak gol terbanyak di tim. Momen paling spesial tentu datang di musim 2011/2012 tatkala Dost finis sebagai pencetak gol terbanyak di Eredivisie musim tersebut berkat gelontoran 32 gol.

Performa tersebut membuat beberapa kesebelasan dari luar Eredivisie, semisal Sunderland dan Wolfsburg, meminati jasanya. Dan seperti yang saya dan Anda ketahui bersama, pilihan Dost jatuh ke nama terakhir.

Namun sial bagi Dost, dua musim perdananya di Bundesliga tidak berlangsung dengan mulus. Gangguan cedera, khususnya di musim kedua, membuatnya kesulitan untuk menunjukkan performa terbaiknya. Padahal, Dost juga mengincar satu posisi di tim nasional Belanda.

Kemampuan top Bas Dost sebagai penyerang baru terlihat pada musim ketiganya bermain di stadion Volkswagen Arena. Sempat tak jadi pilihan utama pelatih Wolfsburg saat itu, Dieter Hecking, namun perlahan-lahan Dost bisa membuat Hecking berubah pikiran.

Bersama Kevin De Bruyne, Luis Gustavo dan Ricardo Rodriguez, Dost mampu mengantar klubnya finis di peringkat kedua musim 2014/2015 di bawah penguasa Bundesliga, Bayern Munchen. Torehan gol demi gol yang dibuat Dost sendiri mencapai 16 gol di musim itu.

Yang membuat musim itu menjadi lebih manis bagi Dost adalah keberhasilannya mengantar Wolfsburg keluar sebagai kampiun Piala Jerman setelah membekuk Borussia Dortmund di babak final. Dost sendiri menyumbang satu gol pada laga yang berakhir dengan skor 3-1 tersebut.

Dan seperti yang telah diprediksi banyak pihak, performa gemilang Dost itu membuatnya memperoleh panggilan untuk membela timnas Belanda yang sedang limbung usai ditinggal Louis Van Gaal.

Namun sial bagi Dost, kariernya bareng Wolfsburg seolah mandek di musim berikutnya. Bukan karena dirinya mengalami kemandulan akut, namun terpaan cedera metatarsal membuat Dost harus menepi selama kurang lebih empat bulan. Tragisnya, cedera itu didapat Dost akibat terjangan rekan setimnya di sesi latihan, Dante.

Dengan kontrak yang hanya tersisa semusim plus godaan mencicipi petualangan baru sekaligus jadi pilihan utama di sektor depan Sporting, mendorong Dost untuk pindah ke Portugal.

Pilihan Dost untuk berkelana ke Semenanjung Iberia tampaknya tidak salah. Kini, namanya kerap dielu-elukan pendukung setia Sporting baik saat berlaga di stadion Jose Alvalade maupun melakoni pertandingan away. Ia menjadi singa baru di sektor depan tim yang berdiri pada tahun 1906 ini.

Penyebab utamanya tak lain tak bukan adalah sumbangan gol yang dibuat kaki maupun kepalanya. Sampai pekan ke-18 Liga Primera musim ini, Dost telah mencetak 16 gol. Catatan itu mengantarnya duduk manis di daftar pencetak gol terbanyak Liga Primera, berselisih 4 gol dengan penggawa Porto yang menguntitnya persis di tempat kedua, Andre Silva. Maka wajar pula  rasanya jika pendukung setia Sporting sudah bisa move on dari Slimani.

Koleksi gol Dost plus fisiknya yang menjulang juga mengingatkan saya pada sosok penyerang legendaris asal Brasil yang lama malang-melintang di Liga Primera, Mario Jardel. Sosok ini sendiri pernah mengenyam status sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Primera pada musim 2001/2002 ketika berkostum Sporting.

Sayangnya, penampilan oke Dost belum sanggup membawa Sporting menyaingi Benfica dan Porto. Os Leoes masih tercecer di peringkat ketiga klasemen sementara Liga Primera dengan koleksi angka yang berselisih lumayan besar, dua digit.

Tapi mengingat perjalanan Liga Primera musim ini masih cukup panjang, kans Sporting untuk terus mendekati atau bahkan menyalip dua rival bebuyutannya di tangga klasemen juga masih terbuka lebar. Liga Primera sendiri jadi satu-satunya harapan Sporting untuk meraih titel juara di musim ini.

Pasalnya, di ajang Taca de Portugal dan Taca de Liga alias Piala Portugal dan Piala Liga, laju Os Leoes bahkan harus berakhir prematur akibat rontok di babak awal.

Setali tiga uang, langkah mereka di Liga Champions musim 2016/2017 juga harus terhenti di babak penyisihan grup akibat nangkring di posisi buncit Grup F. Dost dan kawan-kawan kalah bersaing dengan Borussia Dortmund, Real Madrid dan Legia Warsawa.

Patut dinanti bagaimana Dost dapat memelihara kesuburannya di depan gawang lawan agar bisa mengatrol posisi dan meningkatkan kans juara Sporting.

Lebih lanjut, bila Dost terus berada di level terbaiknya seperti sekarang, tak ada alasan bagi pelatih timnas Belanda saat ini, Danny Blind, untuk tidak memberinya kesempatan bermain lebih banyak berseragam oranye.

Siapa tahu, Dost merupakan jawaban atas pencarian figur penyerang tengah yang mumpuni bagi De Oranje setelah performa Robin Van Persie makin menukik dalam rentang tiga musim terakhir.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional