Dua tahun lalu, sewaktu mulai belajar menulis dan berani mengirim tulisan sepak bola ke media daring, saya tidak pernah membayangkan akan mampu bertahan menulis sampai saat ini. Apalagi, menjadi penulis tidak sempat terlintas di benak ketika guru saya semasa taman kanak-kanak bertanya perihal cita-cita.
Saat itu, rata-rata anak-anak muda seusia saya tengah berada di fase dilematis, berada di pertengahan umur 20-an dan sedang malas-malasnya kuliah (saat itu bahkan hingga sekarang). Dan hobi yang kamu sukai, percaya atau tidak, bisa menjadi eskapisme terbaik dari rasa penat dan dilematis itu. Menulis adalah hobi yang bisa saya klaim, menyelamatkan hidup saya yang tanpa arah kala itu.
Saya bukan orang yang cukup percaya diri, walau tidak bisa juga dibilang seorang pemalu. Menulis, saat itu, kurang bagus dalam mengakomodasi sifat saya yang seperti itu. Mengirim tulisan dengan mencantumkan nama dan data diri singkat adalah hal dilematis. Saya punya rasa malu dan ragu-ragu untuk ditolak, punya juga rasa sedih dan getir kala redaksi yang bersangkutan membalas surelmu dan membubuhi kalimat, ”Maaf ya, kami tidak bisa ambil naskahnya.”
Waktu itu, mengirim tulisan barang sekali atau dua kali ke situsweb daring bukan perkara sulit. Kamu punya akses internet dan itu membuat semuanya mudah. Hidup di zaman milenial membuatmu punya puluhan buku sepak bola bagus yang bisa menjadi referensi untuk dilahap dan dikupas satu per satu cerita di dalamnya dan memperkaya khazanah pengetahuan sepak bolamu. Yang perlu kamu lakukan hanya dua, membaca dan menulis.
Di masa-masa awal itu, genre penulisan sepak bola sedang menemukan masa terbaiknya. Ia tumbuh menjamur dan digilai banyak anak muda. Menjadi penulis sepak bola adalah predikat yang lumayan mentereng untuk bisa membuatmu punya kepala yang terasa sedikit lebih besar kala tulisanmu tayang di situsweb daring dan membuat hidungmu kembang-kempis saking bangganya. Di masa itu, dua tahun lalu, saya memulai semuanya, menulis dan membicarakan sepak bola.
Karena pengalaman literasi saya hanya berkutat di kegiatan membaca novel dan karya-karya fiksi, menulis sepak bola dengan data dan statistik adalah sesuatu yang terasa amat sulit dan cenderung membosankan. Apa pentingnya kamu tahu jumlah tekel Laurent Koscielny di satu pertandingan? Atau, apa gunanya meneliti distance covered Thomas Muller di tiap laga untuk mengetahui apakah ia benar seorang raumdeuter atau bukan? Masa-masa awal itu, mempelajari data dan segala problematikanya, adalah perihal melawan ego.
Tapi perkembangan situsweb sepak bola semakin kompleks dan beragam dari tahun ke tahun. Beberapa diantara mereka, Squawka misalnya, banyak menyajikan data dan membingkai tulisan fitur panjang mereka dengan data dan statistik sebagai penunjang. Dan kamu harus beradaptasi dengan hal-hal seperti itu.
Kamu bisa membual tentang betapa hebatnya Lionel Messi dalam tulisan fitur sepanjang 1.000 kata dan itu semua menjadi sempurna ketika kamu bubuhkan data di dalamnya. Tentang bagaimana ia memanfaatkan tubuh kecilnya dan keunggulan low centre gravity-nya untuk mengelabuhi lawan dan melakukan body feint ciamik. Atau tentang catatan take-ons completed Messi tiap laga yang berhasil membuatmu yakin, bahwa pria Argentina itu memang bukan manusia pada umumnya.
Dan semua pengalaman itu bisa dimulai dengan sebuah sepak mula. Di cabor sepak takraw, kamu melakukan sepak mula untuk memulai permainan. Saya rasa, menulis sepak bola pun adalah suatu permainan. Bukankah melakukan suatu hal yang kamu sukai juga sah disebut sebagai kegiatan bermain? Dan untuk memulai permainan ini, yang kamu harus lakukan hanya satu: menulis.
Football Tribe Indonesia menawarkan kesempatan bagi saya untuk memperluas cara bermain saya dengan kata-kata dan sepak bola melalui tanggung jawab pekerjaan yang lebih luas dan lebih bebas. Mochamad Aby, chief editor Football Tribe Indonesia, memberi saya keleluasaan untuk mengatur dan mengisi konten. Memberi segala kebebasan yang diperlukan untuk menentukan akan bagaimana situsweb baru ini dijalankan dan akan seperti apa isi konten di dalamnya. Aby menawarkan dukungan operasional dan manajemen bisnis yang matang serta menjanjikan, sesuatu yang tentunya akan membuat kerja redaksional saya bisa lebih nyaman dan tertata ke depannya.
Untuk awalnya, saya ingin pembaca bisa mengenal situsweb ini dengan sebutan “Tribe” saja. Sebutan yang kurang lebih mewakili bagaimana kiranya nanti perjuangan kami bersaing dengan banyak media daring perihal konten-konten sepak bola terkait tulisan, video dan infografis. Kata “Tribe” sendiri akan mewakili apa yang saya yakini sebagai status kami sebagai si revivalis di tengah himpitan media-media besar lainnya dalam persaingan merebut pangsa pembaca. Kisah revivalis yang mirip dengan bagaimana perjuangan kaum minoritas kecil di daratan Eropa dalam wujud suku Celts dan Germanik di era Roman conquest yang panjang dan melelahkan itu.
Saya sadar sepenuhnya skena media sepak bola daring adalah medan persaingan yang ketat. Apalagi, kami masih baru. Kami memulai semua dari nol. Benar-benar dari awal dan untuk bersaing nantinya di arus persaingan itu, kami akan butuh bantuan teman-teman pembaca. Lowongan penulis yang kami unggah di Twitter, meraih respon positif yang membahagiakan. Ada setidaknya 35 penulis yang mengirimkan contoh karyanya dan berminat bergabung bersama kami. Tanda awal bahwa setidaknya, orang-orang memiliki antusiasme yang bagus tentang kami.
Untuk awal, kami akan berjalan dengan tim kecil ini. Setidaknya, untuk satu bulan pertama. Di tim redaksional, saya baru merekrut tiga penulis dengan kualitas menulis dan jam terbang yang saya rasa, cocok dan tepat untuk membantu meningkatkan kualitas Football Tribe lewat konten-konten berkualitas.
Saya juga mempersilakan teman-teman pembaca untuk mulai dengan berani dan percaya diri mengirim tulisan ke kami dan ikut berkontribusi. Tentu saja kami memberikan kontraprestasi yang wajar dan manusiawi. Saya mengajak teman-teman untuk ikut merasakan apa yang dulu saya lakukan ketika pertama kali menulis dan berani mengirimkannya untuk kemudian tayang dan dibaca puluhan atau bahkan, ratusan orang di dunia maya. Perasaan senang dan bangga itu, ketika tulisan tayang dan mendapat honor dari sesuatu yang kamu tulis, saya ingin teman-teman merasakan itu semua, persis seperti saya dulu.
Tulisan ini menjadi penanda, bahwa kami, Football Tribe Indonesia, telah resmi rilis hari ini. Seiring dengan sepak mula yang ditandai dengan editorial awal ini, permainan tulis-menulis sepak bola secara resmi telah kami mulai. Mari bermain, membaca dan menulis bersama kami. Akan sangat menyenangkan jika nantinya kita mampu berkembang dan tumbuh bersama-sama sebagai sinergi antara media dan pembaca dengan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan dan membahagiakan.
Isidorus Rio Turangga – Editor Football Tribe Indonesia