Nasional Bola

Menilik Potensi Kembalinya Slamet Nurcahyo ke Tim Nasional

“Pemain Anda bernomor punggung 10 sungguh luar biasa. Dia melewati empat pemain sebelum mencetak gol”, ujar Peter Odemwingie saat melakukan tes medis di Madura United, mengomentari aksi Slamet Nurcahyono.

Slamet Nurcahyo, begitu namanya sering disebut, musim ini memang menjadi fenomena tersendiri. Pemain berusia 33 tahun ini baru saja terpilih sebagai Pemain Terbaik Mei 2017 versi APPI (Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Indonesia). Statistik Slamet memang luar biasa bulan lalu. Ia menciptakan lima peluang gol per laga, mencetak satu gol dan satu asis, serta akurasi tembakan 100 persen.

https://www.instagram.com/p/BVHewV8A2YD/?taken-by=appi_info

Di penghargaan bulanan tersebut Slamet mengalahkan rekan setimnya, Peter Odemwingie, Fabiano Beltrame dan Fachruddin Aryanto, serta dua penyerang asing berkelas yaitu Ivan Carlos dan Thiago Furtuoso, juga kiper Bali United yang tampil brilian, I Made Wardana.

Ketika memasuki bulan Juni, performa Slamet tetap stabil. Di laga kontra Persegres Gresik (1/6), sepak pojok Slamet yang disundul Bayu Gatra diteruskan oleh Boubacar Sanogo menjadi gol pembuka di pertandingan yang berakhir 3-2 untuk kemenangan Madura United itu. Slamet juga mendapat satu peluang emas tapi tendangannya masih membentur tiang gawang di babak pertama.

Di pekan selanjutnya melawan Persipura Jayapura (7/6), pemain kelahiran 11 Juli 1983 ini absen karena akumulasi kartu kuning, namun ketidakhadirannya malam itu dibayar tuntas dalam laga melawan Semen Padang (12/6) lalu. Slamet membuat empat asis dalam pesta setengah lusin gol Madura United ke gawang Kabau Sirah.

Total sejauh ini, Cahyo (nama panggilannya), telah mengemas satu gol dan tujuh asis. Ia memimpin daftar pencetak asis terbanyak walau tidak termasuk dalam tiga besar pemain dengan jumlah operan terbanyak. Sangat efektif.

Dengan rentetan performa menawan seperti itu, banyak yang menginginkan agar gelandang setinggi 165 sentimeter ini kembali memperkuat tim nasional Indonesia. Lalu seberapa besar peluang Slamet comeback ke tim Garuda? Apakah di usia senjanya saat ini ia tetap layak mendapat panggilan timnas?

Pesaing di timnas

Di Madura United, Slamet Nurcahyo berposisi sebagai gelandang tengah yang bertugas membagi bola dan sesekali naik membantu serangan. Cara bermainnya menurut saya tidak istimewa, tapi sangat efektif. Pengambilan keputusan Slamet sangat baik, jarang berlama-lama dengan bola dan termasuk tipe pemain yang bisa berkelit di ruang sempit penjagaan lawan.

Di timnas kita saat ini, setidaknya ada dua nama dengan karakter bermain yang serupa dengan Slamet yakni Stefano Lilipaly dan Adam Alis. Itu belum termasuk nama-nama pemain muda potensial seperti Hanif Sjahbandi dan Evan Dimas Darmono.

Lilipaly yang bermain di kasta kedua Liga Belanda sudah tentu akan menjadi pilihan utama Luis Milla di pos gelandang serang dalam formasi 4-2-3-1. Menempatkan Slamet sebagai pelapis Lilipaly tentu kurang bijak karena performanya sedang menanjak, jadi sebaiknya ditempatkan di tim inti.

Jika Slamet kembali ke timnas, kemungkinan ia akan menggeser posisi Adam Alis atau pemain muda, Evan Dimas. Nama pertama memang pemain yang baik. Bergabung bersama Arema membuat Adam Alis tampil lebih matang. Namun, menanjaknya performa Slamet di liga, mau tak mau membuat ia patut dipertimbangkan untuk menggeser posisi Adam Alis di timnas.

Begitu juga dengan Evan Dimas. Selepas tampil di kasta tertinggi sepak bola nasional, Evan belum menunjukkan peningkatan performa yang signifikan. Bagaimana dengan Hanif? Usianya masih sangat muda, ada baiknya ia “menyelesaikan studinya” dulu di timnas U-22 sebelum naik ke timnas senior.

Usia Slamet saat ini sudah menginjak kepala tiga dan bisa dibilang ini adalah kesempatan terakhirnya untuk kembali mentas di kancah sepak bola internasional. Semoga Luis Milla terketuk hatinya untuk memberi kesempatan pemain yang baru memiliki dua caps ini kembali mengenakan lambang Garuda di dada.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.