Pada pertengahan tahun 2000-an, Jack Rodwell adalah salah satu pemuda yang dianggap akan memiliki masa depan yang gemilang. Hal ini bukan sekadar pepesan kosong karena Rodwell yang merupakan asli kelahiran Merseyside berhasil menembus tim U-18 Everton ketika usianya masih 14 tahun. Sebuah jangka waktu yang tidak begitu lama karena ia masuk akademi tim asal Liverpool tersebut pada usia tujuh tahun.
Berposisi sebagai bek tengah, lambat laun Rodwell kemudian ditempatkan di posisi gelandang bertahan. Di usia 15 tahun, ia sudah memperkuat tim cadangan Everton. Kehadiran Rodwell mengingatkan banyak orang soal bocah ajaib lain yang kariernya melesat dengan cepat yaitu Wayne Rooney.
Akhirnya, di usia 16 tahun 248 hari Rodwell diberikan debut tim utama oleh manajer Everton kala itu, David Moyes. Rodwell dimainkan sebagai pemain pengganti dalam laga UEFA Cup (kini bernama Europa League) ketika Everton berhadapan dengan AZ Alkmaar.
Moyes memberikan kepercayaan tinggi kepada Rodwell. Sang manajer bahkan memberikan satu tempat di posisi gelandang tim utama Everton kepada Rodwell.
Terhitung sejak Liga Primer Inggris musim 2008/2009 ia menjadi pilihan utama mengalahkan nama-nama yang lebih senior seperti Lee Carsley, Manuel Fernandes, dan tentunya sang kapten Phil Neville yang bahkan mesti kembali ke posisi naturalnya di pos bek kanan. Bocah Rodwell menanggung banyak harapan dan ekspektasi apalagi ia merupakan putra daerah Merseyside.
Setelah empat musim membela Everton, kepindahan Rodwell ke tim yang lebih besar tidak terelakkan lagi. Adalah Manchester City yang kemudian mendaratkan Rodwell dengan menebus harga transfer sebesar 12 juta paun.
Ia membuat awalan yang bagus, namun cedera yang menimpanya sejak Oktober 2012 membuat Rodwell kesulitan. Ia sempat bangkit ketika mencetak dua gol dalam kekalahan tipis City atas Norwich di musim tersebut.
Secara keseluruhan, ia bermain cukup baik di musim perdananya di City. Namun, bekapan cedera kembali membuat Rodwell tidak mampu memberikan potensi terbaiknya. Cedera menjadi permasalahan Rodwell selama di Manchester. Dalam riwayat cederanya, ia paling banyak mengalami cedera semasa di City. Total tiga kali ia cedera selama berkarier di City dengan dua diantaranya adalah cedera hamstring. Tentu ini menyulitkan untuk tim sekelas City yang bersaing untuk gelar juara dalam setiap musimnya.
Faktor cedera membuat Rodwell hanya bertahan dua musim saja di Eastlands. Beruntung, pada musim keduanya ia termasuk ke dalam bagian skuat City yang memenangkan Liga Primer Inggris dan Piala Liga Inggris pada tahun 2013. Setidaknya, waktunya yang sebentar di City membuatnya mencicipi manisnya gelar juara.
Tersingkir dari City, Rodwell kemudian hijrah ke Sunderland. Di tim kuda hitam tersebut, Rodwell mencoba mengemas kembali keping-keping kejayaan yang sempat ia miliki di usia muda. Ia menjadi pemain reguler tim berjuluk The Black Cats tersebut meskipun mereka acapkali gonta-ganti manajer. Catatan penting di musim perdananya di Sunderland adalah gol perdananya untuk klub ia cetak ke gawang mantan timnya, Manchester City.
Kurang lebih tiga musim sudah Rodwell berseragam Sunderland. Rodwell yang dulu disanjung dan sempat diberikan cap sebagai salah satu bakat terbaik yang pernah Inggris miliki, kini masih berusaha untuk menggapai potensi terbaiknya.
Harus diakui Rodwell adalah tipe gelandang bertahan yang jarang dimiliki oleh Inggris. Karena setelah Rodwell, kemudian bermunculan gelandang-gelandang Inggris lain tipe penekel dan perebut bola handal. Termasuk Eric Dier yang merupakan generasi terbaru.
Bisa jadi yang mesti dilakukan oleh Rodwell adalah ia menyadari bahwa dirinya sudah bukan wonderkid lagi. Ia bukan lagi bocah berusia belasan tahun yang berhasil menghentikan Steven Gerrard di derbi Merseyside.
Rodwell kini merupakan pemain yang beranjak matang. Ia kini sudah berusia 25 tahun dan mestinya bersiap untuk fase lain dalam kariernya. Setidaknya itulah pengharapan manajernya di Sunderland, yang juga merupakan sosok yang sama dengan yang memberikannya debut di level profesional, David Moyes.
Rodwell kembali mengalami cedera hamstring di musim kompetisi kali ini. David Moyes menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang buruk. Dan mantan manajer Manchester United pun secara terang-terangan berkata pada Rodwell bahwa ia mesti bermain lebih baik. Karena ia sudah bukan seorang bocah lagi.
“Jack (Rodwell) memiliki banyak masalah dengan cedera. Saya berbicara seperti ini bukan berarti karena saya sudah kehilangan kesabaran kepadanya. Sebelum cedera ia sempat bermain dengan cukup baik. Saya sempat bilang kepadanya kalau ia sudah bukan bocah lagi. Ia harus melupakan itu, dan mulai menunjukan bahwa ia akan menjadi pemain top. Dan saya yakin ia akan mencapai tahap tersebut. Tetapi ia mesti banyak bermain.”
“Jack ini sudah memiliki keadaan fisik yang berbeda untuk mencapai potensi yang ia miliki. Dan ia mesti memikirkan cara bagaimana memaksimalkan hal tersebut. Dulu ketika masih berusia muda, ia punya banyak tenaga. Kini tenaganya berada dalam kadar yang berbeda. Dan ia mesti mengetahui cara memanfaatkan hal tersebut,” pungkas Moyes.
Meskipun soal meningkatkan potensi pemain adalah tugas seorang juru latih, tetapi tentu ini juga bergantung apakah sang pemain ingin meningkatkan potensinya atau tidak. Bisa jadi apabila Rodwell mampu mencapai potensi terbaiknya, ia mampu mengangkat Sunderland dari zona degradasi.
Dan hal tersebut lah yang mungkin menjadi pengharapan besar dari seorang David Moyes. Layaknya sebuah pengharapan dari seorang bapak kepada anak.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia