Bila menyebut nama Chinese Super League (CSL) atau Liga Super China, hal pertama yang melesat pertama kali dari kepala Anda sudah pasti bukan kompetisi yang ketat atau kreativitas suporter yang tiada duanya. Bagi pencinta sepak bola saat ini, Liga Super China adalah kompetisi yang diisi klub-klub dengan uang yang seakan tidak habis.
Dalam kurun waktu dua atau tiga tahun terakhir, banyak sekali pemain yang malang melintang di Eropa nglurug ke China. Mulai dari Papiss Demba Cisse, Gervinho, Fredy Guarin, Hulk, Ezequiel Lavezzi, Obafemi Martins, Paulinho, Graziano Pelle hingga penyerang timnas Turki, Burak Yilmaz. Sebagian besar dari mereka bahkan mengakui, bahwa faktor gaji menjadi pendorong utamanya.
Bagi banyak pihak, hal ini tentu mengejutkan lantaran Liga Super China diyakini tak memiliki level kompetitif yang setara dengan liga-liga di Eropa. Akan tetapi, seperti yang telah saya sebutkan di atas, godaan berupa gaji selangit dari klub-klub China telah membuat para pemain berani untuk mengadu nasib di China. Hal ini juga yang kemudian meruntuhkan iman seorang Oscar dan Carlos Tevez.
Oscar yang hijrah ke Shanghai SIPG dari Chelsea dan Tevez yang datang ke Shanghai Shenhua dari Boca Juniors merupakan dua pemain dengan bayaran termahal di Liga Super China per musim 2017. Kabarnya, dua sosok ini menerima upah sebesar 26 juta dan 40 juta dolar AS per tahun. Jumlah ini bahkan melampaui pundi-pundi yang diperoleh Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo dari klub mereka masing-masing, Barcelona dan Real Madrid.
Bahkan, klub promosi macam Tianjin Quanjian pun sanggup menggelontorkan dana masif demi memboyong Axel Witsel dan Alexandre Pato ke stadion Haihe Educational Football, kandang tim dengan kostum utama berwarna biru muda ini. Seperti pemain-pemain impor yang lain, baik Witsel dan Pato juga bakal memperoleh gaji yang cukup fantastis.
Hebatnya, nama Pato sendiri bukanlah sasaran utama dari tim asuhan Fabio Cannavaro ini untuk direkrut jelang bergulirnya Liga Super China musim 2017. Adalah Karim Benzema, Diego Costa dan Falcao yang lebih dahulu digoda untuk berseragam Tianjin. Sayangnya, upaya tersebut tak menemui hasil karena ketiga nama tersebut tengah berada di periode yang bagus dengan klub mereka masing-masing.
Pato sendiri, pasca menanggalkan seragam AC Milan pada 2013 yang lalu, tampak kesulitan untuk kembali menjadi Si Bebek yang liat dan menakutkan di depan gawang lawan. Serentetan cedera memang menggerus kekuatan fisiknya. Jadi, apakah pilihan menuju Liga Super China bisa membuat Pato tajam lagi? Patut ditunggu. Karena Pato sendiri sebenarnya tengah mengalami periode restorasi karier yang lumayan di klub Spanyol, Villareal.
Satu yang juga patut dinantikan adalah melihat sepak terjang Cannavaro membesut Tianjin Quanjian di kasta tertinggi sepak bola China. Bisakah mereka memunculkan kejutan baru atau akan jadi santapan empuk tim terkuat di China selama beberapa tahun belakangan ini, Guangzhou Evergrande Taobao?
Lebih jauh lagi, berkaca pada kemampuan finansial klub-klub China, bahkan yang baru promosi sekalipun, maka kedatangan bintang-bintang lain rasanya hanya tinggal menunggu waktu saja.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)